Kengerian di Jalur Gaza, Rumah Sakit Berisiko Berubah Jadi Kamar Mayat
Kamis, 12 Oktober 2023 - 19:46 WIB
JALUR GAZA - Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan rumah sakit di Jalur Gaza berisiko berubah menjadi kamar mayat tanpa listrik.
"Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar pada hari Rabu, dan generator cadangan bisa berhenti bekerja dalam hitungan jam," kata ICRC seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/10/2023).
Pusat-pusat medis di Jalur Gaza kewalahan setelah Israel memberlakukan “pengepungan total" dan menggempur wilayah kantong itu dengan serangan udara serta artileri.
Itu dilakukan setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel selatan pada hari Sabtu lalu.
Israel telah berjanji untuk tidak memulihkan listrik atau mengizinkan sumber daya dasar dan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza sampai Hamas membebaskan sekitar 150 sandera yang mereka culik dalam serangannya pada hari Sabtu kemarin.
“Ketika Gaza kehilangan aliran listrik, rumah sakit pun kehilangan aliran listrik, sehingga bayi baru lahir di inkubator dan pasien lanjut usia yang mendapat oksigen berada dalam risiko. Dialisis ginjal berhenti, dan rontgen tidak dapat dilakukan,” kata, Direktur ICRC untuk wilayah tersebu, Fabrizio Carboni.
Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat.
Dia menambahkan bahwa rumah sakit masih menggunakan generator – tetapi bahan bakar hanya akan bertahan untuk beberapa jam.
“Penderitaan manusia yang disebabkan oleh eskalasi ini sangat menjijikkan, dan saya mohon kepada semua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil,” kata Carboni dari ICRC.
Terlihat antrian panjang di luar rumah sakit Jalur Gaza, dan orang-orang yang terluka menunggu di ruang gawat darurat. Mereka kehabisan peralatan medis penting dan meminta sumbangan darah.
Anak-anak – beberapa terluka parah – terbaring di ranjang rumah sakit sambil menangis, menunggu perawatan.
Para dokter sekarang harus mengambil keputusan sulit mengenai siapa yang akan dioperasi karena persediaan bahan bakar hampir habis. Dokter mengatakan hanya pengobatan yang menyelamatkan jiwa yang dilakukan dalam banyak kasus.
Tidak adanya koridor kemanusiaan mengakibatkan permasalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada rumah sakit. Dalam perang sebelumnya, ICRC dan PBB mampu mengamankan koridor untuk menyalurkan bantuan, namun Israel belum mengizinkan hal ini.
Mesir mengatakan pihaknya telah berusaha mengatur pengiriman bantuan melalui penyeberangan Gaza, namun hal ini menjadi sulit karena pemboman Israel di wilayah tersebut.
Serangan udara tersebut membuat orang-orang memenuhi rumah sakit untuk berlindung, karena mereka percaya bahwa mereka lebih aman di sana dibandingkan di wilayah lain di Jalur Gaza.
Dr Justin Dalby, yang telah bekerja di Gaza selama enam bulan dengan badan amal kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan kepada BBC bahwa jumlah korban luka "sangat besar".
Dia mengatakan terjadi kekerasan terus-menerus ketika penghancuran terus terjadi di mana-mana siang atau malam.
“Kalau listrik rumah sakit padam berarti mati lampu. Peralatan monitoring, penyaluran oksigen, ventilator mekanik, ruang operasi, dan peralatan bedah yang membutuhkan listrik tidak bisa berfungsi lagi,” ujarnya.
Hamas menyandera sekitar 150 warga Israel ke Gaza dalam serangan mematikannya di Israel selatan pada akhir pekan yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang.
"Tidak ada saklar listrik yang akan dinyalakan, tidak ada hidran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai korban penculikan bebas," kata Menteri Energi Israel Israel Katz.
Israel menghentikan pasokan ke Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada hari Sabtu.
Lebih dari 1.300 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara pada hari Sabtu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebanyak 5.339 orang lainnya terluka.
