Tren #KaburAjaDulu Juga Pernah Melanda Venezuela, Pemilik Minyak Terbesar di Dunia tapi Miskin
Jum'at, 21 Februari 2025 - 13:36 WIB
Kurangnya transparansi mempersulit penentuan angka pasti pengeluaran. Namun, yang jelas adalah bahwa Chavez menempatkan "emas hitam" di pusat ekonominya: lebih dari 90 persen ekspor Venezuela dan sekitar setengah dari pendapatan pemerintah berasal dari minyak.
Ketika harga minyak anjlok dari USD115 per barel pada tahun 2014 menjadi hampir setengahnya, PDB Venezuela menyusut sebesar 10 persen.
Harga minyak tidak menceritakan keseluruhan cerita. Pendekatan Chavez untuk mendapatkan keuntungan dari minyak—yang telah diperburuk oleh penggantinya; Maduro—yang disimpulkan oleh laporan DW.com dengan satu kata: salah urus.
Petróleos de Venezuela (PDVSA), perusahaan minyak milik negara Venezuela, melakukan mogok operasi pada tahun 2002 setelah kudeta gagal menyingkirkan Chavez dari kekuasaan.
Sebagai balasannya, Chavez saat itu memecat sekitar 18.000 personel PDVSA. Langkah tersebut menandai dimulainya pendekatan intrusif untuk mengelola minyak negara.
Pada tahun 2006, Chavez memulai tren berbahaya lainnya: meminimalkan investasi dalam infrastruktur dan memaksimalkan kendali atas ladang minyak. Produksi menurun tanpa teknologi mutakhir dari perusahaan asing, belum lagi pasokan, seperti suntikan gas alam untuk mengekstraksi minyak.
Tahun 2016, Caracas mengimpor 50.000 barel minyak mentah ringan hanya untuk menyiapkan minyak mentah berat untuk diekspor. Tanpa itu, minyak Venezuela tidak ada gunanya.
Hukum maritim hanya mengizinkan kapal untuk berlayar di laut lepas jika memenuhi standar lingkungan. Kapal tanker Venezuela yang sudah tua dan bernoda minyak mentah tidak mengizinkannya.
Ketika harga minyak anjlok dari USD115 per barel pada tahun 2014 menjadi hampir setengahnya, PDB Venezuela menyusut sebesar 10 persen.
2. Minyak Tanpa Keahlian Tak Ada Nilainya
Harga minyak tidak menceritakan keseluruhan cerita. Pendekatan Chavez untuk mendapatkan keuntungan dari minyak—yang telah diperburuk oleh penggantinya; Maduro—yang disimpulkan oleh laporan DW.com dengan satu kata: salah urus.
Petróleos de Venezuela (PDVSA), perusahaan minyak milik negara Venezuela, melakukan mogok operasi pada tahun 2002 setelah kudeta gagal menyingkirkan Chavez dari kekuasaan.
Sebagai balasannya, Chavez saat itu memecat sekitar 18.000 personel PDVSA. Langkah tersebut menandai dimulainya pendekatan intrusif untuk mengelola minyak negara.
Pada tahun 2006, Chavez memulai tren berbahaya lainnya: meminimalkan investasi dalam infrastruktur dan memaksimalkan kendali atas ladang minyak. Produksi menurun tanpa teknologi mutakhir dari perusahaan asing, belum lagi pasokan, seperti suntikan gas alam untuk mengekstraksi minyak.
Tahun 2016, Caracas mengimpor 50.000 barel minyak mentah ringan hanya untuk menyiapkan minyak mentah berat untuk diekspor. Tanpa itu, minyak Venezuela tidak ada gunanya.
3. Kapal Tanker Tak Dapat Mengirim Minyak
Hukum maritim hanya mengizinkan kapal untuk berlayar di laut lepas jika memenuhi standar lingkungan. Kapal tanker Venezuela yang sudah tua dan bernoda minyak mentah tidak mengizinkannya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda