Moskow Sebut 50 Negara Bersatu Mengeroyok Rusia
Selasa, 03 September 2024 - 14:29 WIB
Namun, dia mengatakan Presiden Putin telah menjelaskan bahwa Moskow tetap terbuka untuk melakukan kontak dengan negara-negara Barat kolektif. "Dengan pemahaman, tentu saja, bahwa mereka akan meninggalkan kebijakan permusuhan mereka yang terbuka terhadap negara kami," paparnya, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (3/9/2024).
"Jika AS dan sekutunya tidak mengubah cara mereka, kami akan terus menanggapi dengan tegas setiap langkah yang tidak bersahabat," imbuh Lavrov.
Di tempat lain pada hari Senin, Putin mengatakan konflik antara Moskow dan Kyiv telah pecah karena strategi destruktif Barat mengenai Ukraina.
"Selama beberapa dekade, Amerika dan sekutu mereka berusaha mengendalikan Ukraina sepenuhnya. Mereka mendanai organisasi nasionalis dan anti-Rusia di sana; mereka terus berupaya meyakinkan Ukraina bahwa Rusia adalah musuh abadinya dan ancaman utama bagi keberadaannya," kata pemimpin Kremlin tersebut.
Menurut Putin, Washington dan "satelitnya" mengatur kudeta Maidan 2014 di Kyiv, yang didorong oleh kelompok neo-Nazi radikal yang terus menentukan kebijakan Ukraina hingga hari ini.
"Jika AS dan sekutunya tidak mengubah cara mereka, kami akan terus menanggapi dengan tegas setiap langkah yang tidak bersahabat," imbuh Lavrov.
Di tempat lain pada hari Senin, Putin mengatakan konflik antara Moskow dan Kyiv telah pecah karena strategi destruktif Barat mengenai Ukraina.
"Selama beberapa dekade, Amerika dan sekutu mereka berusaha mengendalikan Ukraina sepenuhnya. Mereka mendanai organisasi nasionalis dan anti-Rusia di sana; mereka terus berupaya meyakinkan Ukraina bahwa Rusia adalah musuh abadinya dan ancaman utama bagi keberadaannya," kata pemimpin Kremlin tersebut.
Menurut Putin, Washington dan "satelitnya" mengatur kudeta Maidan 2014 di Kyiv, yang didorong oleh kelompok neo-Nazi radikal yang terus menentukan kebijakan Ukraina hingga hari ini.
(mas)
tulis komentar anda