China Awasi Ketat Penggunaan Paspor, Warga Sulit Bepergian ke Luar Negeri
Rabu, 20 November 2024 - 08:43 WIB
Langkah-langkah ini merupakan erosi signifikan terhadap kebebasan akademis dan pertukaran ilmiah internasional, elemen penting bagi perkembangan intelektual dan budaya suatu negara.
Pembatasan sektor perbankan mengungkap dimensi kontrol lainnya—tekad China untuk mempertahankan cengkeramannya pada arus keuangan dan mencegah pelarian modal. Dengan membatasi kemampuan bankir untuk bepergian, pemerintah secara efektif menciptakan kelas profesional keuangan yang terkungkung, memastikan bahwa modal manusia dan keuangan tetap berada di dalam batas wilayah China.
Pembatasan ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap Pasal 13 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang menjamin hak untuk meninggalkan negara mana pun, termasuk negara sendiri.
Namun, pemerintah China tampaknya tidak tergerak oleh standar hak asasi manusia internasional, memprioritaskan kontrol atas kebebasan individu dengan cara yang mengingatkan pada era Perang Dingin. Dampak psikologis dari pembatasan ini tidak dapat diremehkan.
Warga negara China secara efektif diberi tahu bahwa kesuksesan profesional mereka mengorbankan kebebasan pribadi mereka, menciptakan populasi “tahanan” berpendidikan tinggi dalam sangkar emas.
Karena China memposisikan dirinya sebagai negara adikuasa global, pembatasan perjalanan ini menunjukkan ketidakamanan mendalam pada inti model tata kelolanya. Pemimpin global yang benar-benar percaya diri tidak perlu memenjarakan warganya atau takut terpapar pada ide dan budaya berbeda.
Sebaliknya, tindakan China menunjukkan rezim yang memandang keinginan warganya sendiri untuk mendapatkan pengalaman internasional sebagai ancaman yang harus dikekang, bukan peluang yang harus dirangkul.
Implikasi dari kebijakan ini jauh melampaui ketidaknyamanan individu. Kebijakan ini merupakan upaya sistematis untuk mengisolasi masyarakat China dari pengaruh global, menciptakan populasi yang berprestasi secara profesional tetapi terisolasi secara internasional.
Isolasi ini melayani kepentingan negara dalam mempertahankan kendali ideologis tetapi mengorbankan perkembangan budaya dan intelektual China di dunia yang semakin saling terhubung.
Pembatasan sektor perbankan mengungkap dimensi kontrol lainnya—tekad China untuk mempertahankan cengkeramannya pada arus keuangan dan mencegah pelarian modal. Dengan membatasi kemampuan bankir untuk bepergian, pemerintah secara efektif menciptakan kelas profesional keuangan yang terkungkung, memastikan bahwa modal manusia dan keuangan tetap berada di dalam batas wilayah China.
Pembatasan ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap Pasal 13 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang menjamin hak untuk meninggalkan negara mana pun, termasuk negara sendiri.
Namun, pemerintah China tampaknya tidak tergerak oleh standar hak asasi manusia internasional, memprioritaskan kontrol atas kebebasan individu dengan cara yang mengingatkan pada era Perang Dingin. Dampak psikologis dari pembatasan ini tidak dapat diremehkan.
Warga negara China secara efektif diberi tahu bahwa kesuksesan profesional mereka mengorbankan kebebasan pribadi mereka, menciptakan populasi “tahanan” berpendidikan tinggi dalam sangkar emas.
Pembatasan Hak Fundamental
Karena China memposisikan dirinya sebagai negara adikuasa global, pembatasan perjalanan ini menunjukkan ketidakamanan mendalam pada inti model tata kelolanya. Pemimpin global yang benar-benar percaya diri tidak perlu memenjarakan warganya atau takut terpapar pada ide dan budaya berbeda.
Sebaliknya, tindakan China menunjukkan rezim yang memandang keinginan warganya sendiri untuk mendapatkan pengalaman internasional sebagai ancaman yang harus dikekang, bukan peluang yang harus dirangkul.
Implikasi dari kebijakan ini jauh melampaui ketidaknyamanan individu. Kebijakan ini merupakan upaya sistematis untuk mengisolasi masyarakat China dari pengaruh global, menciptakan populasi yang berprestasi secara profesional tetapi terisolasi secara internasional.
Isolasi ini melayani kepentingan negara dalam mempertahankan kendali ideologis tetapi mengorbankan perkembangan budaya dan intelektual China di dunia yang semakin saling terhubung.
Lihat Juga :
tulis komentar anda