Nostradamus Pemilu AS Ramalkan Kamala Harris Menang, Apakah Terbukti?
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Allan Lichtman, yang dijuluki sebagai nostradamus pemilu Amerika Serikat (AS), telah meramalkan Kamala Harris sebagai pemenang dan menjadi presiden perempuanpertama Amerika. Apakah ramalannya terbukti?
Pemilu Amerika digelar Selasa (5/11/2024) waktu setempat. Ini menjadi pertarungan sengit antara dua calon presiden utama; Kamala Harris dari Partai Demokrat dengan Donald Trump dari Partai Republik.
Lichtman, yang juga dikenal sebagai sejarawan dan penulis, terkenal karena sebagian besar ramalannya tentang pemilu AS selalu tepat.
Lichtman mengabaikan relevansi sebagian besar data jajak pendapat atau survei, dengan mengatakan bahwa data tersebut sewenang-wenang seperti "takhayul" dalam kata-kata filsuf populer David Hume.
"Serahkan saja (jajak pendapat) itu ke dalam api," kata Lichtman kepada NDTV.
"Jajak pendapat itu tidak memiliki nilai prediktif. Dan semuanya masih dalam batas kesalahan," paparnya.
"Pada tahun 2016, ketika saya meramalkan Donald Trump, saya tidak begitu populer di Washington DC yang 90 persen demokratis, tempat saya mengajar di American University. Semua jajak pendapat mengarah ke arah yang lain. Bahkan, penyusun jajak pendapat yang paling terkemuka, Princeton University Consortium, memberi Hillary Clinton peluang menang sebesar 99 persen," paparnya.
Model prediksi atau ramalan Lichtman berfokus pada pola historis, menepis gagasan bahwa jajak pendapat, strategi kampanye, atau bahkan demografi pemilu saja dapat menentukan hasil.
Pada tahun 1981, dia mengembangkan sistem 13 "Kunci Gedung Putih", yang mengidentifikasi bahwa tata kelola, bukan taktik kampanye, yang menentukan pemilu AS.
Pemilu Amerika digelar Selasa (5/11/2024) waktu setempat. Ini menjadi pertarungan sengit antara dua calon presiden utama; Kamala Harris dari Partai Demokrat dengan Donald Trump dari Partai Republik.
Lichtman, yang juga dikenal sebagai sejarawan dan penulis, terkenal karena sebagian besar ramalannya tentang pemilu AS selalu tepat.
Lichtman mengabaikan relevansi sebagian besar data jajak pendapat atau survei, dengan mengatakan bahwa data tersebut sewenang-wenang seperti "takhayul" dalam kata-kata filsuf populer David Hume.
"Serahkan saja (jajak pendapat) itu ke dalam api," kata Lichtman kepada NDTV.
"Jajak pendapat itu tidak memiliki nilai prediktif. Dan semuanya masih dalam batas kesalahan," paparnya.
"Pada tahun 2016, ketika saya meramalkan Donald Trump, saya tidak begitu populer di Washington DC yang 90 persen demokratis, tempat saya mengajar di American University. Semua jajak pendapat mengarah ke arah yang lain. Bahkan, penyusun jajak pendapat yang paling terkemuka, Princeton University Consortium, memberi Hillary Clinton peluang menang sebesar 99 persen," paparnya.
Model prediksi atau ramalan Lichtman berfokus pada pola historis, menepis gagasan bahwa jajak pendapat, strategi kampanye, atau bahkan demografi pemilu saja dapat menentukan hasil.
Pada tahun 1981, dia mengembangkan sistem 13 "Kunci Gedung Putih", yang mengidentifikasi bahwa tata kelola, bukan taktik kampanye, yang menentukan pemilu AS.