Sentimen Anti-China dan Serangan terhadap Tionghoa Meningkat di Pakistan
Jum'at, 16 Februari 2024 - 17:47 WIB
Mir Sher Baz Khetran, peneliti senior di Institut Studi Strategis Islamabad, percaya bahwa aksi protes dan kekerasan semacam itu bisa sangat mengganggu stabilitas kehadiran China di Pakistan.
“Jika tidak ada proyek pembangunan yang dilakukan di bawah CPEC, hal ini akan memperkuat narasi pemberontak mengenai eksploitasi sumber daya di Balochistan,” ujar Khetran.
Sentimen anti-China di Pakistan bukanlah hal baru. Mungkin, kasus yang paling serius adalah penculikan tujuh pekerja panti pijat China (enam perempuan dan satu laki-laki) di dekat Masjid Lal Islamabad pada bulan Juni 2007. Penculikan dilakukan oleh mahasiswa dari dua seminari Islam yang berada di masjid tersebut.
Warga Tionghoa yang ditahan di kompleks masjid-madrasah selama beberapa hari itu akhirnya dibebaskan, namun terjadi drama menegangkan. Tentara Pakistan harus melancarkan operasi untuk membersihkan kompleks tersebut, yang menyebabkan kematian salah satu dari dua ulama yang mengelola madrasah yang berdekatan dengan masjid tersebut.
Serangan sporadis ini telah menciptakan ketidakpercayaan dan ketakutan di antara warga negara dan pihak berwenang China meski ada tindakan pengamanan.
Pada Juli 2020, protes besar-besaran pecah di Muzaffarabad di Kashmir yang diduduki Pakistan terhadap China, yang mengecam China atas pembangunan ilegal pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Neelum Jhelum dan Kohala. Para pengunjuk rasa menyoroti dampak lingkungan dari bendungan yang dibangun oleh China di bawah inisiatif CPEC.
Menanggapi serangkaian serangan ini, para pejabat China secara terbuka menyatakan keprihatinan atas serangan-serangan tersebut dan mendesak Pakistan untuk mengambil tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok ekstremis yang menargetkan warga negara China. Pertemuan tingkat tinggi antara pejabat China dan Pakistan berfokus pada kerja sama keamanan dan pembagian intelijen.
China telah berulang kali memusatkan perhatian pada perlunya lingkungan yang aman untuk proyek-proyek CPEC. Hal ini termasuk mengerahkan personel keamanan tambahan, menerapkan kontrol akses yang lebih ketat, dan melakukan penilaian risiko secara berkala.
China bahkan telah mengembangkan rencana darurat untuk mengevakuasi warganya jika terjadi keadaan darurat. Rencana tersebut mencakup jalur evakuasi, protokol komunikasi, dan koordinasi dengan instansi terkait.
“Jika tidak ada proyek pembangunan yang dilakukan di bawah CPEC, hal ini akan memperkuat narasi pemberontak mengenai eksploitasi sumber daya di Balochistan,” ujar Khetran.
Sentimen anti-China di Pakistan bukanlah hal baru. Mungkin, kasus yang paling serius adalah penculikan tujuh pekerja panti pijat China (enam perempuan dan satu laki-laki) di dekat Masjid Lal Islamabad pada bulan Juni 2007. Penculikan dilakukan oleh mahasiswa dari dua seminari Islam yang berada di masjid tersebut.
Warga Tionghoa yang ditahan di kompleks masjid-madrasah selama beberapa hari itu akhirnya dibebaskan, namun terjadi drama menegangkan. Tentara Pakistan harus melancarkan operasi untuk membersihkan kompleks tersebut, yang menyebabkan kematian salah satu dari dua ulama yang mengelola madrasah yang berdekatan dengan masjid tersebut.
Serangan sporadis ini telah menciptakan ketidakpercayaan dan ketakutan di antara warga negara dan pihak berwenang China meski ada tindakan pengamanan.
Pada Juli 2020, protes besar-besaran pecah di Muzaffarabad di Kashmir yang diduduki Pakistan terhadap China, yang mengecam China atas pembangunan ilegal pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Neelum Jhelum dan Kohala. Para pengunjuk rasa menyoroti dampak lingkungan dari bendungan yang dibangun oleh China di bawah inisiatif CPEC.
Hubungan Bilateral China-Pakistan
Menanggapi serangkaian serangan ini, para pejabat China secara terbuka menyatakan keprihatinan atas serangan-serangan tersebut dan mendesak Pakistan untuk mengambil tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok ekstremis yang menargetkan warga negara China. Pertemuan tingkat tinggi antara pejabat China dan Pakistan berfokus pada kerja sama keamanan dan pembagian intelijen.
China telah berulang kali memusatkan perhatian pada perlunya lingkungan yang aman untuk proyek-proyek CPEC. Hal ini termasuk mengerahkan personel keamanan tambahan, menerapkan kontrol akses yang lebih ketat, dan melakukan penilaian risiko secara berkala.
China bahkan telah mengembangkan rencana darurat untuk mengevakuasi warganya jika terjadi keadaan darurat. Rencana tersebut mencakup jalur evakuasi, protokol komunikasi, dan koordinasi dengan instansi terkait.
tulis komentar anda