Trump Tidak Berubah setelah Bertemu Zelensky Bahas Perang Ukraina
Sabtu, 28 September 2024 - 13:01 WIB
WASHINGTON - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia "belajar banyak" selama pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Jumat (27/9/2024), tetapi ia tidak mengubah pandangannya bahwa konflik tersebut harus diselesaikan dengan "kesepakatan yang adil."
Trump dan Zelensky bertemu di Trump Tower di New York, setelah Zelensky dikritik habis-habisan oleh Partai Republik karena tampak berkampanye untuk lawan Trump dalam pemilu presiden, Wakil Presiden Kamala Harris, awal pekan ini.
Dalam rapat umum di North Carolina pada Kamis, Trump menuduh Zelensky "membicarakan hal-hal kecil yang tidak menyenangkan" terhadapnya, dan menggambarkan pemimpin Ukraina itu sebagai "orang yang menolak untuk membuat kesepakatan."
Dalam pernyataan singkat kepada wartawan sebelum pertemuan tersebut, Trump membanggakan bahwa dia memiliki "hubungan yang sangat baik" dengan Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan berjanji "menyelesaikan (konflik Ukraina) dengan sangat cepat" jika dia memenangkan pemilu pada bulan November.
Tampil di samping Zelensky setelahnya, Trump berkata, "Saya belajar banyak, tetapi saya rasa saya belum berubah dari sudut pandang bahwa kita berdua ingin melihat ini berakhir dan kita berdua ingin melihat kesepakatan yang adil dibuat."
Ketika ditanya bagaimana dia akan mencapainya, Trump berkata, "Masih terlalu dini untuk mengatakannya."
"Saya punya ide sendiri, dan saya yakin presiden pasti punya ide sendiri," papar dia.
Trump telah berulang kali mengklaim konflik itu tidak akan pernah terjadi jika dia menjadi presiden pada tahun 2022, dan bersikeras dia dapat memaksa Zelensky dan Putin melakukan solusi diplomatik "dalam waktu 24 jam" setelah terpilih.
Zelensky juga mengatakan dia ingin konflik diselesaikan dengan cepat, tetapi telah mengesampingkan melakukannya melalui negosiasi.
Awal pekan ini, dia menyampaikan kepada Presiden AS Joe Biden suatu yang disebut 'rencana kemenangan', yang dia klaim menawarkan peta jalan untuk mengalahkan Rusia secara militer.
Meskipun dokumen tersebut belum dipublikasikan, dokumen tersebut terdiri dari empat poin yakni kelanjutan serangan Kiev ke Kursk, jaminan keamanan ala NATO dari Barat untuk Ukraina, pengiriman senjata yang lebih canggih, dan bantuan keuangan internasional untuk negara tersebut, menurut The Times.
Tidak seperti Trump, Biden dan Harris menolak membahas secara terbuka tentang akhir diplomatik dari konflik tersebut.
Setelah pertemuannya sendiri dengan Zelensky di Gedung Putih pada Kamis, Biden mengumumkan lebih dari USD8 miliar bantuan militer untuk Ukraina, sementara Harris menggambarkan gagasan Kiev menukar wilayah untuk perdamaian sebagai "berbahaya dan tidak dapat diterima."
Calon wakil presiden Trump, J.D. Vance, mengatakan Trump kemungkinan akan membekukan konflik di sepanjang garis kontak saat ini dan menawarkan Rusia jaminan Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, sementara pendukung Kiev di Eropa menanggung biaya rekonstruksi negara tersebut.
Moskow menyatakan kenetralan Ukraina sebagai salah satu tujuan utamanya, sambil bersikeras setiap pembicaraan damai mempertimbangkan "realitas teritorial" Rusia yang mengendalikan bekas wilayah Ukraina yakni Donetsk, Lugansk, Kherson, dan Zaporozhye plus Crimea.
Trump dan Zelensky bertemu di Trump Tower di New York, setelah Zelensky dikritik habis-habisan oleh Partai Republik karena tampak berkampanye untuk lawan Trump dalam pemilu presiden, Wakil Presiden Kamala Harris, awal pekan ini.
Dalam rapat umum di North Carolina pada Kamis, Trump menuduh Zelensky "membicarakan hal-hal kecil yang tidak menyenangkan" terhadapnya, dan menggambarkan pemimpin Ukraina itu sebagai "orang yang menolak untuk membuat kesepakatan."
Dalam pernyataan singkat kepada wartawan sebelum pertemuan tersebut, Trump membanggakan bahwa dia memiliki "hubungan yang sangat baik" dengan Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan berjanji "menyelesaikan (konflik Ukraina) dengan sangat cepat" jika dia memenangkan pemilu pada bulan November.
Tampil di samping Zelensky setelahnya, Trump berkata, "Saya belajar banyak, tetapi saya rasa saya belum berubah dari sudut pandang bahwa kita berdua ingin melihat ini berakhir dan kita berdua ingin melihat kesepakatan yang adil dibuat."
Ketika ditanya bagaimana dia akan mencapainya, Trump berkata, "Masih terlalu dini untuk mengatakannya."
"Saya punya ide sendiri, dan saya yakin presiden pasti punya ide sendiri," papar dia.
Trump telah berulang kali mengklaim konflik itu tidak akan pernah terjadi jika dia menjadi presiden pada tahun 2022, dan bersikeras dia dapat memaksa Zelensky dan Putin melakukan solusi diplomatik "dalam waktu 24 jam" setelah terpilih.
Zelensky juga mengatakan dia ingin konflik diselesaikan dengan cepat, tetapi telah mengesampingkan melakukannya melalui negosiasi.
Awal pekan ini, dia menyampaikan kepada Presiden AS Joe Biden suatu yang disebut 'rencana kemenangan', yang dia klaim menawarkan peta jalan untuk mengalahkan Rusia secara militer.
Meskipun dokumen tersebut belum dipublikasikan, dokumen tersebut terdiri dari empat poin yakni kelanjutan serangan Kiev ke Kursk, jaminan keamanan ala NATO dari Barat untuk Ukraina, pengiriman senjata yang lebih canggih, dan bantuan keuangan internasional untuk negara tersebut, menurut The Times.
Tidak seperti Trump, Biden dan Harris menolak membahas secara terbuka tentang akhir diplomatik dari konflik tersebut.
Setelah pertemuannya sendiri dengan Zelensky di Gedung Putih pada Kamis, Biden mengumumkan lebih dari USD8 miliar bantuan militer untuk Ukraina, sementara Harris menggambarkan gagasan Kiev menukar wilayah untuk perdamaian sebagai "berbahaya dan tidak dapat diterima."
Calon wakil presiden Trump, J.D. Vance, mengatakan Trump kemungkinan akan membekukan konflik di sepanjang garis kontak saat ini dan menawarkan Rusia jaminan Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, sementara pendukung Kiev di Eropa menanggung biaya rekonstruksi negara tersebut.
Moskow menyatakan kenetralan Ukraina sebagai salah satu tujuan utamanya, sambil bersikeras setiap pembicaraan damai mempertimbangkan "realitas teritorial" Rusia yang mengendalikan bekas wilayah Ukraina yakni Donetsk, Lugansk, Kherson, dan Zaporozhye plus Crimea.
Baca Juga
(sya)
tulis komentar anda