1.200 Ton Ikan Mati Mengambang di Laut, Jepang Tepis Air Nuklir Fukushima Biangnya
Jum'at, 15 Desember 2023 - 10:05 WIB
Para ahli berspekulasi bahwa ikan yang bermigrasi di kedua wilayah tersebut terdampar setelah dikejar hingga kelelahan oleh amberjack dan ikan predator lainnya. Kematian massal juga dapat terjadi ketika suhu air turun secara tiba-tiba sehingga menyebabkan ikan mengalami syok.
Namun belum ada yang bisa memastikan penyebabnya. “Penyebabnya masih belum diketahui saat ini,” kata Mikine Fujiwara, pejabat perikanan setempat, kepada surat kabar tersebut, yang dikutip The Guardian, Jumat (15/12/2023).
“Kami berencana mengambil sampel air laut di lokasi tersebut dan memeriksanya untuk mengungkap penyebabnya.”
Pejabat pemerintah Jepang mengecam laporan surat kabar Inggris; Daily Mail, yang mengaitkan fenomena tersebut dengan pembuangan air olahan dari PLTN Fukushima Daiichi.
Laporan tersebut mencatat bahwa ikan mati mulai terdampar di pantai hampir empat bulan setelah PLTN tersebut mulai membuang air olahan–yang mengandung sejumlah kecil isotop radioaktif tritium–ke Samudra Pasifik.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyetujui langkah Jepang tersebut, dengan menyatakan dalam tinjauan keselamatan bahwa pembuangan air akan memiliki “dampak radiologi yang dapat diabaikan terhadap manusia dan lingkungan”.
China, yang menentang pembuangan air olahan nuklir tersebut dan memberlakukan larangan impor makanan laut Jepang, telah dituduh munafik karena pembangkit listrik tenaga nuklirnya secara rutin memompa air limbah dengan kadar tritium yang lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam pembuangan di Fukushima.
“Kami prihatin dengan informasi yang tidak berdasar,” kata seorang pejabat badan perikanan Jepang kepada Asahi Shimbun.
Gambar kematian massal ikan secara tiba-tiba tersebut telah banyak dibagikan di media sosial–banyak yang disertai dengan teori konspirasi Fukushima.
“Tidak ada kelainan yang ditemukan dalam hasil survei pemantauan air,” kata badan perikanan Jepang, merujuk pada air yang telah dipompa keluar dari PLTN Fukushima sejauh ini.
Namun belum ada yang bisa memastikan penyebabnya. “Penyebabnya masih belum diketahui saat ini,” kata Mikine Fujiwara, pejabat perikanan setempat, kepada surat kabar tersebut, yang dikutip The Guardian, Jumat (15/12/2023).
“Kami berencana mengambil sampel air laut di lokasi tersebut dan memeriksanya untuk mengungkap penyebabnya.”
Pejabat pemerintah Jepang mengecam laporan surat kabar Inggris; Daily Mail, yang mengaitkan fenomena tersebut dengan pembuangan air olahan dari PLTN Fukushima Daiichi.
Laporan tersebut mencatat bahwa ikan mati mulai terdampar di pantai hampir empat bulan setelah PLTN tersebut mulai membuang air olahan–yang mengandung sejumlah kecil isotop radioaktif tritium–ke Samudra Pasifik.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyetujui langkah Jepang tersebut, dengan menyatakan dalam tinjauan keselamatan bahwa pembuangan air akan memiliki “dampak radiologi yang dapat diabaikan terhadap manusia dan lingkungan”.
China, yang menentang pembuangan air olahan nuklir tersebut dan memberlakukan larangan impor makanan laut Jepang, telah dituduh munafik karena pembangkit listrik tenaga nuklirnya secara rutin memompa air limbah dengan kadar tritium yang lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam pembuangan di Fukushima.
“Kami prihatin dengan informasi yang tidak berdasar,” kata seorang pejabat badan perikanan Jepang kepada Asahi Shimbun.
Gambar kematian massal ikan secara tiba-tiba tersebut telah banyak dibagikan di media sosial–banyak yang disertai dengan teori konspirasi Fukushima.
“Tidak ada kelainan yang ditemukan dalam hasil survei pemantauan air,” kata badan perikanan Jepang, merujuk pada air yang telah dipompa keluar dari PLTN Fukushima sejauh ini.
tulis komentar anda