Kisah Tragis Mantan Tentara Elite Afghanistan di India, dari Bekerja Tukang Cukur dari Hidup Menderita
Sabtu, 16 Maret 2024 - 17:17 WIB
Baca Juga
Setelah hampir setahun menjalani perawatan, rahangnya masih mengalami cacat, sehingga pemerintah Afghanistan mengirimnya ke India untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Dia meninggalkan orang tuanya, seorang saudara perempuan dan tujuh saudara laki-laki.
Pada tahun 2019, Marzai tiba di fasilitas medis di Gurgaon, sebuah kota yang berbatasan dengan New Delhi. Kemudian, dia juga dibawa ke dua rumah sakit umum lainnya di ibu kota India.
Pada Agustus 2021, Marzai berharap bisa kembali ke Afghanistan, wajahnya akhirnya membaik. Tapi Afghanistan yang dia tahu akan segera hancur.
Ketika Taliban menguasai provinsi demi provinsi di Afghanistan pada awal Agustus, Marzai mengikuti berita di ponselnya, menonton YouTube, melacak Twitter, dan menunggu pembaruan di Facebook.
Kemudian, pada tanggal 15 Agustus, Taliban menyerbu Kabul dan mengambil alih kekuasaan, memaksa pasukan AS dan NATO meninggalkan negara itu dengan jalan keluar yang kacau balau. Marzai mencoba menghubungi keluarga dan rekan tentaranya melalui telepon, namun tidak dapat tersambung karena jaringan seluler sedang tidak aktif.
Dia terkejut: Marzai mengharapkan adanya perlawanan, bukan penyerahan diri yang lemah lembut dari para politisi negara itu, yang dia tuduh menjarah Afghanistan dan kemudian melarikan diri.
“Saya menangis sepanjang malam ketika Taliban mengambil alih negara ini,” kata Marzai. “Saya patah hati. Saya sangat menantikan untuk kembali ke keluarga saya dan bergabung kembali dengan tentara, tetapi sekarang saya terjebak di sini [di India].”
Marzai berasal dari Ghazni, sebuah provinsi di Afghanistan yang didominasi oleh komunitas Syiah Hazara, yang telah lama dianiaya oleh Taliban yang mayoritas Sunni.
Dan dia adalah mantan prajurit pemerintahan yang dipandang Taliban sebagai musuh. Sejak Agustus 2021, meskipun ada amnesti umum yang diumumkan oleh Taliban setelah pengambilalihan kekuasaannya, Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) melaporkan bahwa setidaknya 200 mantan tentara Afghanistan dan pejabat pemerintah telah dibunuh secara di luar hukum oleh otoritas baru.
tulis komentar anda