Putin Ancam Produksi Senjata Nuklir Lagi, Ini Respons Jerman
Selasa, 30 Juli 2024 - 09:33 WIB
BERLIN - Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mencabut moratorium dan kembali memproduksi senjata nuklir. Ancaman ini sebagai respons atas keputusan Amerika Serikat (AS) menempatkan rudal jarak jauh, termasuk Tomahawk, ke Jerman mulai 2026.
Pemerintah Jerman mengatakan Berlin tidak akan terintimidasi oleh ancaman Putin.
"Kami tidak akan terintimidasi oleh pernyataan seperti itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer dalam konferensi pers hari Senin, yang dilansir AFP, Selasa (30/7/2024).
Pada awal Juli, Washington dan Berlin mengumumkan bahwa penempatan berkala rudal jarak jauh AS, termasuk rudal jelajah Tomahawk, SM-6 dan rudal hipersonik ke Jerman akan dimulai pada 2026.
Putin, pada hari Minggu, mengatakan Rusia akan kembali memproduksi senjata nuklir jarak menengah jika rencana AS dan Jerman tersebut terus berlanjut.
"Kami akan menganggap diri kami terbebas dari moratorium sepihak yang sebelumnya diadopsi atas penempatan kemampuan serangan jarak menengah dan pendek," kata Putin selama parade Angkatan Laut di St Petersburg.
Putin menambahkan bahwa sekarang di Rusia pengembangan sejumlah sistem semacam itu sedang dalam tahap akhir.
"Kami akan mengambil langkah-langkah serupa dalam penempatannya, dengan mempertimbangkan tindakan AS, satelitnya di Eropa, dan di wilayah lain di dunia," lanjut Putin.
Rudal semacam itu, yang dapat menempuh jarak antara 500 dan 5.500 kilometer (300-3.400 mil), merupakan subjek perjanjian pengendalian senjata yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1987—Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF).
Namun, baik Washington maupun Moskow menarik diri dari Perjanjian INF pada tahun 2019, masing-masing menuduh satu sama lain telah melakukan pelanggaran.
"Rudal jenis ini...telah dikembangkan dan digunakan sejak lama oleh Rusia," kata Fischer.
"Apa yang kami rencanakan sekarang adalah tanggapan untuk mencegah senjata ini digunakan terhadap Jerman atau target lainnya," imbuh dia.
Pemerintah Jerman mengatakan Berlin tidak akan terintimidasi oleh ancaman Putin.
"Kami tidak akan terintimidasi oleh pernyataan seperti itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer dalam konferensi pers hari Senin, yang dilansir AFP, Selasa (30/7/2024).
Pada awal Juli, Washington dan Berlin mengumumkan bahwa penempatan berkala rudal jarak jauh AS, termasuk rudal jelajah Tomahawk, SM-6 dan rudal hipersonik ke Jerman akan dimulai pada 2026.
Putin, pada hari Minggu, mengatakan Rusia akan kembali memproduksi senjata nuklir jarak menengah jika rencana AS dan Jerman tersebut terus berlanjut.
"Kami akan menganggap diri kami terbebas dari moratorium sepihak yang sebelumnya diadopsi atas penempatan kemampuan serangan jarak menengah dan pendek," kata Putin selama parade Angkatan Laut di St Petersburg.
Putin menambahkan bahwa sekarang di Rusia pengembangan sejumlah sistem semacam itu sedang dalam tahap akhir.
"Kami akan mengambil langkah-langkah serupa dalam penempatannya, dengan mempertimbangkan tindakan AS, satelitnya di Eropa, dan di wilayah lain di dunia," lanjut Putin.
Rudal semacam itu, yang dapat menempuh jarak antara 500 dan 5.500 kilometer (300-3.400 mil), merupakan subjek perjanjian pengendalian senjata yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1987—Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF).
Namun, baik Washington maupun Moskow menarik diri dari Perjanjian INF pada tahun 2019, masing-masing menuduh satu sama lain telah melakukan pelanggaran.
"Rudal jenis ini...telah dikembangkan dan digunakan sejak lama oleh Rusia," kata Fischer.
"Apa yang kami rencanakan sekarang adalah tanggapan untuk mencegah senjata ini digunakan terhadap Jerman atau target lainnya," imbuh dia.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda