Tren Frexit di Afrika, Mengapa Pantai Gading Mengusir Pasukan Prancis?

Minggu, 05 Januari 2025 - 18:10 WIB
Para analis mengatakan keputusan Ouattara untuk memutus hubungan militer juga bisa jadi politis, karena warga Pantai Gading bersiap untuk pemilihan umum yang dijadwalkan pada bulan Oktober.

Ouattara, yang telah berkuasa sejak 2010, belum mengatakan apakah ia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan keempat dalam pemilihan umum. Keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2020 setelah kematian mendadak penggantinya dan perdana menteri, Amadou Gon Coulibaly, memicu kemarahan yang meluas di kubu oposisi.



2. Ingin Melepaskan Diri dari Kolonialisme Prancis

Mengapa Prancis menghadapi penolakan umum di Afrika yang berbahasa Prancis?

Melansir Al Jazeera, Prancis telah menghadapi kritik tajam yang belum pernah terjadi sebelumnya dari warga negara di bekas koloninya di Afrika Barat dan Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Dari Mali hingga Pantai Gading, ribuan orang turun ke jalan dalam protes massal, menuntut agar pemerintah mereka memutuskan hubungan dengan Paris untuk selamanya.

Sebagian dari kebencian tersebut bermula dari kontroversi historis yang terkait dengan kolonialisme. Pemerintahan langsung Prancis selama penjajahan dianggap telah melemahkan lembaga, budaya, dan kepemimpinan tradisional sambil memaksakan pejabat dan adat istiadat Eropa pada penduduk setempat.

Pejabat Prancis yang memerintah koloni dianggap sangat keras, dalam administrasi mereka dan berupaya untuk meningkatkan pijakan ekonomi Prancis.

3. Ketidakpercayaan di Kalangan Francafrique

Setelah negara-negara tersebut memperoleh kemerdekaan mereka pada tahun 1960-an, Paris membangun jaringan koneksi yang kuat dengan para pemimpin dan elit Afrika, yang disebut "Francafrique" untuk melindungi kepentingan ekonomi Prancis yang besar dan untuk menjaga pasukan Prancis tetap berada di lapangan.

Lebih dari 200 perusahaan Prancis beroperasi di benua itu, termasuk raksasa minyak dan gas Total, dan Orano, yang menambang uranium untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga nuklir Prancis. Pasukan Prancis juga telah beroperasi di seluruh wilayah, memberikan pelatihan dan membantu militer setempat.

4. Kekerasan Sektarian Terus Berlangsung

Namun, dalam lima tahun terakhir, pemerintah yang dipimpin militer di wilayah Sahel telah menolak kelemahan yang dirasakan dari tentara Prancis.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More