5 Kelemahan Liga Desa yang Dijagokan Israel untuk Menggantikan Hamas di Gaza

Kamis, 07 Maret 2024 - 18:18 WIB
Liga Desa yang dijagokan Israel memimpin Gaza memiliki banyak kelemahan. Foto/Reuters
GAZA - Perang brutal Israel di Gaza dan pendudukan kembali sebagian besar wilayah Palestina, meskipun ada perlawanan terus-menerus dari Hamas dan kelompok lain, telah meninggalkan dilema bagi Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak banyak memberikan rencana “sehari setelahnya” untuk Gaza dan mengatakan bahwa Israel bermaksud mempertahankan “kendali keamanan” atas Gaza, namun hanya memberikan sedikit rincian. Namun, dalam beberapa hari terakhir, ada laporan tentang bagaimana Israel berencana untuk menguasai Jalur Gaza, atau setidaknya bagian-bagian yang berhasil didudukinya.

Netanyahu telah mengesampingkan mengizinkan Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat milik Presiden Mahmoud Abbas untuk mengelola Gaza. Israel tampaknya berencana untuk mengizinkan apa yang mereka sebut sebagai “klan keluarga yang berpengaruh” atau biasa disebut dengan Liga Desa untuk memainkan peran dalam mengelola wilayah Gaza yang mereka kendalikan.



Jerusalem Post melaporkan bahwa Israel ingin menggunakan klan-klan ini sebagai "perisai" terhadap serangan Hamas, dengan mengatakan bahwa "bahkan Hamas takut membuat marah keluarga besar yang memiliki pengaruh dan kekuasaan dan mungkin juga memiliki senjata".

Peran klan yang diharapkan tampaknya terbatas pada memberikan layanan dan menjalankan urusan lokal, serta mungkin bertindak sebagai penegak hukum lokal untuk militer Israel. Namun, Israel telah mencoba eksperimen serupa sebelumnya di Tepi Barat dan berakhir dengan kegagalan total. Pada tahun 1980an, untuk melawan pengaruh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di wilayah pendudukan, Israel membentuk Liga Desa.

5 Kelemahan Liga Desa yang Dijagokan Israel untuk Menggantikan Hamas di Gaza

1. Liga Desa Adalah Kepemimpinan Masyarakat Lokal



Foto/Reuters

Setelah Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza pada tahun 1967, wilayah tersebut relatif tenang selama beberapa tahun. Namun, PLO tetap bersenjata dan aktif di luar batas-batas sejarah Palestina, kadang-kadang melakukan serangan terhadap Israel, pertama dari Yordania dan kemudian dari Lebanon.

Pada tahun 1976, Israel mengadakan pemilihan lokal di Tepi Barat dengan harapan dapat memberikan legitimasi terhadap pendudukannya dan menciptakan kepemimpinan lokal Palestina yang “moderat” yang bersedia menerima otonomi di bawah pemerintahan Israel.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More