Sementara itu, badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan lebih dari 338.000 orang telah mengungsi, sebagian besar berlindung di rumah sakit dan sekolah-sekolah PBB.
"Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar pada hari Rabu, dan generator cadangan bisa berhenti bekerja dalam hitungan jam," kata ICRC seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/10/2023).
Pusat-pusat medis di Jalur Gaza kewalahan setelah Israel memberlakukan “pengepungan total" dan menggempur wilayah kantong itu dengan serangan udara serta artileri.
Itu dilakukan setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel selatan pada hari Sabtu lalu.
Israel telah berjanji untuk tidak memulihkan listrik atau mengizinkan sumber daya dasar dan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza sampai Hamas membebaskan sekitar 150 sandera yang mereka culik dalam serangannya pada hari Sabtu kemarin.
“Ketika Gaza kehilangan aliran listrik, rumah sakit pun kehilangan aliran listrik, sehingga bayi baru lahir di inkubator dan pasien lanjut usia yang mendapat oksigen berada dalam risiko. Dialisis ginjal berhenti, dan rontgen tidak dapat dilakukan,” kata, Direktur ICRC untuk wilayah tersebu, Fabrizio Carboni.
Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat.
Dia menambahkan bahwa rumah sakit masih menggunakan generator – tetapi bahan bakar hanya akan bertahan untuk beberapa jam.
“Penderitaan manusia yang disebabkan oleh eskalasi ini sangat menjijikkan, dan saya mohon kepada semua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil,” kata Carboni dari ICRC.
Terlihat antrian panjang di luar rumah sakit Jalur Gaza, dan orang-orang yang terluka menunggu di ruang gawat darurat. Mereka kehabisan peralatan medis penting dan meminta sumbangan darah.
Anak-anak – beberapa terluka parah – terbaring di ranjang rumah sakit sambil menangis, menunggu perawatan.
Para dokter sekarang harus mengambil keputusan sulit mengenai siapa yang akan dioperasi karena persediaan bahan bakar hampir habis. Dokter mengatakan hanya pengobatan yang menyelamatkan jiwa yang dilakukan dalam banyak kasus.
Tidak adanya koridor kemanusiaan mengakibatkan permasalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada rumah sakit. Dalam perang sebelumnya, ICRC dan PBB mampu mengamankan koridor untuk menyalurkan bantuan, namun Israel belum mengizinkan hal ini.
Mesir mengatakan pihaknya telah berusaha mengatur pengiriman bantuan melalui penyeberangan Gaza, namun hal ini menjadi sulit karena pemboman Israel di wilayah tersebut.
Serangan udara tersebut membuat orang-orang memenuhi rumah sakit untuk berlindung, karena mereka percaya bahwa mereka lebih aman di sana dibandingkan di wilayah lain di Jalur Gaza.
Dr Justin Dalby, yang telah bekerja di Gaza selama enam bulan dengan badan amal kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan kepada BBC bahwa jumlah korban luka "sangat besar".
Dia mengatakan terjadi kekerasan terus-menerus ketika penghancuran terus terjadi di mana-mana siang atau malam.
“Kalau listrik rumah sakit padam berarti mati lampu. Peralatan monitoring, penyaluran oksigen, ventilator mekanik, ruang operasi, dan peralatan bedah yang membutuhkan listrik tidak bisa berfungsi lagi,” ujarnya.
Hamas menyandera sekitar 150 warga Israel ke Gaza dalam serangan mematikannya di Israel selatan pada akhir pekan yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang.
"Tidak ada saklar listrik yang akan dinyalakan, tidak ada hidran air yang akan dibuka dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai korban penculikan bebas," kata Menteri Energi Israel Israel Katz.
Israel menghentikan pasokan ke Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada hari Sabtu.
Lebih dari 1.300 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara pada hari Sabtu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebanyak 5.339 orang lainnya terluka.
Sementara itu, badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan lebih dari 338.000 orang telah mengungsi, sebagian besar berlindung di rumah sakit dan sekolah-sekolah PBB.
(ian)
tulis komentar anda