Mengapa Pemberontak Suriah Mampu Menguasai Aleppo?
Selasa, 03 Desember 2024 - 16:15 WIB
Konflik tersebut meluas karena aktor regional dan kekuatan dunia lainnya – dari Arab Saudi, Iran, Amerika Serikat hingga Rusia – ikut campur, meningkatkan perang saudara menjadi apa yang oleh beberapa pengamat digambarkan sebagai “perang proksi.” ISIS juga berhasil mendapatkan pijakan di negara tersebut sebelum mengalami pukulan yang signifikan.
Turki telah berupaya menghentikan serangan pemberontak untuk "mencegah eskalasi ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut karena agresi Israel," kata sumber keamanan Turki kepada CNN, merujuk pada perang di Lebanon dan Gaza.
Sumber tersebut mengatakan bahwa pemberontak melancarkan apa yang seharusnya menjadi "operasi terbatas" terhadap rezim Assad setelah militer Suriah dan milisi sekutu menyerang kota Idlib yang dikuasai pemberontak dan menewaskan lebih dari 30 warga sipil. Pemberontak memperluas operasi setelah pasukan rezim melarikan diri dari kota-kota di sekitar Aleppo, kata sumber tersebut. CNN tidak dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Media pemerintah Iran mengatakan bahwa Brigadir Jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Kioumars Pourhashemi, seorang penasihat militer senior Iran di Suriah, tewas di Aleppo.
Dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Suriah untuk membahas eskalasi tersebut, menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi menuduh Amerika Serikat dan Israel "mengaktifkan kembali" para pemberontak, dan "menekankan dukungan berkelanjutan" Iran kepada pemerintah dan tentara Suriah.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov meminta otoritas Suriah untuk "segera memulihkan ketertiban di area ini dan memulihkan ketertiban konstitusional.”
“Pemberontak melihat peluang untuk menguji garis depan dengan Hizbullah yang melemah, Iran yang tertekan, dan Rusia yang sibuk dengan Ukraina … pemberontak terkejut dengan keberhasilan mereka dan mereka mendorong lebih keras dari yang mereka perkirakan,” kata Nanar Hawach, analis senior yang berfokus pada Suriah di International Crisis Group, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Brussels.
3. Posisi Hizbullah yang Membantu Assad Makin Melemah
Selama setahun terakhir, Iran telah menyaksikan proksi kesayangannya, Hizbullah, dihajar oleh operasi udara dan darat Israel yang ganas di Lebanon. Kelompok tersebut, yang dianggap membantu menyelamatkan rezim Assad dari pemberontak Suriah, kini melemah secara signifikan, dengan sebagian besar pemimpinnya dibunuh.Turki telah berupaya menghentikan serangan pemberontak untuk "mencegah eskalasi ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut karena agresi Israel," kata sumber keamanan Turki kepada CNN, merujuk pada perang di Lebanon dan Gaza.
Sumber tersebut mengatakan bahwa pemberontak melancarkan apa yang seharusnya menjadi "operasi terbatas" terhadap rezim Assad setelah militer Suriah dan milisi sekutu menyerang kota Idlib yang dikuasai pemberontak dan menewaskan lebih dari 30 warga sipil. Pemberontak memperluas operasi setelah pasukan rezim melarikan diri dari kota-kota di sekitar Aleppo, kata sumber tersebut. CNN tidak dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Media pemerintah Iran mengatakan bahwa Brigadir Jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Kioumars Pourhashemi, seorang penasihat militer senior Iran di Suriah, tewas di Aleppo.
Dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Suriah untuk membahas eskalasi tersebut, menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi menuduh Amerika Serikat dan Israel "mengaktifkan kembali" para pemberontak, dan "menekankan dukungan berkelanjutan" Iran kepada pemerintah dan tentara Suriah.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov meminta otoritas Suriah untuk "segera memulihkan ketertiban di area ini dan memulihkan ketertiban konstitusional.”
4. Dukungan Iran Juga Melemah
Analis mengatakan pemberontak menggunakan kekosongan yang ditinggalkan oleh Hizbullah yang melemah untuk maju di Suriah.“Pemberontak melihat peluang untuk menguji garis depan dengan Hizbullah yang melemah, Iran yang tertekan, dan Rusia yang sibuk dengan Ukraina … pemberontak terkejut dengan keberhasilan mereka dan mereka mendorong lebih keras dari yang mereka perkirakan,” kata Nanar Hawach, analis senior yang berfokus pada Suriah di International Crisis Group, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Brussels.
Lihat Juga :
tulis komentar anda