Netanyahu dan Erdogan Jadi Sekutu dalam Perang Armenia vs Azerbaijan?

Jum'at, 02 Oktober 2020 - 07:33 WIB
loading...
Netanyahu dan Erdogan...
Serangan artileri pasukan Azerbaijan terhadap pasukan Armenia di Nagorno-Karabakh. Foto/Kementerian Pertahanan Azerbaijan
A A A
BAKU - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sudah secara terbuka mendukung Azerbaijan dalam perang melawan Armenia untuk memperebutkan wilayah sengketa; Nagorno-Karabakh . Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memilih bungkam dalam konflik dua negara pecahan Uni Soviet tersebut, namun fakta bahwa rezim Zionis memasok senjata ke Azerbaijan.

Erdogan dan Netanyahu sudah berulang kali terlibat perang kata-kata, meski Turki dan Israel menjalin hubungan diplomatik. Contoh, dalam krisis Palestina, Ankara selama ini mencitrakan diri sebagai pembela Palestina dan negara yang ingin membebaskan Yerusalem dari pendudukan rezim Zionis. Kendati demikian, belum jelas langkah seperti apa yang dilakukan pemerintah Erdogan untuk membebaskan Yerusalem. (Baca: Dibombardir Artileri Azerbaijan, Pasukan Armenia Menangis Ingin Pulang )

Israel dan Azerbaijan secara gamblang memiliki hubungan yang kuat. Hubungan ini rumit dipahami, karena Azerbaijan merupakan negara mayoritas Muslim Syiah yang secara agama semestinya memiliki ikatan dengan Iran; musuh bebuyutan Zionis. Anehnya lagi, Iran yang mayoritas Muslim Syiah membela Armenia yang mayoritas Kristen.

Pesawat kargo Azerbaijan yang mendarat di pangkalan Angkatan Udara Israel di Negev adalah pemandangan yang relatif umum, membuktikan kesepakatan senjata yang luas antara kedua negara. Tetapi frekuensi kedatangan dan waktu pengiriman pesawat kargo Ilyushin Il-76—dua di antaranya mendarat di Uvda Kamis pekan lalu, hanya dua hari sebelum eskalasi besar dalam konflik yang sedang berlangsung antara Azerbaijan dan Armenia, diikuti oleh dua lagi pada Selasa dan Rabu—menunjukkan persiapan dan pasokan kembali untuk pasukan Azerbaijan dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh yang sekarang memasuki hari keenam, Jumat (2/10/2020). (Baca: Intelijen AS: Israel Kirim Senjata ke Azerbaijan saat Perang dengan Armenia )

Pemerintah Israel menahan diri untuk tidak membuat pernyataan apa pun tentang situasi di Kaukasus Selatan. Secara resmi tidak berpihak, dan juga memiliki hubungan diplomatik dengan Armenia, yang hanya dua minggu lalu membuka kedutaan pertamanya di Tel Aviv.

Pejabat Israel diam-diam menekankan bahwa "kami memiliki kepentingan di kedua pihak", dan Israel pasti tidak akan secara terbuka menentang pemerintah Rusia, yang merupakan salah satu pelindung Armenia—meskipun ada laporan bahwa Moskow juga menjual senjata ke Azerbaijan.

Bukan hanya kesepakatan senjata yang menguntungkan, yang dilaporkan mencakup drone, rudal, dan sistem radar. Israel menganggap Azerbaijan sekutu strategis. Kleptokrasi di Kaspia adalah sumber dari sebagian besar pembelian minyak Israel dan, karena lokasi geografisnya, "pintu belakang" yang sangat berguna bagi tetangganya Iran untuk tujuan intelijen dan klandestin lainnya—terutama sebagai negara mayoritas Muslim Syiah yang juga sangat sekuler dan telah lama curiga terhadap ambisi revolusioner Republik Islam Iran di wilayah selatan. (Baca: Perang Sengit, Azerbaijan Hancurkan Sistem Rudal S-300 Armenia )

Tetapi ikatan etnis Azerbaijan jauh lebih kuat dengan kekuatan regional lainnya, Turki—yang, menurut laporan dari Nagorno-Karabakh, terutama dari sumber-sumber Armenia, lebih terlibat dalam eskalasi saat ini dibandingkan dengan yang sebelumnya. Armenia mengklaim bahwa drone Turki digunakan, dan jet tempur F-16 Turki menembak jatuh salah satu pesawatnya dan bahkan milisi Suriah dari kelompok Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki telah dikerahkan di sana. Turki membantah laporan bahwa mereka terlibat secara militer, tetapi secara vokal mendukung Azerbaijan.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Israel terindikasi berada di pihak yang sama dengan Turki. Apakah ini kepentingan bersama sementara dan kebetulan, atau tanda bahwa beberapa elemen aliansi lama Israel-Turki masih bertahan?

Selama 12 tahun terakhir, sejak Operasi Cast Lead Israel di Gaza, hubungan antara kedua negara terus menurun. Dalam beberapa tahun pertama, ada yang masih percaya bahwa itu adalah situasi sementara, akibat upaya Recep Tayyip Erdogan untuk memperkuat posisinya di wilayah tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1740 seconds (0.1#10.140)