Melalui Sinifikasi, China Ingin Warga Tibet Tak Lagi Hormati Dalai Lama

Selasa, 23 Juli 2024 - 08:36 WIB
Melalui sinifikasi, rezim komunis China ingin warga Tibet tak lagi hormati Dalai Lama. Foto/EPA-EFE/TRIPTA
LHASA - China menyebut Dalai Lama sebagai "pemecah belah" dan "separatis”, namun sangat takut pada diri dan pengaruhnya terhadap masyarakat Tibet.

Alhasil, China pun memberlakukan tindakan ketat untuk memastikan bahwa hari ulang tahun Dalai Lama tidak boleh dirayakan.

Larangan tersebut juga berlaku tahun ini. Pemerintah China memberlakukan pembatasan ketat media sosial untuk mencegah warga Tibet merayakan ulang tahun Dalai Lama pada 6 Juli lalu.



China telah melangkah lebih jauh dalam “sinifikasi” Tibet dengan seringnya kunjungan oleh anggota terkemuka Partai Komunis China (CCP) ke Tibet.

Dalam kunjungan ini, seperti dikutip dari Voices Against Autocracy, Selasa (23/7/2024), para pejabat CCP membawa pesan kepada masyarakat bahwa mereka harus setia kepada partai dan mempromosikan diri sebagai “warga China”, bukan “warga Tibet”.



Menjelang ulang tahun Dalai Lama tahun ini, otoritas China telah memeriksa telepon seluler warga Tibet dengan lebih ketat untuk memastikan mereka tidak mengunduh foto pemimpin spiritual Tibet tersebut. Sudah ada larangan kepemilikan foto Dalai Lama, serta unggahan fotonya di media sosial.

Operasi lutut Dalai Lama di Amerika Serikat (AS) telah membuat otoritas China lebih waspada karena sebagian warga Tibet cenderung menggunakan media sosial untuk mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang kesehatannya, dan mungkin membagikan foto-foto sang pemimpin spriritual di media sosial.

China juga memperingatkan warga Tibet untuk tidak menghubungi anggota keluarga mereka yang tinggal di luar negeri.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pemerintah daerah telah melarang orang yang tinggal di Daerah Otonomi Tibet (TAR) dan di beberapa provinsi barat yang memiliki populasi Tibet untuk berkomunikasi dengan dunia luar tentang hari ulang tahun Dalai Lama.

Larangan tersebut berkaitan dengan kunjungan baru-baru ini oleh petinggi CCP dan pejabat senior lainnya ke Xining di Qinghai, Kardze (Ganzi) TAR, dan Prefektur Otonomi Tibet & Qiang Ngaba (Aba) di Sichuan.

Kunjungan Xi Jinping ke Tibet



Tokoh utama dalam kunjungan ini adalah Presiden Xi Jinping, yang meminta warga Tibet untuk menganggap diri mereka sebagai “warga China” dan menuntut kesetiaan kepada CCP, serta menginstruksikan warga Tibet untuk mengintegrasikan praktik keagamaan mereka dengan sistem nilai CCP.



Xi mengunjungi sekolah menengah untuk warga Tibet Golok dan Kuil Buddha Tibet Hongjue di provinsi barat laut Qinghai, di ibu kota provinsi Xining. Kuil Hongjue yang bersejarah telah menjadi kunci komunikasi China dengan para pemimpin Buddha Tibet sejak 1951.

Kunjungan Xi dan Wang Huning, Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China pada Juni 2024, berkaitan dengan kecemasan para pemimpin China mengenai reinkarnasi Dalai Lama.

Beberapa petunjuk mengenai kekhawatiran ini ditemukan dari laporan tentang "pesta minum teh" yang diselenggarakan Asosiasi Jurnalis Seluruh China tentang Tibet pada 27 Juni 2024.

Staf dari Pusat Penelitian Tibetologi China (CTRC) yang berpusat di Beijing hadir di sana untuk menanggapi pertanyaan.

Seorang reporter bertanya tentang sikap pemerintah China terhadap kemungkinan Dalai Lama mengumumkan rencana reinkarnasinya di usia 90 tahun, sesuatu yang pernah dikatakan Tenzin Gyatso dalam pernyataannya di tahun 2011 mengenai subjek tersebut.

