Lebih dari 1 Miliar Orang Berisiko Mengungsi pada 2050
Rabu, 09 September 2020 - 12:30 WIB
LONDON - Pertumbuhan populasi yang cepat, kurangnya akses pada makanan dan air , serta meningkatnya kejadian bencana alam mengakibatkan lebih dari 1 miliar orang berisiko mengungsi pada 2050.
Perkiraan ini berdasarkan analisa baru terhadap berbagai ancaman ekologi global. Disusun oleh Institute for Economics and Peace (IEP), lembaga itu membuat indeks tahunan terorisme dan perdamaian Register Ancaman Ekologi menggunakan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sumber lain untuk menilai delapan ancaman ekologi dan memprediksi negara-negara atau kawasan mana yang paling berisiko.
Dengna proyeksi populasi dunia bertambah menjadi hampir 10 miliar pada 2050, meningkatnya perebutan sumber daya dan konflik, riset menunjukkan sebanyak 1,2 miliar orang hidup di wilayah rawan di sub-Sahara Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah yang mungkin terpaksa mengungsi pada 2050.
Sebagai perbandingan, faktor ekologi dan konflik mengakibatkan pengungsian sekitar 30 juta orang pada 2019, menurut laporan itu.
"Ini akan memiliki dampak sosial dan politik yang besar, tidak hanya dalam dunia negara berkembang, tapi juga di negara maju, saat pengungsian massal akan memicu aliran pengungsi lebih besar ke negara-negara paling maju," papar Steve Killelea, pendiri IEP.
Lembaga itu mengelompokkan berbagai ancaman menjadi dua kategori besar yakni ketidakamanan pangan, kelangkaan air dan pertumbuhan populasi, dalam satu kategori. Lalu kategori lainnya adalah bencana alam, termasuk banjir, kekeringan, siklon, naiknya ketinggian air laut dan kenaikan suhu.
Hasilnya adalah analisa yang menilai berapa banyak ancaman pada masing-masing 150 negara dan kapasitas mereka menghadapinya. (Baca Juga: Teheran Protes UEA Biarkan Israel Melintas untuk Serang Iran)
India dan China yang paling terancam pada kelangkaan air dalam beberapa dekade lain. Pakistan, Iran, Mozambik, Kenya dan Madagaskar mengahdapi kombinasi berbagai ancaman serta lemahnya kemampuan menghadapinya. (Lihat Infografis: China Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400, Ancaman Besar Bagi AS)
Dunia saat ini mengalami 60% lebih sedikit air segar dibandingkan 50 tahun silam, adapun permintaan untuk makanan naik 50% dalam 30 tahun mendatang. (Lihat Video: Tips Tetap Produktif dan Melindungi Keluarga dari Pandemi Covid-19)
Perkiraan ini berdasarkan analisa baru terhadap berbagai ancaman ekologi global. Disusun oleh Institute for Economics and Peace (IEP), lembaga itu membuat indeks tahunan terorisme dan perdamaian Register Ancaman Ekologi menggunakan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sumber lain untuk menilai delapan ancaman ekologi dan memprediksi negara-negara atau kawasan mana yang paling berisiko.
Dengna proyeksi populasi dunia bertambah menjadi hampir 10 miliar pada 2050, meningkatnya perebutan sumber daya dan konflik, riset menunjukkan sebanyak 1,2 miliar orang hidup di wilayah rawan di sub-Sahara Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah yang mungkin terpaksa mengungsi pada 2050.
Sebagai perbandingan, faktor ekologi dan konflik mengakibatkan pengungsian sekitar 30 juta orang pada 2019, menurut laporan itu.
"Ini akan memiliki dampak sosial dan politik yang besar, tidak hanya dalam dunia negara berkembang, tapi juga di negara maju, saat pengungsian massal akan memicu aliran pengungsi lebih besar ke negara-negara paling maju," papar Steve Killelea, pendiri IEP.
Lembaga itu mengelompokkan berbagai ancaman menjadi dua kategori besar yakni ketidakamanan pangan, kelangkaan air dan pertumbuhan populasi, dalam satu kategori. Lalu kategori lainnya adalah bencana alam, termasuk banjir, kekeringan, siklon, naiknya ketinggian air laut dan kenaikan suhu.
Hasilnya adalah analisa yang menilai berapa banyak ancaman pada masing-masing 150 negara dan kapasitas mereka menghadapinya. (Baca Juga: Teheran Protes UEA Biarkan Israel Melintas untuk Serang Iran)
India dan China yang paling terancam pada kelangkaan air dalam beberapa dekade lain. Pakistan, Iran, Mozambik, Kenya dan Madagaskar mengahdapi kombinasi berbagai ancaman serta lemahnya kemampuan menghadapinya. (Lihat Infografis: China Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400, Ancaman Besar Bagi AS)
Dunia saat ini mengalami 60% lebih sedikit air segar dibandingkan 50 tahun silam, adapun permintaan untuk makanan naik 50% dalam 30 tahun mendatang. (Lihat Video: Tips Tetap Produktif dan Melindungi Keluarga dari Pandemi Covid-19)
(sya)
tulis komentar anda