Perang Berkecamuk, Armenia Klaim Tewaskan 540 Tentara Azerbaijan dalam 24 Jam
Sabtu, 03 Oktober 2020 - 10:44 WIB
YEREVAN - Juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia , Artsrun Hovhannisyan, 540 tentara Azerbaijan tewas dan lebih dari 700 lainnya cedera dalam 24 jam terakhir dalam perang yang berkecamuk di Nagorno-Karabakh .
"Azerbaijan memiliki 540 orang yang tewas, lebih dari 700 luka-luka, 45 kendaraan lapis baja, enam pesawat, sebagian besar belum hancur di udara," katanya, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (3/10/2020). Dia menambahkan tiga helikopter dan enam pesawat tak berawak musuh rusak dalam konflik tersebut. (Baca: Dibombardir Artileri Azerbaijan, Pasukan Armenia Menangis Ingin Pulang )
Militer Azerbaijan belum berkomentar atas klaim tersebut. Namun, pihak Baku kerap menepis klaim-klaim yang dibuat pihak Yerevan yang dianggap sebagai propaganda.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah sengketa yang dikendalikan etnis Armenia. Wilayah ini dulunya bagian dari Azerbaijan, namun memerdekakan diri setelah Uni Soviet bubar tahun 1990-an. Azerbaijan tak pernah mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh atau dikenal sebagai Republik Artsakh dan masih menganggap sebagai wilayahnya.
Vagram Pogosyan, juru bicara Prsiden Republik Artsakh, mengatakan tentara Azerbaijan telah kehilangan lebih dari 3.000 prajuritnya sejak konflik pecah hari Minggu lalu. (Baca: Perang Nagorno-Karabakh, Armenia Siap Gencatan Senjata )
“Data intelijen menunjukkan bahwa kerugian Azerbaijan sudah melebihi 3.000 prajurit. Kebanyakan mayat tetap berada di zona netral, dan tidak ada yang dilakukan untuk mengangkut mereka,” tulis Vagram Pogosyan di halaman Facebook-nya hari Sabtu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Prancis merekomendasikan warganya untuk membatasi perjalanan ke Armenia karena meningkatnya ketegangan di Nagorno-Karabakh yang dilanda konflik.
“Bentrokan di Nagorno-Karabakh sedang berlangsung. Wilayah Armenia yang berbatasan dengan perbatasan Azerbaijan dipenuhi dengan artileri dan kendaraan udara tak berawak dari waktu ke waktu. Karena itu, perjalanan ke Armenia perlu dibatasi hanya untuk yang dilakukan karena kebutuhan mendesak, serta sangat meminimalkan pergerakan di Armenia," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam. (Baca juga: Netanyahu dan Erdogan Jadi Sekutu dalam Perang Armenia vs Azerbaijan? )
Perwakilan komunitas Prancis di Armenia disarankan untuk mengikuti instruksi dari otoritas negara, serta Kedutaan Besar Prancis.
"Azerbaijan memiliki 540 orang yang tewas, lebih dari 700 luka-luka, 45 kendaraan lapis baja, enam pesawat, sebagian besar belum hancur di udara," katanya, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (3/10/2020). Dia menambahkan tiga helikopter dan enam pesawat tak berawak musuh rusak dalam konflik tersebut. (Baca: Dibombardir Artileri Azerbaijan, Pasukan Armenia Menangis Ingin Pulang )
Militer Azerbaijan belum berkomentar atas klaim tersebut. Namun, pihak Baku kerap menepis klaim-klaim yang dibuat pihak Yerevan yang dianggap sebagai propaganda.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah sengketa yang dikendalikan etnis Armenia. Wilayah ini dulunya bagian dari Azerbaijan, namun memerdekakan diri setelah Uni Soviet bubar tahun 1990-an. Azerbaijan tak pernah mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh atau dikenal sebagai Republik Artsakh dan masih menganggap sebagai wilayahnya.
Vagram Pogosyan, juru bicara Prsiden Republik Artsakh, mengatakan tentara Azerbaijan telah kehilangan lebih dari 3.000 prajuritnya sejak konflik pecah hari Minggu lalu. (Baca: Perang Nagorno-Karabakh, Armenia Siap Gencatan Senjata )
“Data intelijen menunjukkan bahwa kerugian Azerbaijan sudah melebihi 3.000 prajurit. Kebanyakan mayat tetap berada di zona netral, dan tidak ada yang dilakukan untuk mengangkut mereka,” tulis Vagram Pogosyan di halaman Facebook-nya hari Sabtu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Prancis merekomendasikan warganya untuk membatasi perjalanan ke Armenia karena meningkatnya ketegangan di Nagorno-Karabakh yang dilanda konflik.
“Bentrokan di Nagorno-Karabakh sedang berlangsung. Wilayah Armenia yang berbatasan dengan perbatasan Azerbaijan dipenuhi dengan artileri dan kendaraan udara tak berawak dari waktu ke waktu. Karena itu, perjalanan ke Armenia perlu dibatasi hanya untuk yang dilakukan karena kebutuhan mendesak, serta sangat meminimalkan pergerakan di Armenia," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam. (Baca juga: Netanyahu dan Erdogan Jadi Sekutu dalam Perang Armenia vs Azerbaijan? )
Perwakilan komunitas Prancis di Armenia disarankan untuk mengikuti instruksi dari otoritas negara, serta Kedutaan Besar Prancis.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda