Sniper Israel Tembak Mati Nenek Gaza yang Cucunya Kibarkan Bendera Putih

Kamis, 11 Januari 2024 - 11:08 WIB
Menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, Palang Merah, bersama dengan beberapa negara regional lainnya dan Amerika Serikat, mulai bekerja sama dengan Israel untuk menciptakan "zona aman" yang memungkinkan warga Palestina berpindah dari Gaza utara ke bagian selatan.

MEE sebelumnya telah melaporkan serangan udara dan tembakan sniper Israel menewaskan sejumlah warga sipil yang enggan menuju apa yang disebut “zona aman” untuk mencapai Gaza selatan setelah diinstruksikan oleh tentara Israel dan pemerintahnya.

Sarah Bassem Khres, salah satu putri Hala, mengatakan kepada MEE bahwa sehari sebelum keluarga mereka meninggalkan rumah, pasukan Israel telah mengepung lingkungan mereka, menempatkan tank dan sniper di daerah pemukiman padat penduduk.

“Kami terbangun karena suara jeritan dan tangisan orang-orang setelah dua jam dikepung oleh tank, kami menelepon Palang Merah untuk membantu kami mencoba mengungsi,” katanya kepada MEE.

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka berhenti bekerja di bagian utara Gaza, dan wilayah tempat kami berada telah menjadi medan perang zona merah dan kami harus segera meninggalkan wilayah tersebut.”

Khres mengatakan keluarganya mulai kehilangan harapan ketika tank-tank Israel mendekat tetapi memutuskan untuk menghubungi Palang Merah lagi, yang mengatakan bahwa situasinya menjadi semakin berbahaya dan mereka harus pergi.

Menurut Khres, pada pagi hari terjadinya pembunuhan ibunya, seluruh keluarga bangun dan berdoa bersama ketika suara bom Israel yang menghantam lingkungan mereka semakin intensif.

Hala kemudian membuatkan mereka sarapan sambil duduk dan membaca Al-Qur'an sebelum bersiap berangkat.

Khres mengatakan mereka hanya bersedia keluar ketika tetangga mereka terdengar berteriak dan mendesak warga lain untuk pergi, yang menurut mereka dilakukan mengikuti instruksi dari Palang Merah.

“Sekitar pukul 11.00 terdengar suara sniper dan bom, dan tetangga kami berteriak 'pergi, pergi', jadi kami mengambil barang-barang kami, mengibarkan bendera putih dan pergi, sementara pesawat tempur berputar di atas kepala kami dan peluru tajam ditembakkan pada kami secara acak," katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More