Analisis Siapa Menang antara Sistem Rudal S-400 Rusia vs Jet Siluman F-35 AS?
Senin, 29 April 2024 - 12:18 WIB
Meskipun kemungkinan adanya konfrontasi antara dua sistem senjata yang tangguh ini tampak jauh, kekhawatiran seputar koeksistensi mereka sangat nyata.
Inti dari masalah ini terletak pada ketakutan bahwa S-400 dapat mengompromikan teknologi sensitif dan kemampuan operasional F-35.
Perselisihan diplomatik dari akuisisi S-400 oleh Turki, negara anggota NATO, merupakan contoh yang menggugah kesadaran tentang ketegangan seputar masalah ini.
Sengketa antara Turki dan Amerika Serikat atas pembelian S-400 pada tahun 2019 mengakibatkan pengusiran Ankara dari program F-35, yang efektif menghentikan semua proses pelatihan dan pengiriman yang terkait dengan jet tempur tersebut. Perpecahan ini menggarisbawahi seriusnya Amerika Serikat melihat risiko potensial yang terkait dengan penempatan F-35 di dekat S-400.
Kathryn Wheelbarger, yang saat itu menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt) asisten menteri pertahanan AS, dengan tegas merangkum kekhawatiran ini ketika dia secara terbuka mengakui bahwa S-400 secara khusus dirancang untuk menargetkan dan menetralisir pesawat seperti F-35.
"Sulit untuk membayangkan Rusia tidak memanfaatkan peluang pengumpulan intelijen itu," katanya, seperti dikutip EurAsian Times, Senin (29/4/2024).
Sentimen ini juga disuarakan oleh Jenderal Tod Wolters, yang memimpin Komando Eropa AS, dengan menekankan ketidakcocokan mendasar antara F-35 dan S-400.
Dia menyoroti ketidakmampuan sistem ini untuk berkomunikasi satu sama lain dan menekankan risiko yang ditimbulkan oleh upaya S-400 untuk mengeksploitasi kemampuan F-35.
Prospek berbagi data radar dan operasional yang kritis dengan Rusia adalah skenario yang harus dihindari oleh Amerika Serikat dan sekutunya dengan segala cara.
Meskipun kemungkinan rendahnya adanya konfrontasi antara kedua aset militer ini, keberadaan S-400 di daerah di mana F-35 beroperasi menyebabkan tantangan yang kompleks dan banyak dimensi.
Inti dari masalah ini terletak pada ketakutan bahwa S-400 dapat mengompromikan teknologi sensitif dan kemampuan operasional F-35.
Perselisihan diplomatik dari akuisisi S-400 oleh Turki, negara anggota NATO, merupakan contoh yang menggugah kesadaran tentang ketegangan seputar masalah ini.
Sengketa antara Turki dan Amerika Serikat atas pembelian S-400 pada tahun 2019 mengakibatkan pengusiran Ankara dari program F-35, yang efektif menghentikan semua proses pelatihan dan pengiriman yang terkait dengan jet tempur tersebut. Perpecahan ini menggarisbawahi seriusnya Amerika Serikat melihat risiko potensial yang terkait dengan penempatan F-35 di dekat S-400.
Kathryn Wheelbarger, yang saat itu menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt) asisten menteri pertahanan AS, dengan tegas merangkum kekhawatiran ini ketika dia secara terbuka mengakui bahwa S-400 secara khusus dirancang untuk menargetkan dan menetralisir pesawat seperti F-35.
"Sulit untuk membayangkan Rusia tidak memanfaatkan peluang pengumpulan intelijen itu," katanya, seperti dikutip EurAsian Times, Senin (29/4/2024).
Sentimen ini juga disuarakan oleh Jenderal Tod Wolters, yang memimpin Komando Eropa AS, dengan menekankan ketidakcocokan mendasar antara F-35 dan S-400.
Dia menyoroti ketidakmampuan sistem ini untuk berkomunikasi satu sama lain dan menekankan risiko yang ditimbulkan oleh upaya S-400 untuk mengeksploitasi kemampuan F-35.
Prospek berbagi data radar dan operasional yang kritis dengan Rusia adalah skenario yang harus dihindari oleh Amerika Serikat dan sekutunya dengan segala cara.
Meskipun kemungkinan rendahnya adanya konfrontasi antara kedua aset militer ini, keberadaan S-400 di daerah di mana F-35 beroperasi menyebabkan tantangan yang kompleks dan banyak dimensi.
tulis komentar anda