Israel Setop Semua Bantuan ke Gaza usai Rebut Perlintasan Rafah, Zionis Sama Saja Hukum Mati Semua Warga Palestina
Rabu, 08 Mei 2024 - 10:43 WIB
Para pasien mulai meninggalkan Rumah Sakit Abu Yussef Al-Najar di timur Rafah setelah warga dan beberapa orang di dalam rumah sakit menerima panggilan telepon yang memberitahu mereka untuk mengevakuasi daerah yang ditetapkan tentara Israel sebagai zona pertempuran, kata petugas medis dan warga.
Di Jenewa, juru bicara kantor kemanusiaan PBB, Jens Laerke, mengatakan “kepanikan dan keputusasaan” mencengkeram masyarakat di Rafah.
Dia mengatakan, berdasarkan hukum internasional, masyarakat harus memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan evakuasi, dan memiliki rute yang aman menuju daerah aman yang memiliki akses terhadap bantuan. “Hal ini tidak terjadi pada evakuasi Rafah,” papar dia.
“Kota itu penuh dengan persenjataan yang belum meledak, bom-bom besar yang tergeletak di jalan. Itu tidak aman,” ujar dia.
Israel membunuh 34.789 warga Palestina di Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengimbau Israel dan Hamas melakukan segala upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan memperingatkan Israel bahwa serangan penuh terhadap Rafah akan “menjadi kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan.”
Hamas mengatakan, pada Senin malam, pihaknya telah mengatakan kepada mediator Qatar dan Mesir yang menangani perundingan tidak langsung tersebut bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata, namun Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya.
Pada Selasa, kelompok tersebut mengatakan serangan Israel di Rafah bertujuan merusak upaya gencatan senjata.
Namun, berbagai pemain tampaknya bersedia untuk berbicara lagi pada hari Selasa.
Warga Tidak Aman
Di Jenewa, juru bicara kantor kemanusiaan PBB, Jens Laerke, mengatakan “kepanikan dan keputusasaan” mencengkeram masyarakat di Rafah.
Dia mengatakan, berdasarkan hukum internasional, masyarakat harus memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan evakuasi, dan memiliki rute yang aman menuju daerah aman yang memiliki akses terhadap bantuan. “Hal ini tidak terjadi pada evakuasi Rafah,” papar dia.
“Kota itu penuh dengan persenjataan yang belum meledak, bom-bom besar yang tergeletak di jalan. Itu tidak aman,” ujar dia.
Israel membunuh 34.789 warga Palestina di Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengimbau Israel dan Hamas melakukan segala upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan memperingatkan Israel bahwa serangan penuh terhadap Rafah akan “menjadi kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan.”
Hamas mengatakan, pada Senin malam, pihaknya telah mengatakan kepada mediator Qatar dan Mesir yang menangani perundingan tidak langsung tersebut bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata, namun Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya.
Pada Selasa, kelompok tersebut mengatakan serangan Israel di Rafah bertujuan merusak upaya gencatan senjata.
Namun, berbagai pemain tampaknya bersedia untuk berbicara lagi pada hari Selasa.
tulis komentar anda