Perang Nagorno-Karabakh: Azerbaijan Menyerang dengan F-16 Turki, Puluhan Tewas
Senin, 28 September 2020 - 08:20 WIB
"Sebagai hasil dari serangan balik unit Angkatan Darat Pertahanan (Nagorno-Karabakh), 11 buah kendaraan lapis baja musuh dengan peralatan tempur mereka disita, termasuk BMP-3," kata Stepanyan di Facebook.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pihaknya melancarkan serangan balasan untuk menekan aktivitas tempur Armenia dan menjamin keselamatan penduduknya.
Sebaliknya, pihak Armenia juga mengklaim melakukan apa yang mereka sebut tindakan membela diri. "Mari kita berdiri teguh di belakang negara kita, pasukan kita dan kita akan menang. Hidup tentara Armenia yang agung!" tulis Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di akun Facebook-nya.
Azerbaijan dan Armenia telah bentrok untuk memperebutkan kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh sejak awal 1990-an. Sejak berakhirnya Perang Nagorno-Karabakh pada tahun 1994, perwakilan dari pemerintah Armenia dan Azerbaijan telah mengadakan pembicaraan damai yang dimediasi oleh OSCE Minsk Group tentang status sengketa kawasan itu. (Baca juga: Rusia Desak Gencatan Senjata di Nagarno-Karabakh )
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian segera permusuhan bersenjata di Nagorno-Karabakh, dengan mengatakan dia akan segera menghubungi para pemimpin Armenia dan Azerbaijan mengenai masalah tersebut.
"Sekretaris Jenderal dengan keras menyerukan kepada pihak-pihak untuk segera menghentikan pertempuran, mengurangi ketegangan dan kembali ke perundingan yang berarti tanpa penundaan. Dia akan berbicara dengan Presiden Azerbaijan dan Perdana Menteri Armenia," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
(Baca juga : Trump Dituding Tak Bayar Pajak 10 Tahun )
Sekjen PBB mengatakan dia sangat prihatin tentang dimulainya kembali permusuhan bersenjata, mengutuk penggunaan kekuatan dan menyesali jatuhnya korban jiwa, termasuk di antara penduduk sipil.
Guterres lebih lanjut mengakui peran penting dari pemimpin bersama OSCE Minsk Group— Prancis, Rusia dan Amerika Serikat—dan meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk bekerja sama dengan menuju dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pihaknya melancarkan serangan balasan untuk menekan aktivitas tempur Armenia dan menjamin keselamatan penduduknya.
Sebaliknya, pihak Armenia juga mengklaim melakukan apa yang mereka sebut tindakan membela diri. "Mari kita berdiri teguh di belakang negara kita, pasukan kita dan kita akan menang. Hidup tentara Armenia yang agung!" tulis Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di akun Facebook-nya.
Azerbaijan dan Armenia telah bentrok untuk memperebutkan kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh sejak awal 1990-an. Sejak berakhirnya Perang Nagorno-Karabakh pada tahun 1994, perwakilan dari pemerintah Armenia dan Azerbaijan telah mengadakan pembicaraan damai yang dimediasi oleh OSCE Minsk Group tentang status sengketa kawasan itu. (Baca juga: Rusia Desak Gencatan Senjata di Nagarno-Karabakh )
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian segera permusuhan bersenjata di Nagorno-Karabakh, dengan mengatakan dia akan segera menghubungi para pemimpin Armenia dan Azerbaijan mengenai masalah tersebut.
"Sekretaris Jenderal dengan keras menyerukan kepada pihak-pihak untuk segera menghentikan pertempuran, mengurangi ketegangan dan kembali ke perundingan yang berarti tanpa penundaan. Dia akan berbicara dengan Presiden Azerbaijan dan Perdana Menteri Armenia," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
(Baca juga : Trump Dituding Tak Bayar Pajak 10 Tahun )
Sekjen PBB mengatakan dia sangat prihatin tentang dimulainya kembali permusuhan bersenjata, mengutuk penggunaan kekuatan dan menyesali jatuhnya korban jiwa, termasuk di antara penduduk sipil.
Guterres lebih lanjut mengakui peran penting dari pemimpin bersama OSCE Minsk Group— Prancis, Rusia dan Amerika Serikat—dan meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk bekerja sama dengan menuju dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda