Pengakuan Tentara Myanmar Soal Pembantaian Rohingya: Bunuh Mereka Semua
Rabu, 09 September 2020 - 05:58 WIB
Kekejaman yang dijelaskan oleh kedua pria itu memberikan bukti pelanggaran hak asasi manusia yang serius yang dikumpulkan dari lebih dari satu juta pengungsi Rohingya yang sekarang berlindung di negara tetangga Bangladesh. Yang membedakan kesaksian mereka adalah dari pelaku, bukan korban.(Baca juga: PBB Layangkan Tuduhan Kejatahan Perang Terhadap Myanmar )
“Ini adalah momen monumental bagi Rohingya dan rakyat Myanmar dalam perjuangan berkelanjutan mereka untuk keadilan,” kata Matthew Smith, kepala eksekutif di Fortify Rights, pengawas hak asasi manusia.
"Orang-orang ini bisa jadi pelaku pertama dari Myanmar yang diadili di ICC, dan saksi orang dalam pertama di dalam tahanan pengadilan," imbuhnya.
The New York Times tidak dapat secara independen mengkonfirmasi bahwa kedua tentara tersebut melakukan kejahatan yang mereka akui. Namun detail dalam narasi mereka sesuai dengan deskripsi yang diberikan oleh puluhan saksi dan pengamat, termasuk pengungsi Rohingya, warga Rakhine, tentara Myanmar, dan politisi lokal.
Beberapa penduduk desa secara independen mengkonfirmasi keberadaan kuburan massal yang diberikan tentara dalam kesaksian mereka - bukti yang akan disita dalam penyelidikan di ICC dan proses hukum lainnya.
Pemerintah Myanmar berulang kali membantah bahwa situs semacam itu ada di seluruh wilayah. Namun cerita dari kedua tentara itu menghancurkan narasi resmi tersebut.(Baca juga: Utusan PBB Layangkan Tuduhan Kejatahan Perang Baru Terhadap Myanmar )
“Ini adalah momen monumental bagi Rohingya dan rakyat Myanmar dalam perjuangan berkelanjutan mereka untuk keadilan,” kata Matthew Smith, kepala eksekutif di Fortify Rights, pengawas hak asasi manusia.
"Orang-orang ini bisa jadi pelaku pertama dari Myanmar yang diadili di ICC, dan saksi orang dalam pertama di dalam tahanan pengadilan," imbuhnya.
The New York Times tidak dapat secara independen mengkonfirmasi bahwa kedua tentara tersebut melakukan kejahatan yang mereka akui. Namun detail dalam narasi mereka sesuai dengan deskripsi yang diberikan oleh puluhan saksi dan pengamat, termasuk pengungsi Rohingya, warga Rakhine, tentara Myanmar, dan politisi lokal.
Beberapa penduduk desa secara independen mengkonfirmasi keberadaan kuburan massal yang diberikan tentara dalam kesaksian mereka - bukti yang akan disita dalam penyelidikan di ICC dan proses hukum lainnya.
Pemerintah Myanmar berulang kali membantah bahwa situs semacam itu ada di seluruh wilayah. Namun cerita dari kedua tentara itu menghancurkan narasi resmi tersebut.(Baca juga: Utusan PBB Layangkan Tuduhan Kejatahan Perang Baru Terhadap Myanmar )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ber)
tulis komentar anda