Adik Kim Jong-un Tuding Korea Selatan Dalang Provokasi Drone
Rabu, 16 Oktober 2024 - 09:15 WIB
PYONGYANG - Adik perempuan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, Kim Yo-jong, menegaskan Pyongyang memiliki 'bukti jelas' Korea Selatan dalang peluncuran beberapa drone di atas Korut awal bulan ini.
Korut atau Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) mengklaim Jumat lalu bahwa telah terjadi sedikitnya tiga insiden akhir-akhir ini, pada tanggal 3, 9 dan 10 Oktober, ketika pesawat tanpa awak menjatuhkan selebaran propaganda di atas ibu kota Korea Utara.
Pada Senin, militer Korut meledakkan beberapa ruas jalan menuju Korea Selatan, yang secara efektif memutuskan hubungan kedua negara.
Pyongyang mengatakan tindakan itu sebagai tanggapan atas apa yang digambarkannya sebagai provokasi Seoul.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun menyatakan dia tidak dapat mengonfirmasi maupun membantah tuduhan Korea Utara.
Dalam pernyataan pers yang dimuat Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Selasa, Kim Yo-jong mengatakan, “Kami memperoleh bukti yang jelas bahwa gangster militer ROK adalah pelaku utama provokasi permusuhan untuk melanggar kedaulatan Republik Rakyat Demokratik Korea dengan menyerbu langit di atas ibu kotanya.”
Dia bersumpah, “Para provokator harus membayar harga yang mahal.”
Selama pertemuan keamanan pada Senin, Kim Jong-un memerintahkan militer negaranya meningkatkan tindakan pencegahan dalam menghadapi dugaan pelanggaran udara oleh Korea Selatan, seperti yang dilaporkan KCNA.
Selama akhir pekan, Kementerian Pertahanan Korea Utara menyatakan Seoul kemungkinan akan mencoba lebih banyak infiltrasi pesawat nirawak dalam waktu dekat. Mengingat hal ini, pos pengamatan telah diperkuat di Pyongyang.
Seorang juru bicara kementerian tersebut mencirikan peluncuran pesawat nirawak tersebut sebagai “provokasi perang yang tidak dapat disangkal,” menekankan jenis UAV yang digunakan tidak dapat dioperasikan oleh warga sipil.
Menurut pernyataan tersebut, pesawat semacam itu memerlukan peluncur atau landasan pacu. Pernyataan tersebut memperingatkan "perang dapat terjadi kapan saja" di semenanjung Korea akibat tindakan "ceroboh" militer Korea Selatan.
Militer DPRK menunjukkan mereka telah menempatkan unit artileri di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan dalam keadaan siaga tinggi.
Mengomentari eskalasi terbaru antara Seoul dan Pyongyang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Senin mengecam "serangan pesawat nirawak yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap Pyongyang.
"Tindakan seperti itu dari pihak Seoul tidak dapat dilihat sebagai apa pun selain pelanggaran berat terhadap kedaulatan DPRK," ungkap diplomat itu.
Dia juga mendesak Korea Selatan untuk mengindahkan peringatan Korea Utara.
Korut atau Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) mengklaim Jumat lalu bahwa telah terjadi sedikitnya tiga insiden akhir-akhir ini, pada tanggal 3, 9 dan 10 Oktober, ketika pesawat tanpa awak menjatuhkan selebaran propaganda di atas ibu kota Korea Utara.
Pada Senin, militer Korut meledakkan beberapa ruas jalan menuju Korea Selatan, yang secara efektif memutuskan hubungan kedua negara.
Pyongyang mengatakan tindakan itu sebagai tanggapan atas apa yang digambarkannya sebagai provokasi Seoul.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun menyatakan dia tidak dapat mengonfirmasi maupun membantah tuduhan Korea Utara.
Dalam pernyataan pers yang dimuat Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Selasa, Kim Yo-jong mengatakan, “Kami memperoleh bukti yang jelas bahwa gangster militer ROK adalah pelaku utama provokasi permusuhan untuk melanggar kedaulatan Republik Rakyat Demokratik Korea dengan menyerbu langit di atas ibu kotanya.”
Dia bersumpah, “Para provokator harus membayar harga yang mahal.”
Selama pertemuan keamanan pada Senin, Kim Jong-un memerintahkan militer negaranya meningkatkan tindakan pencegahan dalam menghadapi dugaan pelanggaran udara oleh Korea Selatan, seperti yang dilaporkan KCNA.
Selama akhir pekan, Kementerian Pertahanan Korea Utara menyatakan Seoul kemungkinan akan mencoba lebih banyak infiltrasi pesawat nirawak dalam waktu dekat. Mengingat hal ini, pos pengamatan telah diperkuat di Pyongyang.
Seorang juru bicara kementerian tersebut mencirikan peluncuran pesawat nirawak tersebut sebagai “provokasi perang yang tidak dapat disangkal,” menekankan jenis UAV yang digunakan tidak dapat dioperasikan oleh warga sipil.
Menurut pernyataan tersebut, pesawat semacam itu memerlukan peluncur atau landasan pacu. Pernyataan tersebut memperingatkan "perang dapat terjadi kapan saja" di semenanjung Korea akibat tindakan "ceroboh" militer Korea Selatan.
Militer DPRK menunjukkan mereka telah menempatkan unit artileri di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan dalam keadaan siaga tinggi.
Mengomentari eskalasi terbaru antara Seoul dan Pyongyang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Senin mengecam "serangan pesawat nirawak yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap Pyongyang.
"Tindakan seperti itu dari pihak Seoul tidak dapat dilihat sebagai apa pun selain pelanggaran berat terhadap kedaulatan DPRK," ungkap diplomat itu.
Dia juga mendesak Korea Selatan untuk mengindahkan peringatan Korea Utara.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda