Cerita Memalukan 2 Pasukan Khusus AS Tewas Tenggelam saat Sergap Kapal Houthi

Minggu, 13 Oktober 2024 - 12:01 WIB
Angkatan Laut Amerika Serikat akui dua personel pasukan khusus Navy SEAL tewas tenggelam saat menyergap kapal pembawa senjata kelompok Houthi Yaman. Foto/US Navy
TEL AVIV - Petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengonformasi insiden fatal dua personel pasukan khusus Navy SEAL dalam menyergap kapal pembawa senjata kelompok Houthi Yaman. Dua personelitu tewas tenggelam karena kelebihan beban yang dibawa.

Insiden yang diungkap media-media Amerika sebagai momen memalukan bagi Navy SEAL ini terjadi awal tahun ini, namun baru dikonfirmasi petinggi Angkatan Laut AS Wakil Laksamana George M Wikoff pekan ini.

“Insiden ini, yang ditandai dengan masalah sistemik, dapat dicegah," kata Wikoff tentang operasi “penyergapan kompleks” yang berupaya menghentikan pengiriman senjata kepada milisi Houthi di Yaman, seperti dikutip Sputnik, Minggu (13/10/2024).





Insiden tersebut terjadi di lepas pantai Somalia awal tahun ini saat Amerika Serikat berjuang untuk merespons blokade kelompok bersenjata itu di Laut Merah—yang dinyatakan sebagai respons atas operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Navy SEAL berusaha menegakkan blokade Amerika Serikat terhadap peralatan tempur yang dikirim ke kelompok perlawanan bersenjata itu ketika mereka mencoba menaiki kapal tersebut selama operasi malam hari pada bulan Januari.

Dua personel Navy SEAL—salah satunya membawa peralatan seberat 48 pon dan yang lainnya membawa perlengkapan seberat 80 pon—tenggelam karena berat peralatan mereka yang menyebabkan perangkat pengapung gagal digunakan.

Kepala Operator Perang Khusus Christopher Chambers terpeleset saat mencoba meraih pagar kapal dan terseret ombak setelah jatuh sembilan kaki ke laut di bawahnya.

Sedangkan Operator Perang Khusus Kelas 1 Nathan Gage Ingram, yang dibebani dengan perlengkapan yang lebih berat, melompat untuk mencoba membantu Chambers tetapi juga tenggelam, menurut laporan Angkatan Laut Amerika.

"Melihat rekan setimnya berjuang, [Ingram] melompat ke air untuk memberikan bantuan [kepada Chambers]," bunyi laporan Angkatan Laut tentang insiden tersebut.

"Terbebani oleh berat perlengkapan masing-masing individu, baik kemampuan fisik maupun perangkat pengapungan tambahan darurat, jika diaktifkan, tidak cukup untuk menahan mereka di permukaan,” lanjut laporan itu.

Angkatan Laut berusaha menemukan dua personel tersebut, tetapi menyatakan mereka tewas setelah pencarian selama 10 hari.

"Tidak diragukan lagi tindakan menaiki kapal berbahaya dan dapat meningkatkan risiko tergantung pada faktor misi," imbuh laporan Angkatan Laut AS.

"Kekurangan, kesenjangan, dan ketidakkonsistenan dalam doktrin, taktik, teknik, dan prosedur menciptakan peluang yang hilang untuk perlindungan yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya insiden ini."

Rekan setim kedua personel tersebut berhasil menaiki kapal dan menyita suku cadang dan persenjataan yang menuju Yaman, tetapi AS pada akhirnya tidak berhasil menghentikan blokade Houthi, yang mengakibatkan kerusakan ekonomi yang signifikan bagi Israel.

Pada bulan Juli, pelabuhan Israel di Eilat dinyatakan bangkrut setelah mengalami pengepungan selama delapan bulan. Serangan Houthi menyebabkan penurunan lalu lintas pengiriman sebesar 85%, seperti yang dilaporkan pada saat itu.

Berbagai sektor termasuk pariwisata, real estate, konstruksi, dan teknologi informasi telah menghadapi penurunan ekonomi yang tajam di tengah dampak pertempuran Israel selama setahun. Negara tersebut semakin berupaya mengatasi “brain drain” karena ratusan ribu prajurit cadangan dipanggil untuk beraksi sementara sekitar setengah juta warga Israel dilaporkan telah meninggalkan negara itu.

Pengungkapan Angkatan Laut AS ini muncul di tengah serangkaian insiden memalukan bagi Angkatan Laut selama beberapa bulan terakhir. Awal tahun ini, Angkatan Laut AS diejek habis-habisan secara daring setelah sebuah foto diunggah ke Instagram yang memperlihatkan seorang komandan mengacungkan senapan dengan teropong yang dipasang terbalik.

Pada bulan September, lebih dari selusin kepala Angkatan Laut dan kepala senior dikenai sanksi setelah bersekongkol memasang sistem Wi-Fi yang tidak sah di kapal tempur pesisir—sebuah risiko keamanan yang serius.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More