Kapal Induk Inggris HMS Queen Elizabeth Senilai Rp69,8 Triliun Dilanda Kebakaran
Senin, 11 Maret 2024 - 08:52 WIB
LONDON - Kebakaran kecil melanda kapal induk HMS Queen Elizabeth milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada hari Sabtu.
Insiden yang dialami kapal senilai £3,5 miliar (lebih dari Rp69,8 triliun) ini menambah malu militer London setelah rentetan masalah yang terjadi pada kapal tersebut.
Insiden terbaru itu terjadi ketika kapal induk berbobot 65.000 ton tersebut berlabuh di Glenmallan di Skotlandia saat menunggu perbaikan.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengkonfirmasi bahwa kebakaran tersebut adalah “api kecil dan terisolasi”. “Yang dengan cepat dapat dikendalikan dan dipadamkan, tanpa ada korban luka dan persenjataan dalam kobaran api tersebut. Penyebab kebakaran sedang diselidiki,” kata Angkatan Laut.
Kapal induk andalan Inggris ini—yang dijuluki Big Lizzie—telah menarik diri dari latihan perang besar-besaran NATO awal bulan ini setelah kopling pada baling-baling kanan kapal tidak berfungsi.
Perannya kemudian digantikan oleh kapal saudaranya; HMS Prince of Wales, namun keberangkatannya juga dibatalkan pada menit-menit terakhir karena kerusakan yang sama.
HMS Queen Elizabeth, yang secara resmi ditugaskan ke Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada 7 Desember 2017, memiliki sistem persenjataan dan komunikasi yang canggih, serta lima gyms, sebuah kapel, dan pusat medis.
Namun, para pengkritiknya tetap optimistis mengenai apa yang mereka sebut sebagai proyek mahal yang tidak mampu mengatasi serangan drone dan rudal hipersonik, selain cacat teknis.
Mengomentari situasi terkini yang dialami HMS Queen Elizabeth, analis geopolitik dan mantan personel Marinir Amerika Serikat (AS) Brian Berletic mengatakan kepada Sputnik, Senin (11/3/2024): “Ini hanyalah insiden terbaru dari serangkaian masalah pemeliharaan yang mengganggu baik kapal induk HMS Queen Elizabeth maupun kapal saudaranya.”
“Kedua kapal induk tersebut dibangun oleh Aliansi Kapal Induk yang terdiri dari beberapa perusahaan manufaktur senjata besar dan terkenal korup yang melakukan bisnis melalui penyuapan dan memaksimalkan keuntungan dengan mengorbankan keselamatan dan kualitas,” kata Berletic.
“Fakta bahwa hanya ada dua kapal induk kelas Queen Elizabeth di dunia, dan keduanya memiliki masalah propulsi yang besar, menunjukkan adanya masalah sistemik yang hampir tidak unik di antara program senjata kolektif terbesar (dan termahal) di Barat.”
Insiden yang dialami kapal senilai £3,5 miliar (lebih dari Rp69,8 triliun) ini menambah malu militer London setelah rentetan masalah yang terjadi pada kapal tersebut.
Insiden terbaru itu terjadi ketika kapal induk berbobot 65.000 ton tersebut berlabuh di Glenmallan di Skotlandia saat menunggu perbaikan.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengkonfirmasi bahwa kebakaran tersebut adalah “api kecil dan terisolasi”. “Yang dengan cepat dapat dikendalikan dan dipadamkan, tanpa ada korban luka dan persenjataan dalam kobaran api tersebut. Penyebab kebakaran sedang diselidiki,” kata Angkatan Laut.
Baca Juga
Kapal induk andalan Inggris ini—yang dijuluki Big Lizzie—telah menarik diri dari latihan perang besar-besaran NATO awal bulan ini setelah kopling pada baling-baling kanan kapal tidak berfungsi.
Perannya kemudian digantikan oleh kapal saudaranya; HMS Prince of Wales, namun keberangkatannya juga dibatalkan pada menit-menit terakhir karena kerusakan yang sama.
HMS Queen Elizabeth, yang secara resmi ditugaskan ke Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada 7 Desember 2017, memiliki sistem persenjataan dan komunikasi yang canggih, serta lima gyms, sebuah kapel, dan pusat medis.
Namun, para pengkritiknya tetap optimistis mengenai apa yang mereka sebut sebagai proyek mahal yang tidak mampu mengatasi serangan drone dan rudal hipersonik, selain cacat teknis.
Mengomentari situasi terkini yang dialami HMS Queen Elizabeth, analis geopolitik dan mantan personel Marinir Amerika Serikat (AS) Brian Berletic mengatakan kepada Sputnik, Senin (11/3/2024): “Ini hanyalah insiden terbaru dari serangkaian masalah pemeliharaan yang mengganggu baik kapal induk HMS Queen Elizabeth maupun kapal saudaranya.”
“Kedua kapal induk tersebut dibangun oleh Aliansi Kapal Induk yang terdiri dari beberapa perusahaan manufaktur senjata besar dan terkenal korup yang melakukan bisnis melalui penyuapan dan memaksimalkan keuntungan dengan mengorbankan keselamatan dan kualitas,” kata Berletic.
“Fakta bahwa hanya ada dua kapal induk kelas Queen Elizabeth di dunia, dan keduanya memiliki masalah propulsi yang besar, menunjukkan adanya masalah sistemik yang hampir tidak unik di antara program senjata kolektif terbesar (dan termahal) di Barat.”
(mas)
tulis komentar anda