Gangster Kuasai Haiti: Mayat-mayat Bergelimpangan, Warga Barat Ramai-ramai Kabur

Senin, 11 Maret 2024 - 12:02 WIB
“Penjahat kini telah [mengambil] alih negara. Tidak ada pemerintahan, ini menjadi masyarakat yang gagal,” katanya.

Menurut laporan AFP, dengan meningkatnya disfungsi, banyak mayat terlihat tergeletak di jalan-jalan Port-au-Prince. Kerusuhan tersebut telah menyebabkan 362.000 warga Haiti mengungsi, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

“Warga Haiti tidak bisa menjalani kehidupan yang layak. Mereka hidup dalam ketakutan, dan setiap hari, setiap jam situasi ini terus berlanjut, traumanya semakin parah,” kata Philippe Branchat, ketua IOM di Haiti, dalam sebuah pernyataan.

“Ibu kota dikelilingi oleh kelompok bersenjata dan bahaya. Ini adalah kota yang dikepung.”

Pada hari Sabtu, puluhan warga mencari perlindungan di gedung-gedung publik, dan beberapa berhasil membobol salah satu fasilitas, menurut koresponden AFP.

Polisi pada Jumat malam berhasil menghalau serangan geng, termasuk di istana presiden, dan beberapa bandit terbunuh, kata Lionel Lazarre dari serikat polisi Haiti.

Geng-geng bersenjata baru-baru ini menyerang infrastruktur penting, termasuk dua penjara, sehingga sebagian besar dari 3.800 narapidana melarikan diri.

Bersama dengan sejumlah warga sipil Haiti, geng-geng tersebut menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Henry, yang sedianya akan meninggalkan jabatannya pada bulan Februari namun malah menyetujui kesepakatan pembagian kekuasaan dengan oposisi sampai pemilu baru diadakan.

Washington telah meminta Henry untuk segera melakukan reformasi politik. Dia berada di Kenya ketika kekerasan pecah dan kini dilaporkan terdampar di wilayah Puerto Riko.

Dewan Keamanan PBB memberikan lampu hijau pada bulan Oktober untuk misi kepolisian multinasional yang dipimpin oleh Kenya, namun pengerahan tersebut terhenti oleh pengadilan Kenya.

Port-au-Prince dan Haiti bagian barat berada dalam keadaan darurat selama sebulan, dan jam malam berlaku hingga Senin, meskipun polisi yang kewalahan tidak mungkin bisa menegakkannya.

Di Port-au-Prince, Filienne Setoute menceritakan kepada AFP bagaimana dia telah bekerja di Kementerian Sosial dan Tenaga Kerja selama lebih dari 20 tahun.

Pekerjaan itu berarti dia bisa membangun rumah sendiri. “Tetapi sekarang saya di sini, seorang tunawisma. Saya melarikan diri tanpa mengetahui ke mana harus pergi, itu adalah sebuah pelecehan,” katanya.

Bandara Haiti tetap ditutup sementara pelabuhan utama–titik utama impor makanan–melaporkan penjarahan sejak penghentian layanan pada hari Kamis.

“Jika kita tidak dapat mengakses kontainer-kontainer tersebut, Haiti akan segera mengalami kelaparan,” kata organisasi non-pemerintah Mercy Corps.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More