Retorika Genosida Gaza Ala Israel, dari Senjata Kiamat hingga Bom Nuklir

Senin, 06 November 2023 - 12:05 WIB
Para politisi Israel meningkatkan retorika genosida Gaza dengan menyerukan penggunaan senjata kiamat hingga bom nuklir. Foto/REUTERS
TEL AVIV - Seorang menteri sayap kanan di pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memicu kemarahan setelah menyerukan militer Zionis mengebom nuklir Jalur Gaza, Palestina.

Menteri Warisan Budaya Amichai Eliyahu menyerukan hal itu saat wawancara di radio Kol Berama.

Pewawancara bertanya, “Harapan Anda adalah besok pagi kami akan menjatuhkan bom nuklir di seluruh Gaza, meratakannya, melenyapkan semua orang di sana?”

“Itu salah satu caranya,” jawab Eliyahu. Sebelumnya, seorang politisi Israel lainnya juga membuat heboh karena menyerukan militer Israel menggunakan apa yang dia sebut sebagai "senjata kiamat" di Gaza.





Ketika disebutkan masih ada sekitar 240 sandera yang disandera oleh Hamas, Eliyahu menegaskan kembali dengan mengatakan sambil berdoa agar mereka kembali; “ada harga yang harus dibayar dalam perang”.

“Mengapa nyawa para korban penculikan, yang sangat saya inginkan pembebasannya, lebih penting daripada nyawa para prajurit dan orang-orang yang akan dibunuh nanti?” paparnya.

Komentar tersebut, yang menjadi berita utama di media Arab dan Israel, dengan cepat ditepi oleh Netanyahu, yang segera menskors Eliyahu dari rapat kabinet.

“Perkataan Amichai Eliyahu tidak sesuai dengan kenyataan,” kata Kantor PM Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

“Israel dan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) bertindak sesuai dengan standar tertinggi hukum internasional untuk mencegah kerugian bagi orang-orang yang tidak terlibat, dan kami akan terus melakukan hal tersebut hingga mencapai kemenangan.”

Eliyahu adalah anggota partai sayap kanan Partai Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, dan tidak memiliki hubungan apa pun dengan kabinet perang yang beranggotakan tiga orang yang mengawasi operasi melawan Hamas.

Pemerintah Otoritas Palestina mengecam seruan berbahaya Eiliyahu, menyebut komentarnya sebagai cerminan "perang genosida" Israel terhadap Gaza.

Pemimpin oposisi Yair Lapid dan Pemimpin Persatuan Nasional Benny Gantz sama-sama mengecam Eliyahu atas komentarnya yang “mengerikan” dan “tidak bertanggung jawab”, yang kemudian coba ditepis oleh Eliyahu.

“Jelas bagi semua orang yang berakal sehat bahwa pernyataan tentang nuklir hanyalah sebuah metafora,” tulisnya di X.

“Namun, respons yang kuat dan tidak proporsional terhadap terorisme jelas diperlukan, yang akan menjelaskan kepada Nazi dan para pendukungnya bahwa terorisme tidak berguna. Ini adalah satu-satunya formula yang dapat digunakan oleh negara-negara demokratis untuk menangani terorisme. Pada saat yang sama, jelas bahwa Negara Israel berkomitmen untuk melakukan segala kemungkinan untuk memulangkan para sandera dengan selamat," paparnya.

Kekhawatiran bahwa perang antara Israel dan Hamas dapat berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas telah kembali meningkatkan momok senjata nuklir—dan “rahasia terburuk” yang dimiliki Israel.

Israel secara luas diyakini memiliki sekitar 80 hingga 90 hulu ledak nuklir berbasis plutonium, dan cukup bahan untuk membuat lebih dari 200 hulu ledak, menjadikannya salah satu dari sembilan negara bersenjata nuklir selain Rusia, Amerika Serikat, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, dan Korea Utara.

Persenjataannya diperkirakan terdiri dari 30 bom gravitasi untuk dikirim melalui pesawat, dan sisa hulu ledak lainnya untuk dikirim melalui rudal.

Senjata Nuklir



Rudal balistik jarak menengah Jericho II dan rudal balistik jarak menengah Jericho III diyakini ditempatkan dengan peluncur bergeraknya di gua-gua di pangkalan militer di timur Yerusalem, menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Menurut Profesor Clive Williams dari ANU’s Centre for Military and Security Law and Strategic and Defence Studies Centre, Jericho II diperkirakan memiliki jangkauan 1.500 hingga 1.800 kilometer, sedangkan Jericho III dapat mencapai lebih dari 4.000 kilometer.

Israel juga mengoperasikan armada sekitar setengah lusin kapal selam diesel-listrik kelas Dolphin dari kota pelabuhan utara Haifa.

Sejumlah kapal selam buatan Jerman umumnya dianggap telah diadaptasi untuk membawa rudal jelajah yang dipersenjatai hulu ledak nuklir untuk mempertahankan opsi serangan kedua.

“Diperkirakan 30-40 senjata nuklir telah dialokasikan ke kapal selam, dengan kemungkinan jangkauan pengiriman rudal hingga 1.500 kilometer,” tulis Profesor Williams dalam sebuah laporan.

Meskipun tidak pernah secara terbuka mengakui kemampuannya, Israel telah mengeluarkan ancaman terselubung di masa lalu.

“Armada kapal selam kami digunakan pertama-tama dan terutama untuk menghalangi musuh-musuh kami yang berusaha memusnahkan kami,” kata Netanyahu pada tahun 2016.

“Mereka harus tahu bahwa Israel mampujangan membalas dengan keras siapa pun yang berusaha menyakiti kami.”

Secara resmi, Israel menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal program senjata nuklir rahasianya, dan bukan merupakan pihak dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) internasional.

Kebijakan tersebut, yang dikenal sebagai “ambiguitas nuklir” atau “kekeruhan nuklir”, dimulai sejak pertemuan Oval Office pada tahun 1969 antara Perdana Menteri Israel Golda Meir dan Presiden AS Richard Nixon selama lebih dari lima dekade, setelah hampir satu dekade terjadi ketegangan antara kedua negara.

Kedua pemimpin mencapai kesepakatan tidak tertulis yang secara efektif berarti “jangan tanya, jangan beritahu”—Israel akan setuju untuk tidak mendeklarasikan, menguji atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir, dan AS tidak akan menekan Israel untuk menandatangani NPT, yang telah disponsori bersama dan ditandatangani oleh AS pada tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, Israel diduga telah melakukan uji coba nuklir ilegal pada tahun 1979, kira-kira di tengah perjalanan antara Afrika Selatan dan Antartika—sebuah insiden yang dengan cepat disembunyikan oleh Gedung Putih era Presiden Carter.

Israel mulai mengembangkan program nuklirnya pada tahun 1950-an dan diyakini telah memproduksi senjata nuklir pertamanya pada akhir tahun 1960-an.

Pemerintah AS pertama kali mengetahui reaktor nuklir rahasia Israel— yang terletak di gurun Negev dekat kota Dimona dan dibangun dengan bantuan Prancis—pada tahun 1960.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More