5 Misteri Jalaluddin Rumi Versi Barat dan Timur
Senin, 18 Desember 2023 - 13:13 WIB
Aku sampai pada cinta abadi.” – Rumi (diterjemahkan oleh Muhammad Ali Mojaradi)
Foto/Al Jazeera
Melansir Al Jazeera, Rumi diyakini lahir pada awal abad ketiga belas di Balkh (sekarang di Afghanistan), meski ada yang mengatakan tempat kelahirannya adalah di Asia Tengah.
Pada saat kelahirannya (1207), Kekaisaran Persia terbentang dari India di timur hingga ke barat hingga Yunani, dengan banyak orang yang mengklaim pria yang kemudian lebih dikenal sebagai Rumi, yang mencerminkan wilayah di mana ia akan menetap. – Kesultanan Rum, juga dikenal sebagai Anatolia.
Di dunia timur, nama Rumi sering diawali dengan gelar kehormatan Mevlana atau Maulana (artinya guru kita), yang menunjukkan betapa dihormatinya dia sebagai ulama dan wali sufi. Menyebutkan namanya tanpa gelar ini di sebagian kalangan akan mendapat tut-tutting dan dianggap tidak sopan.
“Seperti tokoh sejarah mana pun yang menjelajahi berbagai budaya, dia menjalani kehidupannya sendiri,” jelas Muhammad Ali Mojaradi, seorang sarjana Persia yang tinggal di Kuwait, dilansir Al Jazeera.
Ia mengatakan orang-orang cenderung memproyeksikan pemahaman dan bias mereka sendiri ketika berinteraksi dengan teks-teks sejarah, termasuk karya Rumi.
“Saya pernah mendengar bahwa Rumi adalah seorang Muslim Sunni yang sangat ortodoks, ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah penganut Zoroaster yang tertutup, atau seorang Sufi yang menyimpang, atau seseorang yang terlalu tercerahkan untuk menganut suatu agama. Ada yang menganggapnya orang Tajik, Khurasani, ada yang Persia, atau Iran, ada pula yang bersikukuh bahwa dia orang Turki. Ini lebih menunjukkan bias kami dibandingkan Rumi yang sebenarnya.”
Selama hidupnya, identitasnya secara intrinsik terkait dengan keyakinannya.
Jalaluddin Rumi Versi Timur
1. Rumi Lahir di Afghanistan dalam Perspektif Timur
Foto/Al Jazeera
Melansir Al Jazeera, Rumi diyakini lahir pada awal abad ketiga belas di Balkh (sekarang di Afghanistan), meski ada yang mengatakan tempat kelahirannya adalah di Asia Tengah.
Pada saat kelahirannya (1207), Kekaisaran Persia terbentang dari India di timur hingga ke barat hingga Yunani, dengan banyak orang yang mengklaim pria yang kemudian lebih dikenal sebagai Rumi, yang mencerminkan wilayah di mana ia akan menetap. – Kesultanan Rum, juga dikenal sebagai Anatolia.
Di dunia timur, nama Rumi sering diawali dengan gelar kehormatan Mevlana atau Maulana (artinya guru kita), yang menunjukkan betapa dihormatinya dia sebagai ulama dan wali sufi. Menyebutkan namanya tanpa gelar ini di sebagian kalangan akan mendapat tut-tutting dan dianggap tidak sopan.
“Seperti tokoh sejarah mana pun yang menjelajahi berbagai budaya, dia menjalani kehidupannya sendiri,” jelas Muhammad Ali Mojaradi, seorang sarjana Persia yang tinggal di Kuwait, dilansir Al Jazeera.
Ia mengatakan orang-orang cenderung memproyeksikan pemahaman dan bias mereka sendiri ketika berinteraksi dengan teks-teks sejarah, termasuk karya Rumi.
“Saya pernah mendengar bahwa Rumi adalah seorang Muslim Sunni yang sangat ortodoks, ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah penganut Zoroaster yang tertutup, atau seorang Sufi yang menyimpang, atau seseorang yang terlalu tercerahkan untuk menganut suatu agama. Ada yang menganggapnya orang Tajik, Khurasani, ada yang Persia, atau Iran, ada pula yang bersikukuh bahwa dia orang Turki. Ini lebih menunjukkan bias kami dibandingkan Rumi yang sebenarnya.”
Selama hidupnya, identitasnya secara intrinsik terkait dengan keyakinannya.
tulis komentar anda