Warga Israel Pelihara Sapi Merah, Ingin Bangun Kuil Yahudi di Masjid Al-Aqsa

Jum'at, 29 Maret 2024 - 19:01 WIB


Hamas, gerakan Palestina yang memerangi Israel di Gaza, telah menyuarakan keprihatinan mengenai ternak sapi merah tersebut.

Pada bulan November, sumber senior Palestina yang berhubungan dengan kepemimpinan Hamas mengatakan kepada MEE bahwa kelompok tersebut telah memantau dengan cermat upaya mengamankan kehadiran permanen Yahudi di Masjid Al-Aqsa.

“Yang tersisa hanyalah penyembelihan sapi dara merah yang mereka impor dari Amerika. Jika mereka melakukan itu, itu adalah sinyal untuk membangun kembali Kuil Ketiga,” ujar sumber tersebut.

Pada bulan Januari, Abu Ubaidah, juru bicara sayap militer Hamas, menyampaikan pidato yang menandai 100 hari sejak serangan kelompok tersebut pada tanggal 7 Oktober terhadap komunitas Israel di dekat Jalur Gaza.

Di dalamnya, dia menghubungkan langsung antara keputusan Hamas menyerang Israel dan aktivis Kuil Ketiga yang mengimpor ternak, yang menurutnya merupakan “agresi terhadap perasaan seluruh bangsa”.

'Yang Kami Inginkan Hanyalah Satu Altar Kecil'



Yaakov, siswa yeshiva berusia 19 tahun dari Los Angeles yang ingin diidentifikasi hanya dengan nama depannya, datang ke Shilo untuk mendapatkan kesempatan melihat sendiri sapi-sapi merah tersebut.

“Saya telah mendengar tentang sapi dara merah dan Bait Suci Pertama dan Kedua sepanjang hidup saya, jadi saya sangat gembira dengan kesempatan untuk melihatnya hari ini,” ungkap dia kepada MEE.

Yaakov memahami prospek pembangunan Kuil Ketiga di situs Masjid Al-Aqsa masih kontroversial, “tetapi menurut saya hal itu tidak seharusnya terjadi”.

“Dulu di sana ada gereja, lalu masjid. Awalnya kuil Yahudi, jadi harusnya lagi,” ujar dia. “Tidak harus dengan kekerasan.”

Boruch Fishman, anggota lama gerakan Kuil Ketiga, mengatakan kepada MEE bahwa masih ada jalan panjang antara menyembelih sapi merah dan membangun Kuil Ketiga.

Dia telah mengidentifikasi 13 masalah yang perlu diselesaikan sebelum pembangunan dapat dimulai, termasuk meminta parlemen Israel, Knesset, untuk melegalkan rencana tersebut. “Di situlah saya bisa membantu dari sisi politik,” papar dia.

Sejak Israel menaklukkan dan menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967, pemerintah Israel telah mempertahankan pembatasan ketat pada era Ottoman atas kehadiran orang Yahudi di halaman Masjid Al-Aqsa.

Masuk ke Al-Aqsa juga telah dilarang oleh Kepala Rabbi Yerusalem sejak tahun 1921, dengan dekrit yang menyatakan orang Yahudi dilarang memasuki situs tersebut kecuali “secara ritual bersih”, yang tidak mungkin dilakukan tanpa abu sapi merah.

Namun seiring dengan pergeseran politik dan masyarakat Israel ke arah agama sayap kanan, sejumlah warga Yahudi Israel yang hampir selalu merupakan pemukim, diperbolehkan mengunjungi situs tersebut secara teratur di bawah penjagaan bersenjata.

Komunitas Kuil Ketiga berharap penyembelihan sapi merah Shilo akan memungkinkan orang-orang Yahudi disucikan sehingga mereka dapat melakukan ritual dan ibadah di halaman masjid.

Penelitian yang dilakukan seorang profesor di Universitas Bar Ilan memperkirakan abu seekor sapi dapat dibuat menjadi air pembersih yang cukup untuk 660 miliar pemurnian.

“Salah satu isu utama adalah Wakaf,” ujar Fishman, merujuk pada lembaga amal Islam yang dikelola Yordania yang mengelola Al-Aqsa. “Wakaf mendapat banyak uang dari Yordania dan saya rasa mereka tidak mau menyerahkannya.”

Menurut Fishman, langkah-langkah kecil perlu diambil untuk mengamankan kehadiran Yahudi di Temple Mount. “Komunitas Muslim sangat terpukul saat ini, dan kita harus peka. Yang kami inginkan hanyalah sebuah altar kecil,” ungkap dia.

Beberapa aktivis Kuil Ketiga dan para rabi sebelumnya berusaha melakukan pengorbanan ritual di halaman Masjid Al-Aqsa saat Paskah, namun ditolak oleh tentara Israel.

“Mungkin Wakaf bisa dibujuk untuk membantu mengumpulkan persembahan dan mengumpulkan uang dengan cara itu,” ujar Fishman.

“Tentu saja, tidak semua orang bisa datang dengan membawa sesuatu untuk dikorbankan, itu akan menjadi pertumpahan darah. Namun saya yakin ada perbedaan antara apa yang disampaikan Wakaf secara publik dan pribadi, dan hal ini dapat diyakinkan,” papar dia.

Sebagai tanggapan, juru bicara Wakaf Firas al-Debs mengatakan kepada MEE, “Biarkan mereka mengatakan apa pun yang mereka inginkan dalam konferensi mereka. Wakaf selalu menekankan dalam pernyataannya pendapat tegas bahwa Masjid Al-Aqsa hanya untuk umat Islam dan tidak menerima kemitraan atau perpecahan.”

“Tidak ada gunanya membicarakan konferensi-konferensi ini selama tidak resmi,” tegas dia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More