Hizbullah Sebut Netanyahu ingin Perang Berlanjut Bertahun-tahun
Rabu, 17 Juli 2024 - 08:47 WIB
BEIRUT - Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem mengatakan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ingin perang di Gaza terus berlanjut, bahkan jika berlangsung selama bertahun-tahun.
"Namun, dia tidak akan memenangkannya," ungkap Sheikh Naim Qassem menyampaikan komentarnya pada pertemuan Hizbullah di Beirut.
Gerakan tersebut menuduh Netanyahu melakukan "penipuan dan kebohongan" dengan mengklaim dia menyetujui usulan gencatan senjata di Gaza.
"Netanyahu menetapkan prasyarat untuk kesepakatan yang tidak akan diterima oleh siapa pun," papar pejabat Hizbullah tersebut, termasuk hak bagi negara penjajah untuk "melanjutkan pertempuran" setelah fase pertama kesepakatan, yang akan mencakup gencatan senjata selama 48 hari.
"Apakah masuk akal bagi Hamas dan perlawanan untuk menyetujui gencatan senjata selama 48 hari dan membebaskan tawanan (Israel), lalu berkata, 'Teruslah berjuang.' Apakah ini masuk akal?" ujar dia.
Dia menyarankan jika Netanyahu berpikir dia akan menang, ia sedang berkhayal. “Bahkan jika dia melakukan lebih banyak pembantaian, pada akhirnya dia akan jatuh dan nilai-nilai Barat akan jatuh bersamanya selamanya,” tegas dia.
Mengomentari posisi Amerika Serikat (AS), Qassem menuduh prioritas Washington adalah agar Israel merasa nyaman.
“Kita telah melihat bahwa AS tidak serius untuk mengakhiri perang, kegagalan tekanan Amerika dan tekad Israel untuk melanjutkannya,” papar dia.
Jika perang berlangsung selama beberapa bulan lagi, menurut dia, pejuang perlawanan di Gaza dan rakyat Palestina akan terus berjuang tidak peduli berapa lama itu berlangsung.
"Namun, dia tidak akan memenangkannya," ungkap Sheikh Naim Qassem menyampaikan komentarnya pada pertemuan Hizbullah di Beirut.
Gerakan tersebut menuduh Netanyahu melakukan "penipuan dan kebohongan" dengan mengklaim dia menyetujui usulan gencatan senjata di Gaza.
"Netanyahu menetapkan prasyarat untuk kesepakatan yang tidak akan diterima oleh siapa pun," papar pejabat Hizbullah tersebut, termasuk hak bagi negara penjajah untuk "melanjutkan pertempuran" setelah fase pertama kesepakatan, yang akan mencakup gencatan senjata selama 48 hari.
"Apakah masuk akal bagi Hamas dan perlawanan untuk menyetujui gencatan senjata selama 48 hari dan membebaskan tawanan (Israel), lalu berkata, 'Teruslah berjuang.' Apakah ini masuk akal?" ujar dia.
Dia menyarankan jika Netanyahu berpikir dia akan menang, ia sedang berkhayal. “Bahkan jika dia melakukan lebih banyak pembantaian, pada akhirnya dia akan jatuh dan nilai-nilai Barat akan jatuh bersamanya selamanya,” tegas dia.
Mengomentari posisi Amerika Serikat (AS), Qassem menuduh prioritas Washington adalah agar Israel merasa nyaman.
“Kita telah melihat bahwa AS tidak serius untuk mengakhiri perang, kegagalan tekanan Amerika dan tekad Israel untuk melanjutkannya,” papar dia.
Jika perang berlangsung selama beberapa bulan lagi, menurut dia, pejuang perlawanan di Gaza dan rakyat Palestina akan terus berjuang tidak peduli berapa lama itu berlangsung.
tulis komentar anda