Gencatan Senjata, Azerbaijan Setop Gempur Nagorno-Karabakh

Rabu, 20 September 2023 - 23:16 WIB
Azerbaijan menghentikan serangan ke Nagorno-Karabkah setelah mencapai gencatan senjata dengan separatis Armenia. Foto/Ilustrasi
YEREVAN - Azerbaijan mengatakan pihaknya telah menghentikan aksi militer di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri setelah pasukan separatis Armenia di sana menyetujui gencatan senjata yang ketentuannya mengisyaratkan wilayah itu akan kembali ke kendali Baku.

Berdasarkan perjanjian tersebut, dikonfirmasi oleh kedua belah pihak dan efektif mulai pukul 1 siang waktu setempat pada Rabu (20/9/2023), pasukan separatis akan dibubarkan dan dilucuti senjatanya serta pembicaraan mengenai masa depan wilayah tersebut dan etnis Armenia yang tinggal di sana akan dimulai pada hari Kamis seperti dikutip dari Reuters.

Karabakh, sebuah daerah pegunungan di wilayah Kaukasus Selatan yang lebih luas dan bergejolak, diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan, tetapi sebagian wilayahnya dikuasai oleh otoritas separatis Armenia yang menyebut wilayah itu sebagai tanah leluhur mereka.



Takut akan masa depan, ribuan warga Armenia berkumpul di bandara di Stepanakert, Ibu Kota Karabakh yang dikenal sebagai Khankendi oleh Azerbaijan. Yang lainnya berlindung di pasukan penjaga perdamaian Rusia.

Azerbaijan, yang mengirim pasukan yang didukung oleh serangan artileri ke Karabakh pada hari Selasa untuk membuat wilayah yang memisahkan diri itu menyerah, mengatakan pihaknya berencana untuk mengintegrasikan 120.000 etnis Armenia di wilayah tersebut dan hak-hak mereka akan dilindungi berdasarkan konstitusi.

Namun sebagian warga Armenia – mengingat wilayah tersebut telah menjadi pusat dua perang sejak jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 – bersikap skeptis dan negara tetangganya, Armenia, menuduh Azerbaijan berusaha membersihkan wilayah tersebut secara etnis, namun hal ini dibantah oleh Baku.

“Mereka pada dasarnya mengatakan kepada kami bahwa kami harus pergi, tidak tinggal di sini, atau menerima bahwa ini adalah bagian dari Azerbaijan – ini pada dasarnya adalah operasi pembersihan etnis,” ujar Ruben Vardanyan, mantan pejabat tinggi di pemerintahan etnis Armenia di Karabakh, kepada Reuters.



Dia mengatakan hampir 100 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam pertempuran tersebut. Reuters tidak dapat memverifikasi hal itu.

Kemenangan militer Azerbaijan yang didukung Turki yang jumlah pasukannya jauh melebihi kelompok separatis, dapat menyebabkan kekacauan politik di negara tetangga Armenia, di mana beberapa kekuatan politik marah karena Yerevan tidak mampu berbuat lebih banyak untuk melindungi warga Armenia di Karabakh.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan sudah menghadapi seruan dari beberapa penentangnya untuk mengundurkan diri.

Beberapa warga Armenia juga marah karena Rusia, yang memiliki pasukan penjaga perdamaian dan membantu menengahi kesepakatan gencatan senjata sebelumnya pada tahun 2020 setelah perang selama 44 hari, tidak mampu menghentikan Azerbaijan.

Kremlin menolak kritik tersebut dan Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian Rusia akan melindungi penduduk sipil Karabakh.

Kelompok separatis yang menjalankan “Republik Artsakh” mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk menyetujui persyaratan Azerbaijan – yang disampaikan oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia – setelah tentara Baku menerobos garis mereka dan merebut sejumlah lokasi strategis sementara dunia tidak melakukan apa pun.

“Pihak berwenang Republik Artsakh menerima usulan dari komando kontingen penjaga perdamaian Rusia untuk melakukan gencatan senjata,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Azerbaijan mengatakan pihaknya tidak dapat lagi menoleransi situasi yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan wilayahnya.



Pejuang separatis diperkirakan akan meninggalkan Karabakh menuju Armenia dan menyerahkan tank serta artileri mereka pada Rabu malam di bawah pengawasan pasukan penjaga perdamaian Rusia.

Armenia, yang mengatakan tidak memiliki pasukan militer di Karabakh meskipun ada pernyataan dari Azerbaijan, tidak melakukan intervensi secara militer.

Tidak jelas berapa banyak etnis Armenia yang memilih untuk tinggal di Karabakh.

Kementerian Pertahanan Rusia, yang memiliki ribuan pasukan penjaga perdamaian di lapangan, menyiarkan rekaman warga Armenia Karabakh yang diberi perlindungan sementara di fasilitas militer darurat Rusia.

Wakil Menteri Luar Negeri Armenia Paruyr Hovhannissyan mengatakan kepada Reuters bahwa orang-orang Armenia di Karabakh bisa hidup “dalam dunia yang ideal” di bawah pemerintahan Azerbaijan, tetapi pengalaman sejarah sulit dibayangkan.

Operasi militer Azerbaijan mendapat kritik tajam dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Mereka mengatakan masalah Karabakh seharusnya diselesaikan melalui perundingan dan tindakan Baku memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di lapangan setelah blokade Azerbaijan selama sembilan bulan di wilayah tersebut yang menyebabkan kekurangan makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Hikmet Hajiyev, penasihat kebijakan luar negeri presiden Azerbaijan, menolak seruan keterlibatan Dewan Keamanan PBB, dan mengatakan bahwa masalah apa pun perlu diselesaikan di lapangan.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More