Israel Buka Kemungkinan Usir Warga Palestina di Gaza ke Kongo
Kamis, 04 Januari 2024 - 11:10 WIB
Terlepas dari diskusi-diskusi ini, gagasan migrasi sukarela mendapat penolakan luas dari komunitas internasional.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Selasa mengecam pernyataan baru-baru ini yang dikeluarkan Menteri sayap kanan Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang menganjurkan “emigrasi sukarela” warga Palestina keluar dari Gaza, dan menyebut retorika tersebut “menghasut dan tidak bertanggung jawab”, menurut laporan Reuters.
Komentar para menteri Israel tersebut tampaknya menggarisbawahi kekhawatiran di sebagian besar dunia Arab bahwa Israel ingin menggusur secara paksa dan melakukan pembersihan etnis di wilayah Palestina yang diduduki.
Tindakan itu seperti yang dilakukan geng Zionis di wilayah bersejarah Palestina pada tahun 1948.
Meskipun terdapat laporan mengenai tawaran kepada pasukan dan pemerintah Arab untuk mengelola Gaza, seperti Otoritas Palestina atau gabungan kekuatan negara-negara Arab, pandangan utama dari pemerintah sayap kanan Israel adalah Israel sendiri yang akan menduduki kembali wilayah tersebut, mengusir penduduk Palestina dan memukimkan kembali tanah tersebut dengan pemukim Israel dan Yahudi.
Israel terus melancarkan serangan militer brutalnya di Gaza meskipun ada seruan global untuk melakukan gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung selama 11 pekan tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 22,313 warga Palestina telah terbunuh, dan 57,296 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan internasional menyebutkan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Selasa mengecam pernyataan baru-baru ini yang dikeluarkan Menteri sayap kanan Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang menganjurkan “emigrasi sukarela” warga Palestina keluar dari Gaza, dan menyebut retorika tersebut “menghasut dan tidak bertanggung jawab”, menurut laporan Reuters.
Komentar para menteri Israel tersebut tampaknya menggarisbawahi kekhawatiran di sebagian besar dunia Arab bahwa Israel ingin menggusur secara paksa dan melakukan pembersihan etnis di wilayah Palestina yang diduduki.
Tindakan itu seperti yang dilakukan geng Zionis di wilayah bersejarah Palestina pada tahun 1948.
Meskipun terdapat laporan mengenai tawaran kepada pasukan dan pemerintah Arab untuk mengelola Gaza, seperti Otoritas Palestina atau gabungan kekuatan negara-negara Arab, pandangan utama dari pemerintah sayap kanan Israel adalah Israel sendiri yang akan menduduki kembali wilayah tersebut, mengusir penduduk Palestina dan memukimkan kembali tanah tersebut dengan pemukim Israel dan Yahudi.
Israel terus melancarkan serangan militer brutalnya di Gaza meskipun ada seruan global untuk melakukan gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung selama 11 pekan tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 22,313 warga Palestina telah terbunuh, dan 57,296 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan internasional menyebutkan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda