Mengapa Kudeta Sangat Populer di Afrika? Salah Satunya Tidak Percaya dengan Demokrasi

Sabtu, 02 September 2023 - 02:10 WIB
Dinamika eksternal juga mendorong keinginan untuk melakukan perubahan.

Sejauh ini, terdapat kesamaan dalam semua kudeta yang terjadi dalam lima tahun terakhir. Kecuali Sudan, negara-negara tersebut merupakan bekas jajahan Perancis dan Paris dipandang sebagai pihak yang bersalah dalam hal ini.

Para pembuat kudeta sering menggunakan retorika anti-Prancis untuk meningkatkan dukungan rakyat terhadap pemerintahan mereka, mengingat keterikatan Prancis pada koloni-koloninya bahkan setelah kemerdekaan dan dukungannya, secara langsung atau tidak, terhadap pemerintah yang otoriter dan tidak kompeten, untuk melindungi kepentingannya sendiri dan mempertahankan kendali di sana.

Namun Kofi Hoffmann menyerukan kehati-hatian dalam menyalahkan pihak luar.

“Meskipun penting untuk memperhatikan apa yang disebut sentimen anti-Barat, saya pikir fokus yang lebih besar adalah fakta bahwa demokrasi belum memusatkan kepentingan banyak warga negara di negara-negara tersebut,” katanya. “Peluang hidup warga negara ini belum membaik dalam banyak konteks karena stabilitas lebih diprioritaskan dibandingkan manfaat demokrasi yang sebenarnya.”

Namun, kurangnya manfaat demokrasi bagi masyarakat adalah alasan utama mengapa kudeta disambut baik di wilayah tersebut, kata beberapa analis. Meskipun terdapat harapan baru akan masa depan yang lebih baik, pemerintahan militer mungkin juga tidak memberikan manfaat tersebut, tambah mereka.

“Ibarat ada luka perih yang terasa gatal lalu dibuka lukanya hingga terasa gatal. Rasanya sangat menyenangkan selama beberapa detik dalam menciptakan kelegaan itu tetapi keadaan Anda akan menjadi lebih buruk. Itulah yang dibawa oleh militer,” kata Anoba.
(ahm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More