3 Jenis Kecurangan Pemilu AS 2024, Salah Satunya Prosedur Berbeda di Negara Bagian
Rabu, 06 November 2024 - 20:05 WIB
WASHINGTON - Saat berkampanye pada pemilu presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump merupakan kandidat yang paling sering berteriak tentang kecurangan. Tapi, dia justru mampu memenangkan pemilu tersebut setelah mendapatkan lebih dari 270 suara elektoral.
Selama masa kampanye, mantan presiden tersebut berulang kali memperingatkan tentang penipuan pemilih, termasuk kemungkinan bahwa warga negara asing memberikan suara sebagai bagian dari rencana Demokrat untuk mendistorsi hasil pemilu agar menguntungkan Harris — klaim yang dibantah para pakar sebagai tidak benar.
Timnya telah mengajukan sejumlah tuntutan hukum terkait dugaan penyimpangan pada daftar pemilih, daftar orang-orang yang memenuhi syarat untuk memberikan suara.
Dan Trump juga menggunakan slogan “terlalu besar untuk dicurangi” untuk mendesak para pendukungnya agar memberikan suara dalam jumlah yang cukup besar untuk “menjamin kita menang dengan margin lebih dari sekadar penipuan”.
“Dia sudah mengumumkan bahwa dia adalah pemenang bahkan sebelum surat suara dihitung. Ini adalah klaim yang sama yang dibuatnya pada tahun 2020: Jika dia bukan pemenang penghitungan resmi, itu hanya bisa terjadi karena penipuan,” kata James Gardner, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Buffalo di negara bagian New York.
“Dia telah meletakkan dasar untuk meneriakkan penipuan dan penyimpangan hanya karena dia mungkin tidak menang. Jika itu titik awal Anda, fakta bahwa butuh waktu lama untuk menghitung surat suara hanyalah satu dari sejuta hal berbeda yang dapat Anda katakan.”
Menurut Gardner, “akar masalahnya m adalah bahwa Partai Republik di bawah Trump tidak bersedia bermain sesuai aturan demokrasi.
“Mereka percaya bahwa mereka layak berkuasa terlepas dari hasil pemilu. Jadi sebagai hasilnya, mereka tidak mematuhi etika permainan adil demokrasi. Demokrasi didasarkan pada aturan persaingan yang adil, dan Partai Republik Trump tidak berkomitmen pada aturan tersebut.”
Selama masa kampanye, mantan presiden tersebut berulang kali memperingatkan tentang penipuan pemilih, termasuk kemungkinan bahwa warga negara asing memberikan suara sebagai bagian dari rencana Demokrat untuk mendistorsi hasil pemilu agar menguntungkan Harris — klaim yang dibantah para pakar sebagai tidak benar.
Timnya telah mengajukan sejumlah tuntutan hukum terkait dugaan penyimpangan pada daftar pemilih, daftar orang-orang yang memenuhi syarat untuk memberikan suara.
Dan Trump juga menggunakan slogan “terlalu besar untuk dicurangi” untuk mendesak para pendukungnya agar memberikan suara dalam jumlah yang cukup besar untuk “menjamin kita menang dengan margin lebih dari sekadar penipuan”.
“Dia sudah mengumumkan bahwa dia adalah pemenang bahkan sebelum surat suara dihitung. Ini adalah klaim yang sama yang dibuatnya pada tahun 2020: Jika dia bukan pemenang penghitungan resmi, itu hanya bisa terjadi karena penipuan,” kata James Gardner, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Buffalo di negara bagian New York.
“Dia telah meletakkan dasar untuk meneriakkan penipuan dan penyimpangan hanya karena dia mungkin tidak menang. Jika itu titik awal Anda, fakta bahwa butuh waktu lama untuk menghitung surat suara hanyalah satu dari sejuta hal berbeda yang dapat Anda katakan.”
Menurut Gardner, “akar masalahnya m adalah bahwa Partai Republik di bawah Trump tidak bersedia bermain sesuai aturan demokrasi.
“Mereka percaya bahwa mereka layak berkuasa terlepas dari hasil pemilu. Jadi sebagai hasilnya, mereka tidak mematuhi etika permainan adil demokrasi. Demokrasi didasarkan pada aturan persaingan yang adil, dan Partai Republik Trump tidak berkomitmen pada aturan tersebut.”
3 Jenis Kecurangan Pemilu AS 2024, Salah Satunya Prosedur Berbeda di Negara Bagian
1, AS Tidak Memiliki Daftar Pemilih Terpusat
AS tidak memiliki daftar pemilih pusat. AS memiliki banyak daftar yang berbeda. Dan daftar tersebut akan selalu sedikit meleset.Lihat Juga :
tulis komentar anda