Senator AS: Israel Gunakan Bom Seri Mark 84 Amerika untuk Habisi Nasrallah

Senin, 30 September 2024 - 09:04 WIB
Bom seri Mark 84 buatan Amerika Serikat digunakan Israel untuk membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di pinggiran Beirut, Lebanon. Foto/af.mil
WASHINGTON - Seorang senator Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi bahwa militer Israel menggunakan bom buatan Amerika dalam serangan yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di dekat Beirut, Lebanon.

Mark Kelly, Ketua Subkomite Angkatan Udara Senat AS, mengatakan Israel menggunakan bom seri Mark 84 seberat 2.000 pon (900 kg) dalam operasi tersebut.

"Kami melihat lebih banyak penggunaan amunisi berpemandu, JDAM, dan kami terus menyediakan senjata tersebut," kata Kelly, menggunakan singkatan dari Joint Direct Attack Munitions.





"Bom seberat 2.000 pon yang digunakan, itu adalah bom seri Mark 84, untuk menghabisi Nasrallah," katanya lagi dalam wawancaranya dengan NBC, yang dikutip Reuters, Senin (30/9/2024).

Militer Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah membunuh Nasrallah dalam serangan terhadap markas komando pusat Hizbullah di pinggiran selatan Beirut.

Militer Israel awalnya menolak berkomentar tentang senjata apa yang digunakan dalam serangan itu. Pentagon juga tidak segera bersedia memberikan komentar.

Namun, Jerusalem Post, mengutip militer Zionis melaporkan sekitar 100 bom penghancur bunker dijatuhkan oleh jet tempur F-15 di markas bawah tanah Hizbullah di pinggiran kota Dahiyeh dalam serangan tersebut.

Analisis New York Times terhadap video jet tempur yang lepas landas yang dirilis sebelumnya menduga bahwa sedikitnya 15 bom BLU-109 buatan AS dengan perangkat pemandu JDAM digunakan dalam serangan itu. Amunisi seberat 2.000 pon itu dikenal sebagai penghancur bunker berkat kemampuannya menembus bawah tanah.

Brigadir Jenderal Amichai Levine, komandan Hatzerim di Pangkalan Udara Israel mengungkapkan pada hari Sabtu bahwa misi untuk menetralisir Nasrallah menuntut kemampuan unik dan berkelas dunia dari Angkatan Udara Israel (IAF).

Operasi tersebut membutuhkan presisi ekstrem untuk menyerang area bawah tanah yang dalam sambil mempertahankan tipu daya yang sempurna, memastikan bahwa Nasrallah, Ali Karaki, dan tokoh senior lainnya tidak akan mendeteksi serangan tersebut dan melarikan diri.

"Operasi tersebut berhasil dengan sempurna," kata Levine, memuji kru darat dan tim teknis atas pelaksanaannya yang lancar.

Mereka tidak hanya memastikan kesiapan pesawat, tetapi mereka juga mengelola amunisi, yang bekerja dengan sempurna meskipun dalam kondisi misi yang rumit.

"Sekitar seratus amunisi digunakan, dengan pengebom menjatuhkannya setiap dua detik dengan presisi yang sempurna," ujarnya.

Sekadar diketahui, JDAM mengubah bom standar tanpa pemandu menggunakan sirip dan sistem pemandu GPS menjadi senjata berpemandu.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More