Inggris Teken Kesepakatan dengan Huawei, AS Bakal Tarik Aset Intelijen
Selasa, 05 Mei 2020 - 20:42 WIB
Peninjauan itu termasuk keberadaan pesawat US RC-135 yang saat ini berbasis di sebuah pangkalan di Suffolk, Inggris tenggara. Hal itu dikarenakan teknologi pengumpulan data intelijen yang dimiliki pesawat tersebut. Status lebih dari 10.000 personel AS yang berbasis di Inggris dan barak yang digunakan untuk menyimpan kendaraan militer, juga sedang ditinjau oleh para pejabat AS.
Gedung Putih juga meninjau apakah aman untuk mengizinkan agen rahasianya untuk terus beroperasi di Inggris, karena khawatir bahwa ponsel mereka dan perangkat lain dapat disusupi.
Perkembangan ini akan menambah tekanan pada Perdana Menteri Johnson untuk membatalkan keputusannya membiarkan Huawei mengembangkan jaringan 5G di Inggris.
Business Insider bulan lalu melaporkan bahwa semakin banyak anggota parlemen di partai Konservatif Johnson ingin dia membatalkan kesepakatan di tengah kemarahan atas bagaimana China menangani pandemi virus Corona.
Tom Tugendhat, yang bulan lalu bersama anggota parlemen Konservatif lainnya meluncurkan Kelompok Penyelidik China, mengatakan kepada Business Insider: "Ini benar-benar membuat sesuatu yang jelas yang sudah kita ketahui sejak lama."
“China memainkan permainan strategis dalam mencoba membuat kita memilih antara masa depan ekonomi kita dan kemitraan strategis kita. Ini bukan keputusan yang kita bisa salah," imbuhnya.
Anggota Parlemen Konservatif Neil O'Brien, sekretaris Kelompok Penyelidik China, mengatakan tinjauan Gedung Putih berarti bahwa pemerintah Johnson harus memilih apakah ingin bekerja dengan AS atau China.
"Ketika AS dan China bersaing dan berpisah, sekutu dan bisnis akan ditekan untuk memilih yang ingin mereka kerjakan," katanya kepada Business Insider.
“Ada banyak legislasi bipartisan yang datang di AS yang bertujuan mengamankan ekonominya melawan pemerintah China, yang juga akan memiliki efek samping bagi negara ketiga seperti AS dan UE (Uni Eropa)," imbuhnya.
"Akan ada banyak pilihan rumit yang akan muncul di bagian barat," tukasnya.
Gedung Putih juga meninjau apakah aman untuk mengizinkan agen rahasianya untuk terus beroperasi di Inggris, karena khawatir bahwa ponsel mereka dan perangkat lain dapat disusupi.
Perkembangan ini akan menambah tekanan pada Perdana Menteri Johnson untuk membatalkan keputusannya membiarkan Huawei mengembangkan jaringan 5G di Inggris.
Business Insider bulan lalu melaporkan bahwa semakin banyak anggota parlemen di partai Konservatif Johnson ingin dia membatalkan kesepakatan di tengah kemarahan atas bagaimana China menangani pandemi virus Corona.
Tom Tugendhat, yang bulan lalu bersama anggota parlemen Konservatif lainnya meluncurkan Kelompok Penyelidik China, mengatakan kepada Business Insider: "Ini benar-benar membuat sesuatu yang jelas yang sudah kita ketahui sejak lama."
“China memainkan permainan strategis dalam mencoba membuat kita memilih antara masa depan ekonomi kita dan kemitraan strategis kita. Ini bukan keputusan yang kita bisa salah," imbuhnya.
Anggota Parlemen Konservatif Neil O'Brien, sekretaris Kelompok Penyelidik China, mengatakan tinjauan Gedung Putih berarti bahwa pemerintah Johnson harus memilih apakah ingin bekerja dengan AS atau China.
"Ketika AS dan China bersaing dan berpisah, sekutu dan bisnis akan ditekan untuk memilih yang ingin mereka kerjakan," katanya kepada Business Insider.
“Ada banyak legislasi bipartisan yang datang di AS yang bertujuan mengamankan ekonominya melawan pemerintah China, yang juga akan memiliki efek samping bagi negara ketiga seperti AS dan UE (Uni Eropa)," imbuhnya.
"Akan ada banyak pilihan rumit yang akan muncul di bagian barat," tukasnya.
tulis komentar anda