China Awasi Ketat Penggunaan Paspor, Warga Sulit Bepergian ke Luar Negeri
Rabu, 20 November 2024 - 08:43 WIB
Kisahnya mewakili banyak orang lain yang kemajuan profesionalnya di China kini disertai borgol emas—semakin tinggi mereka melangkah, maka semakin ketat pula pembatasan kebebasan pribadinya.
Hubungan menyimpang antara kesuksesan dan pembatasan ini menunjukkan banyak hal tentang prioritas China. Proses persetujuan untuk perjalanan internasional telah menjadi hampir seperti Kafkaesque dalam kompleksitasnya.
Di beberapa wilayah, warga negara China harus mendapatkan dukungan dari lima pejabat pemerintah yang berbeda hanya untuk mengajukan paspor. Bagi para pendidik di kota-kota seperti Wuhan, proses ini melibatkan berbagai lapisan persetujuan birokrasi—dari otoritas sekolah hingga biro pendidikan distrik dan akhirnya ke kantor pendidikan kota.
Sistem yang berliku-liku ini tidak hanya berfungsi sebagai penghalang praktis, tetapi juga penghalang psikologis, yang mencegah warga negara China untuk mempertimbangkan perjalanan internasional.
Mungkin yang paling jelas adalah fokus khusus pemerintah pada para pendidik dan siswa. Penargetan lembaga akademis menunjukkan kecemasan yang lebih dalam tentang kontrol ideologis.
Dengan membatasi kemampuan guru dan siswa untuk merasakan budaya dan sistem pendidikan yang berbeda, pemerintah China secara efektif membangun tirai besi intelektual.
Kebijakan ini tampaknya secara khusus ditujukan untuk mencegah keluarga menggunakan pendidikan luar negeri sebagai batu loncatan menuju emigrasi, sebuah fenomena yang dijuluki dengan nama gerakan "lari”.
Penerapan pembatasan ini secara khusus lebih agresif di universitas. Anggota fakultas di lembaga seperti Universitas Wuhan harus menyerahkan paspor mereka dalam waktu tujuh hari setelah menerimanya, sementara staf di Universitas Taizhou memerlukan izin khusus untuk setiap perjalanan pribadi ke luar negeri.
Hubungan menyimpang antara kesuksesan dan pembatasan ini menunjukkan banyak hal tentang prioritas China. Proses persetujuan untuk perjalanan internasional telah menjadi hampir seperti Kafkaesque dalam kompleksitasnya.
Di beberapa wilayah, warga negara China harus mendapatkan dukungan dari lima pejabat pemerintah yang berbeda hanya untuk mengajukan paspor. Bagi para pendidik di kota-kota seperti Wuhan, proses ini melibatkan berbagai lapisan persetujuan birokrasi—dari otoritas sekolah hingga biro pendidikan distrik dan akhirnya ke kantor pendidikan kota.
Pelanggaran Deklarasi Universal HAM
Sistem yang berliku-liku ini tidak hanya berfungsi sebagai penghalang praktis, tetapi juga penghalang psikologis, yang mencegah warga negara China untuk mempertimbangkan perjalanan internasional.
Mungkin yang paling jelas adalah fokus khusus pemerintah pada para pendidik dan siswa. Penargetan lembaga akademis menunjukkan kecemasan yang lebih dalam tentang kontrol ideologis.
Dengan membatasi kemampuan guru dan siswa untuk merasakan budaya dan sistem pendidikan yang berbeda, pemerintah China secara efektif membangun tirai besi intelektual.
Kebijakan ini tampaknya secara khusus ditujukan untuk mencegah keluarga menggunakan pendidikan luar negeri sebagai batu loncatan menuju emigrasi, sebuah fenomena yang dijuluki dengan nama gerakan "lari”.
Penerapan pembatasan ini secara khusus lebih agresif di universitas. Anggota fakultas di lembaga seperti Universitas Wuhan harus menyerahkan paspor mereka dalam waktu tujuh hari setelah menerimanya, sementara staf di Universitas Taizhou memerlukan izin khusus untuk setiap perjalanan pribadi ke luar negeri.
tulis komentar anda