4 Pemicu Perang Melawan Kartel di Ekuador
Kamis, 11 Januari 2024 - 22:22 WIB
QUITO - Ekuador terhuyung-huyung akibat gelombang kekerasan baru yang mengguncang negara Amerika Selatan itu, dengan Presiden Daniel Noboa melancarkan tindakan keras militer terhadap geng-geng setelah kelompok kriminal menyandera lebih dari 100 staf penjara dan orang-orang bersenjata secara dramatis mengganggu siaran langsung. siaran televisi.
Krisis ini menyoroti tantangan ke depan bagi Noboa, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan November setelah berjanji selama kampanye pemilu untuk mengekang kekerasan ketika geng penyelundup narkoba semakin banyak mengangkut kokain melalui Ekuador.
Foto/Reuters
Melansir Reuters, keamanan di Ekuador semakin memburuk sejak pandemi virus corona, yang juga memukul perekonomian negara di wilayah Andean tersebut.
Jumlah kematian akibat kekerasan meningkat menjadi 8.008 pada tahun 2023, kata pemerintah, hampir dua kali lipat angka pada tahun 2022. Kekerasan tersebut meluas ke arena politik tahun lalu ketika seorang calon presiden yang anti korupsi dibunuh.
Pemerintah menyalahkan situasi ini karena semakin besarnya jangkauan geng penyelundup kokain, yang telah mengacaukan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.
Di dalam penjara Ekuador, geng-geng tersebut memanfaatkan lemahnya kontrol negara untuk memperluas kekuasaan mereka. Kekerasan di penjara semakin sering terjadi, mengakibatkan ratusan kematian dalam insiden yang pihak berwenang anggap terjadi karena pertikaian antar geng untuk menguasai penjara.
Guayaquil, kota pesisir terbesar di Ekuador, dianggap sebagai kota paling berbahaya di negara itu, karena pelabuhannya berfungsi sebagai pusat penyelundupan narkoba.
Krisis ini menyoroti tantangan ke depan bagi Noboa, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan November setelah berjanji selama kampanye pemilu untuk mengekang kekerasan ketika geng penyelundup narkoba semakin banyak mengangkut kokain melalui Ekuador.
4 Pemicu Perang Melawan Kartel di Ekuador
1. Krisis Keamanan Memburuk sejak Pandemi Virus Corona
Foto/Reuters
Melansir Reuters, keamanan di Ekuador semakin memburuk sejak pandemi virus corona, yang juga memukul perekonomian negara di wilayah Andean tersebut.
Jumlah kematian akibat kekerasan meningkat menjadi 8.008 pada tahun 2023, kata pemerintah, hampir dua kali lipat angka pada tahun 2022. Kekerasan tersebut meluas ke arena politik tahun lalu ketika seorang calon presiden yang anti korupsi dibunuh.
Pemerintah menyalahkan situasi ini karena semakin besarnya jangkauan geng penyelundup kokain, yang telah mengacaukan sebagian besar wilayah Amerika Selatan.
Di dalam penjara Ekuador, geng-geng tersebut memanfaatkan lemahnya kontrol negara untuk memperluas kekuasaan mereka. Kekerasan di penjara semakin sering terjadi, mengakibatkan ratusan kematian dalam insiden yang pihak berwenang anggap terjadi karena pertikaian antar geng untuk menguasai penjara.
Guayaquil, kota pesisir terbesar di Ekuador, dianggap sebagai kota paling berbahaya di negara itu, karena pelabuhannya berfungsi sebagai pusat penyelundupan narkoba.
tulis komentar anda