Memetakan Kudeta di Afrika Selama Bertahun-tahun
Kamis, 31 Agustus 2023 - 06:13 WIB
JAKARTA - Pada Rabu pagi, sekelompok perwira militer Gabon mengumumkan pengambilalihan kekuasaan dan pembatalan hasil pemilu hari Sabtu lalu, yang mereka klaim tidak memiliki kredibilitas.
Pengumuman tersebut disampaikan tidak lama setelah badan pemilu negara itu mengatakan Presiden Ali Bongo Ondimba telah memenangkan masa jabatan ketiga dalam pemilu yang disengketakan tersebut.
Putra mantan presiden Omar Bongo yang memerintah Gabon pada tahun 1967-2009, Ali Bongo telah memerintah negara tersebut sejak 2009.
Direktur Africa Risk Consulting, Tara O’Connor mengatakan, kontrol yang terus berlanjut selama beberapa dekade ini telah menimbulkan kebencian yang mendalam terhadap politik gaya dinastidi Afrika Barat dan Tengah.
“Intervensi militer ini harus benar-benar dilihat dalam konteks intervensi militer di negara-negara tetangga berbahasa Prancis, Mali, Burkina Faso dan yang terbaru Niger,” jelasnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (31/8/2023).
Jika berhasil, kudeta di Gabon akan menjadi kudeta kedua di Afrika tahun ini.
Pada Juli 2023, anggota pengawal presiden Niger menahan Presiden Mohamed Bazoum di dalam istananya dan muncul di televisi nasional dengan mengatakan bahwa mereka merebut kekuasaan untuk mengakhiri situasi keamanan yang memburuk dan pemerintahan yang buruk.
Dari 486 percobaan atau keberhasilan kudeta militer yang dilakukan secara global sejak tahun 1950, Afrika merupakan negara dengan jumlah terbesar yaitu 214 percobaan, dan setidaknya 106 diantaranya berhasil.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti Amerika Jonathan M Powell dan Clayton L Thyne, setidaknya 45 dari 54 negara di benua Afrika telah mengalami setidaknya satu upaya kudeta sejak tahun 1950.
Niger: Pada tanggal 26 Juli 2023, Presiden Niger Mohamed Bazoum digulingkan oleh militer.
Burkina Faso: Pada bulan Januari 2022, tentara Burkina Faso memecat Presiden Roch Kabore, menyalahkannya karena gagal membendung kekerasan yang dilakukan oleh militan Islam.
Pada bulan September tahun itu, terjadi kudeta kedua oleh Kapten Angkatan Darat Ibrahim Traore yang secara paksa menggulingkan Paul Henri-Damiba.
Guinea: Pada bulan September 2021, komandan pasukan khusus Kolonel Mamady Doumbouya menggulingkan Presiden Alpha Conde.
Setahun sebelumnya, Conde telah mengubah konstitusi untuk menghindari batasan yang akan mencegahnya mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, sehingga memicu kerusuhan yang meluas.
Chad: Pada bulan April 2021, tentara Chad mengambil alih kekuasaan setelah Presiden Idriss Deby terbunuh di medan perang saat mengunjungi pasukan yang memerangi pemberontak di utara.
Mali: Pada Agustus 2020, sekelompok kolonel Mali memecat Presiden Ibrahim Boubacar Keita. Kudeta tersebut terjadi setelah protes anti-pemerintah atas memburuknya keamanan, pemilihan legislatif, dan tuduhan korupsi.
Sembilan bulan kemudian, kudeta balasan terjadi, dengan Assimi Goita, yang diangkat menjadi wakil presiden setelah kudeta pertama, memimpin kudeta kedua dan menjadi kepala negara.
Sudan: Pada bulan Oktober 2021, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan memimpin pengambilalihan militer di Khartoum, membubarkan dewan penguasa di mana tentara dan warga sipil berbagi kekuasaan dan membuat transisi demokrasi di negara tersebut menjadi kacau.
Pengumuman tersebut disampaikan tidak lama setelah badan pemilu negara itu mengatakan Presiden Ali Bongo Ondimba telah memenangkan masa jabatan ketiga dalam pemilu yang disengketakan tersebut.
Putra mantan presiden Omar Bongo yang memerintah Gabon pada tahun 1967-2009, Ali Bongo telah memerintah negara tersebut sejak 2009.
Direktur Africa Risk Consulting, Tara O’Connor mengatakan, kontrol yang terus berlanjut selama beberapa dekade ini telah menimbulkan kebencian yang mendalam terhadap politik gaya dinastidi Afrika Barat dan Tengah.
“Intervensi militer ini harus benar-benar dilihat dalam konteks intervensi militer di negara-negara tetangga berbahasa Prancis, Mali, Burkina Faso dan yang terbaru Niger,” jelasnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (31/8/2023).
Jika berhasil, kudeta di Gabon akan menjadi kudeta kedua di Afrika tahun ini.
Pada Juli 2023, anggota pengawal presiden Niger menahan Presiden Mohamed Bazoum di dalam istananya dan muncul di televisi nasional dengan mengatakan bahwa mereka merebut kekuasaan untuk mengakhiri situasi keamanan yang memburuk dan pemerintahan yang buruk.
Berapa banyak kudeta yang terjadi di Afrika?
Dari 486 percobaan atau keberhasilan kudeta militer yang dilakukan secara global sejak tahun 1950, Afrika merupakan negara dengan jumlah terbesar yaitu 214 percobaan, dan setidaknya 106 diantaranya berhasil.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti Amerika Jonathan M Powell dan Clayton L Thyne, setidaknya 45 dari 54 negara di benua Afrika telah mengalami setidaknya satu upaya kudeta sejak tahun 1950.
Kudeta yang berhasil dalam beberapa tahun terakhir
Niger: Pada tanggal 26 Juli 2023, Presiden Niger Mohamed Bazoum digulingkan oleh militer.
Burkina Faso: Pada bulan Januari 2022, tentara Burkina Faso memecat Presiden Roch Kabore, menyalahkannya karena gagal membendung kekerasan yang dilakukan oleh militan Islam.
Pada bulan September tahun itu, terjadi kudeta kedua oleh Kapten Angkatan Darat Ibrahim Traore yang secara paksa menggulingkan Paul Henri-Damiba.
Guinea: Pada bulan September 2021, komandan pasukan khusus Kolonel Mamady Doumbouya menggulingkan Presiden Alpha Conde.
Setahun sebelumnya, Conde telah mengubah konstitusi untuk menghindari batasan yang akan mencegahnya mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, sehingga memicu kerusuhan yang meluas.
Chad: Pada bulan April 2021, tentara Chad mengambil alih kekuasaan setelah Presiden Idriss Deby terbunuh di medan perang saat mengunjungi pasukan yang memerangi pemberontak di utara.
Mali: Pada Agustus 2020, sekelompok kolonel Mali memecat Presiden Ibrahim Boubacar Keita. Kudeta tersebut terjadi setelah protes anti-pemerintah atas memburuknya keamanan, pemilihan legislatif, dan tuduhan korupsi.
Sembilan bulan kemudian, kudeta balasan terjadi, dengan Assimi Goita, yang diangkat menjadi wakil presiden setelah kudeta pertama, memimpin kudeta kedua dan menjadi kepala negara.
Sudan: Pada bulan Oktober 2021, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan memimpin pengambilalihan militer di Khartoum, membubarkan dewan penguasa di mana tentara dan warga sipil berbagi kekuasaan dan membuat transisi demokrasi di negara tersebut menjadi kacau.
(ian)
tulis komentar anda