Lhajam Gyal, Wakil Direktur di CTRC, menanggapi pertanyaan tersebut dengan menyebutkan "Peraturan tentang Pengelolaan Reinkarnasi Buddha Hidup dalam Agama Buddha Tibet" di tahun 2007, dan menambahkan bahwa "Meski Dalai Lama saat ini berada di luar China, reinkarnasinya masih menjadi bagian dari tradisi Gelug (Buddha Tibet) dan berada di bawah yurisdiksi pemerintah China, karena sebagian besar kuil berada di China."

Sejak 2011, otoritas China telah berupaya mengendalikan umat Buddha Tibet, mengulang narasi standar CCP tentang reinkarnasi, dan memperkuat langkah-langkah administratif mereka.

Ketika Xi dan Wang datang berkunjung kali ini, diskusi dengan para pemimpin provinsi difokuskan pada langkah-langkah mengendalikan umat Buddha Tibet.

Sistem Sekolah Asrama



Selain itu, China juga terus berupaya mengindoktrinasi komunitas Buddha Tibet, khususnya para Lama yang bereinkarnasi. Mereka mengajak sekelompok umat Buddha Tibet muda pada Mei 2024 untuk melakukan tur studi ke berbagai kota di China, termasuk Beijing.

Itu diikuti oleh publikasi (di bulan Juli), serangkaian esai di media pemerintah oleh beberapa Lama yang dibawa dalam perjalanan indoktrinasi.

Sebagian besar dari apa yang disebut "refleksi pribadi", esai-esai, sebenarnya ditulis pejabat China, tetapi diterbitkan dengan nama-nama Lama muda yang bereinkarnasi.

Misalnya, Lama bereinkarnasi berusia 18 tahun Dorjee Lodroe dari daerah Lhorong (Luolong) di kota Chamdo (Changdu) menyimpulkan tulisannya dengan menulis: "Dalam studi dan praktik saya di masa depan, saya akan menghargai kesempatan belajar yang diperoleh dengan susah payah, menerapkan ajaran tulus Sekretaris Jenderal Xi Jinping, dan melangkah maju dengan teguh di jalan menjadi biksu yang luar biasa di era baru. Saya akan selalu mendengarkan Partai, berterima kasih kepada Partai, dan mengikuti Partai, dan berusaha keras untuk menjadi biksu yang berkualitas di era baru!"

Pernyataan tersebut begitu melekat kuat dengan jargon politik pemerintah China.

Selama kunjungannya ke Xining di Qinghai, Xi mengunjungi sekolah asrama yang didanai dan dibangun dengan bantuan dari Shanghai untuk siswa dari daerah pedesaan di Golog (Guolo) TAR.

Perhatian yang diberikan kepada sekolah asrama untuk warga Tibet adalah untuk menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja di sekolah-sekolah ini, karena masih ada kekhawatiran internasional terhadap kebijakan CCP tentang asimilasi massal anak-anak pengembara dan penggembala Tibet di sistem sekolah asrama China, yang jauh dari orang tua dan budaya Tibet mereka.

Kelalaian yang mencolok dalam narasi propaganda ini adalah tidak adanya penyebutan tentang siswa yang dapat belajar tentang sejarah Tibet atau bahasa Tibet.

Sejak memangku jabatan pemimpin CCP pada tahun 2012, Xi telah melakukan tiga kunjungan ke Qinghai, yaitu tahun 2016, 2021 dan yang terbaru pada Juni 2024.

Menariknya, media pemerintah menyebutkan bahwa Menteri UFWD Shi Taifeng mendampingi Wang Huning ke daerah Tibet di Sichuan.

Dengan demikian, dalam benak CCP, Tibet masih harus berasimilasi sepenuhnya ke China.

Hal itu dilakukan melalui sistem pendidikan cuci otak di sekolah asrama dan dengan memastikan bahwa warga Tibet tidak lagi menunjukkan rasa hormat mereka terhadap pemimpin spiritual mereka, Dalai Lama.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More