6 Pertimbangan NATO Akan Terlibat dalam Perang Gaza
Senin, 18 Desember 2023 - 11:11 WIB
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, hanya dalam waktu dua bulan, lebih dari 18.600 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 50.600 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza. Para ahli PBB memperingatkan bahwa pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang melakukan genosida.
Namun NATO sejauh ini hanya menyerukan jeda kemanusiaan, bukan gencatan senjata.
Diperkirakan 100.000 orang terbunuh selama perang di Bosnia antara tahun 1992 dan 1995, sementara lebih dari 2 juta pria, wanita dan anak-anak Muslim terpaksa mengungsi dan terpaksa keluar dari negara tersebut.
Perang brutal tersebut dilakukan oleh pasukan Serbia Bosnia di bawah perintah mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic.
Sentimen yang dominan adalah bahwa tidak ada yang boleh dilakukan selama perang Bosnia karena intervensi apa pun dari pihak NATO atau pihak lain “hanya akan memperburuk konflik.”
NATO juga mengkhawatirkan keselamatan pasukannya sendiri ketika mereka menolak untuk terlibat, kata Huskic.
Situasi berubah ketika AS “menyerah begitu saja terhadap Beograd” dan rezim Milosevic, dan memutuskan untuk menghukum Serbia karena menolak memberikan konsesi tertentu, katanya.
Segera setelah sentimen di Washington berubah, Inggris dan negara-negara lain pun ikut serta, meskipun sampai saat itu “tidak ada konsensus mengenai cara menangani konflik dan apa yang harus dilakukan untuk menghentikan atau mencegah pertumpahan darah lebih lanjut,” tambah ilmuwan politik tersebut.
Namun NATO sejauh ini hanya menyerukan jeda kemanusiaan, bukan gencatan senjata.
2. Belajar dari Pengalaman di Yugoslavia
Terlepas dari situasi geopolitik pada saat itu, bukanlah keputusan yang mudah bagi aliansi untuk terlibat langsung di bekas Yugoslavia, karena ada seruan yang belum pernah terdengar dari beberapa suara pembangkang untuk melakukan serangan udara jauh sebelumnya selama perang Bosnia yang berujung pada genosida terhadap populasi Muslim di negara tersebut.Diperkirakan 100.000 orang terbunuh selama perang di Bosnia antara tahun 1992 dan 1995, sementara lebih dari 2 juta pria, wanita dan anak-anak Muslim terpaksa mengungsi dan terpaksa keluar dari negara tersebut.
Perang brutal tersebut dilakukan oleh pasukan Serbia Bosnia di bawah perintah mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic.
Sentimen yang dominan adalah bahwa tidak ada yang boleh dilakukan selama perang Bosnia karena intervensi apa pun dari pihak NATO atau pihak lain “hanya akan memperburuk konflik.”
NATO juga mengkhawatirkan keselamatan pasukannya sendiri ketika mereka menolak untuk terlibat, kata Huskic.
Situasi berubah ketika AS “menyerah begitu saja terhadap Beograd” dan rezim Milosevic, dan memutuskan untuk menghukum Serbia karena menolak memberikan konsesi tertentu, katanya.
Segera setelah sentimen di Washington berubah, Inggris dan negara-negara lain pun ikut serta, meskipun sampai saat itu “tidak ada konsensus mengenai cara menangani konflik dan apa yang harus dilakukan untuk menghentikan atau mencegah pertumpahan darah lebih lanjut,” tambah ilmuwan politik tersebut.
tulis komentar anda