Racuni Navalny, Pompeo dan G-7 Sebut Rusia Anti Kritik

Rabu, 09 September 2020 - 06:35 WIB
Trump menyatakan keinginannya untuk mempelajari lebih lanjut tentang kasus tersebut beberapa saat setelah mencatat bahwa pejabat AS berusaha untuk menegosiasikan perjanjian pengendalian senjata dengan Rusia.

"Saya pikir kita harus melihatnya dengan sangat serius jika itu masalahnya, dan saya pikir kami akan melakukannya," ucap Trump.

“Pada saat yang sama, dengan Rusia, kami saat ini sedang merundingkan perjanjian nonproliferasi nuklir, yang sangat penting. Itu hal yang sangat penting. Bagi saya, itu yang paling penting," jelasnya. (Baca juga: Trump: AS Tidak Punya Bukti Navalny Diracun )

Pejabat tinggi hak asasi manusia di PBB menolak upaya Kremlin untuk menyangkal bertanggung jawab atas insiden tersebut.

"Jumlah kasus keracunan, atau bentuk lain dari pembunuhan yang ditargetkan, terhadap warga negara Rusia saat ini atau sebelumnya, baik di dalam Rusia sendiri atau di tanah asing, selama dua dekade terakhir sangat mengganggu," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet.

"Dan kegagalan dalam banyak kasus untuk meminta pertanggungjawaban pelaku dan memberikan keadilan bagi para korban atau keluarganya juga sangat disesalkan dan sulit untuk dijelaskan atau dibenarkan," imbuhnya.

Navalny sedang melakukan perjalanan di Siberia ketika dia jatuh sakit pada 20 Agustus, suatu kondisi yang oleh para dokter Rusia dikaitkan dengan penurunan kadar gula darah secara tiba-tiba. Setelah dipindahkan ke rumah sakit di Berlin, pejabat Jerman mengumumkan bahwa dia telah menjadi sasaran racun saraf Novichok - jenis racun yang sama yang digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan agen ganda Soviet Sergei Skripal pada 2018, yang pada saat penyerangan tinggal di Inggris Raya.(Baca juga: Pengkritik Kremlin Navalny Mulai Sadar dari Koma, Merespon Perkataan )
(ber)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More