Ambisi Global Militer China Dihantui Skandal Korupsi dan Inefisiensi Sistemik
Sabtu, 22 Maret 2025 - 05:30 WIB

Ambisi global militer China dihantui skandal korupsi dan inefisiensi sistemik. Foto/FAS
JAKARTA - Peningkatan anggaran pertahanan China sebesar 7,2 persen baru-baru ini, yang melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), melanjutkan tren yang sudah berlangsung lama dalam lintasan strategis negara tersebut.
Sementara narasi resmi membingkai perluasan ini sebagai hal vital bagi keamanan nasional dan modernisasi teknologi, skala dan cakupan pengeluaran ini menunjukkan ambisi yang lebih luas: membangun militer yang mampu memproyeksikan kekuatan di luar lingkup pengaruh tradisionalnya.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China tidak lagi hanya berfokus pada Taiwan atau keamanan perbatasan, tetapi berkembang menjadi kekuatan dengan kemampuan operasional yang luas, yang menandakan niat China untuk membentuk Indo-Pasifik dan sekitarnya,” ucap Ratish Mehta, peneliti dari Organisation for Research on China and Asia (ORCA), sebagaimana dikutip dari Daily Mirror, Sabtu (22/3/2025).
Namun, di balik angka-angka utama ini terdapat realitas yang lebih kompleks—yang menyeimbangkan ambisi eksternal China dengan kerentanan internal.
Skandal korupsi, intrik politik, dan inefisiensi sistemik dalam PLA menimbulkan pertanyaan kritis tentang apakah modernisasi militer China benar-benar berkelanjutan. Pemecatan besar-besaran di Pasukan Roket dan sektor pengadaan pertahanan mengungkap masalah yang mengakar, yang dapat merusak perluasan militer Beijing, bahkan saat anggarannya bertambah.
Mehta mengatakan bahwa inti dari lonjakan belanja pertahanan China selama beberapa dekade adalah doktrin strategisnya yang terus berkembang, yang memprioritaskan dominasi regional dan kehadiran militer ekstra-regional.
Dorongan Presiden China Xi Jinping untuk membangun "militer kelas dunia" pada 2049, sebut Mehta, bukan sekadar retorika aspiratif, tetapi telah menjadi cetak biru operasional untuk proyeksi militer global China.
Sementara narasi resmi membingkai perluasan ini sebagai hal vital bagi keamanan nasional dan modernisasi teknologi, skala dan cakupan pengeluaran ini menunjukkan ambisi yang lebih luas: membangun militer yang mampu memproyeksikan kekuatan di luar lingkup pengaruh tradisionalnya.
“Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China tidak lagi hanya berfokus pada Taiwan atau keamanan perbatasan, tetapi berkembang menjadi kekuatan dengan kemampuan operasional yang luas, yang menandakan niat China untuk membentuk Indo-Pasifik dan sekitarnya,” ucap Ratish Mehta, peneliti dari Organisation for Research on China and Asia (ORCA), sebagaimana dikutip dari Daily Mirror, Sabtu (22/3/2025).
Namun, di balik angka-angka utama ini terdapat realitas yang lebih kompleks—yang menyeimbangkan ambisi eksternal China dengan kerentanan internal.
Skandal korupsi, intrik politik, dan inefisiensi sistemik dalam PLA menimbulkan pertanyaan kritis tentang apakah modernisasi militer China benar-benar berkelanjutan. Pemecatan besar-besaran di Pasukan Roket dan sektor pengadaan pertahanan mengungkap masalah yang mengakar, yang dapat merusak perluasan militer Beijing, bahkan saat anggarannya bertambah.
Sinyal Ambisi Global
Mehta mengatakan bahwa inti dari lonjakan belanja pertahanan China selama beberapa dekade adalah doktrin strategisnya yang terus berkembang, yang memprioritaskan dominasi regional dan kehadiran militer ekstra-regional.
Dorongan Presiden China Xi Jinping untuk membangun "militer kelas dunia" pada 2049, sebut Mehta, bukan sekadar retorika aspiratif, tetapi telah menjadi cetak biru operasional untuk proyeksi militer global China.
Lihat Juga :
tulis komentar anda