Serangan Israel Amuk Kota Gaza saat AS Ancam Balas Dendam atas Kematian 3 Tentaranya
Selasa, 30 Januari 2024 - 08:02 WIB
Di Gaza utara, penduduk setempat mengatakan serangan udara pada hari Senin melanda lingkungan di seluruh Kota Gaza, kota terbesar di wilayah kantong Palestina tersebut. Serangan itu menewaskan dan melukai banyak orang.
Sementara tank-tank Israel menembaki wilayah timur kota, kapal-kapal Angkatan Laut Zionis menembaki wilayah pantai di barat.
Israel mengatakan pada akhir tahun lalu bahwa mereka telah menyelesaikan sebagian besar operasi di Gaza utara dan baru-baru ini melancarkan serangan terberatnya di Gaza selatan.
Serangan baru di Kota Gaza, di mana warga melaporkan terjadinya baku tembak sengit di dekat Rumah Sakit utama Al-Shifa, menunjukkan bahwa perang tersebut tidak direncanakan dengan matang.
Di antara mereka yang tewas adalah dua jurnalis Palestina, Essam El-lulu dan Hussein Attalah, serta beberapa anggota keluarga mereka. Demikian disampaikan pejabat kesehatan dan serikat jurnalis Palestina.
Hamas, pada bagiannya, menembakkan roket pertamanya selama berminggu-minggu ke kota-kota Israel, membuktikan bahwa kelompok militan yang menguasai Gaza masih memiliki kemampuan untuk meluncurkannya setelah hampir empat bulan berperang.
Militer Israel mengatakan pihaknya menembak jatuh enam dari 15 roket. Tidak ada laporan mengenai korban jiwa di Israel, di mana sirene serangan udara dan ledakan intersepsi terdengar.
Para warga Gaza mengatakan kekerasan di daerah kantong tersebut merupakan olok-olok terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) pekan lalu yang menyerukan Israel berbuat lebih banyak untuk membantu warga sipil. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan 26.637 warga Palestina telah tewas dalam perang tersebut dan ribuan jenazah lainnya kemungkinan berada di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
“Perang berlanjut dengan cara yang lebih kotor,” kata warga Kota Gaza dan aktivis hak asasi manusia Palestina Mustafa Ibrahim, yang mengungsi bersama keluarganya di Rafah dekat perbatasan selatan dengan Mesir. Dia berada di antara lebih dari satu juta warga Gaza lainnya yang mengungsi.
Israel memerintahkan evakuasi baru di wilayah yang paling padat penduduknya di Kota Gaza, namun masyarakat mengatakan pemadaman komunikasi berarti banyak orang akan melewatkan peringatan tersebut.
Sementara tank-tank Israel menembaki wilayah timur kota, kapal-kapal Angkatan Laut Zionis menembaki wilayah pantai di barat.
Israel mengatakan pada akhir tahun lalu bahwa mereka telah menyelesaikan sebagian besar operasi di Gaza utara dan baru-baru ini melancarkan serangan terberatnya di Gaza selatan.
Serangan baru di Kota Gaza, di mana warga melaporkan terjadinya baku tembak sengit di dekat Rumah Sakit utama Al-Shifa, menunjukkan bahwa perang tersebut tidak direncanakan dengan matang.
Di antara mereka yang tewas adalah dua jurnalis Palestina, Essam El-lulu dan Hussein Attalah, serta beberapa anggota keluarga mereka. Demikian disampaikan pejabat kesehatan dan serikat jurnalis Palestina.
Hamas, pada bagiannya, menembakkan roket pertamanya selama berminggu-minggu ke kota-kota Israel, membuktikan bahwa kelompok militan yang menguasai Gaza masih memiliki kemampuan untuk meluncurkannya setelah hampir empat bulan berperang.
Militer Israel mengatakan pihaknya menembak jatuh enam dari 15 roket. Tidak ada laporan mengenai korban jiwa di Israel, di mana sirene serangan udara dan ledakan intersepsi terdengar.
Para warga Gaza mengatakan kekerasan di daerah kantong tersebut merupakan olok-olok terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) pekan lalu yang menyerukan Israel berbuat lebih banyak untuk membantu warga sipil. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan 26.637 warga Palestina telah tewas dalam perang tersebut dan ribuan jenazah lainnya kemungkinan berada di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
“Perang berlanjut dengan cara yang lebih kotor,” kata warga Kota Gaza dan aktivis hak asasi manusia Palestina Mustafa Ibrahim, yang mengungsi bersama keluarganya di Rafah dekat perbatasan selatan dengan Mesir. Dia berada di antara lebih dari satu juta warga Gaza lainnya yang mengungsi.
Israel memerintahkan evakuasi baru di wilayah yang paling padat penduduknya di Kota Gaza, namun masyarakat mengatakan pemadaman komunikasi berarti banyak orang akan melewatkan peringatan tersebut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda