Pemberontak Terkuat Rebut Markas Komando Militer Myanmar, Penjarakan Ratusan Tentara

Selasa, 07 Mei 2024 - 13:42 WIB
Meskipun mempunyai keunggulan dalam persenjataan dan sumber daya manusia, militer Myanmar telah bersikap defensif sejak Oktober lalu, ketika aliansi tiga kelompok pemberontak etnis melancarkan serangan di timur laut negara tersebut.

Video yang dirilis Arakan Army diklaim dibuat pada hari Sabtu pekan lalu. Video tersebut menunjukkan para milisi Arakan Army menjaga para pria berseragam militer dan pakaian sipil, beberapa di antaranya terluka, saat mereka berjalan melewati lapangan dan menyusuri pinggir jalan ditemani oleh wanita dan anak-anak—diduga keluarga para tentara yang sering kali tinggal di pos.

Sebuah keterangan yang menyertai video tersebut mengatakan bahwa video itu menunjukkan wakil komandan dan pasukannya setelah serangan terakhir di mana mereka menghadapi kekalahan total dan menyerah.

Video itu tidak merinci jumlah total tentara yang ditangkap dan anggota keluarganya, namun dalam satu bagian dari video terlihat sekitar 300 pria duduk berbaris di lapangan terbuka.

Dalam sebuah pernyataan, Arakan Army mengatakan mereka merebut pos komando pada Kamis lalu setelah menyerangnya selama dua minggu.

Mereka mengeklaim pos militer lain direbut keesokan harinya, bersama dengan pos-pos lain yang direbut selama dua bulan terakhir.

Beberapa bagian dari video yang dirilis hari Senin menunjukkan para pemuda yang tampaknya merupakan anggota minoritas Muslim Rohingya.

Militer Mynamar selama ini dituduh mengisi pasukannya dengan pria Rohingya di Rakhine berdasarkan undang-undang wajib militer yang baru-baru ini diaktifkan. Militer telah kehilangan banyak personel karena jatuhnya korban jiwa, menyerah dan membelot, sementara mereka menghadapi perlawanan kelompok pemberontak yang semakin keras di medan perang.

Warga Rohingya menjadi sasaran kampanye pemberantasan pemberontakan brutal yang mencakup pemerkosaan dan pembunuhan yang menyebabkan sekitar 740.000 orang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh ketika desa mereka dibakar oleh tentara militer pada tahun 2017.

Kelompok nasionalis etnis Rakhine yang bersekutu dengan Arakan Army juga termasuk di antara para penganiaya minoritas Rohingya, namun kini Arakan Army dan etnis Rohingya menjadi sekutu yang menentang pemerintah militer.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More