Sejarah Perang Salib Pertama, Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Pasukan Kristen
Jum'at, 04 Agustus 2023 - 11:53 WIB
JAKARTA - Perang Salib sampai saat ini masih dikenal sebagai perang antaragama terpanjang yang pernah terjadi dalam sejarah. Selama kurang lebih dua abad, umat Muslim dan Kristiani saling berebut kekuasaan di tempat yang dianggap mereka suci.
Perang yang terjadi antara tahun 1096 hingga 1291 ini didalangi oleh Katolik Roma ketika mulai banyak penganut Kristen di Eropa Barat pada akhir abad ke-11.
Pihak Katolik Roma yang dipimpin oleh Paus Urban II saat itu sangat menginginkan penaklukkan Yerusalem, supaya dapat dikuasai oleh umat Kristiani.
Penyebab ambisi besar itu diduga karena masyarakat Kristen yang kehilangan kebebasan untuk berziarah di tanah suci Yerusalem. Sebenarnya hal ini tak sepenuhnya benar, karena kala itu umat Kristiani kerap berbuat ulah di tanah suci sehingga membuat umat Yahudi dan Islam mengusirnya.
Keinginan Paus Urban II tersebut dibarengi dengan permintaan bantuan dari Kaisar Bizantium, Alexius I. Bizantium merupakan peradaban di Mediterania yang telah kehilangan sebagian besar wilayahnya karena invasi Turki Seljuk.
Pada November 1095, di Dewan Clermont di Prancis selatan, Paus meminta orang Kristen Eropa untuk mengangkat senjata guna membantu Bizantium dan merebut kembali Tanah Suci dari kendali Muslim. Ini menandai dimulainya Perang Salib.
Menurut laman History, permohonan Paus Urbanus disambut dengan tanggapan yang luar biasa, baik di kalangan elite militer maupun warga biasa. Mereka yang mengikuti ziarah bersenjata mengenakan salib sebagai lambang gereja.
Empat pasukan Tentara Salib akhirnya terbentuk, mereka datang dari berbagai wilayah Eropa Barat. Raymond dari Saint-Gilles, Godfrey dari Bouillon, Hugh dari Vermandois dan Bohemond dari Taranto. Mereka berangkat ke Bizantium pada Agustus 1096.
Namun sebelum kedatangan mereka, di Bizantium telah ada sekelompok pasukan rakyat jelata kecil yang dipimpin oleh Peter the Hermit.
Ketika empat tentara utama Tentara Salib tiba di Konstantinopel, Alexius meminta pasukan itu untuk bersumpah setia padanya dan mengakui otoritasnya. Sayangnya hal tersebut ditolak oleh Bohemond.
Ketika Tentara Salib berhasil mengepung Ibu Kota Seljuk di Anatolia, mereka dikhianati oleh Alexius yang telah mengamankan kota tersebut terlebih dahulu melalui jalur rahasia. Hal ini membuat pasukan salib gagal mendapat barang jarahan dan memperburuk hubungan antara Tentara Salib dan Bizantium.
Setelah kurang lebih tiga tahun melakukan perjalanan dari Eropa menuju Timur Tengah, melalui banyak pertempuran, kelaparan, wabah, hingga konflik internal, akhirnya Tentara Salib berhasil mencapai Yerusalem pada tahun 1098.
Dari situ, mereka mulai mengepung dang menggempur tempat suci tersebut. Meskipun pihak Muslim dan Yahudi yang berada di dalam Yerusalem sempat mempertahankan diri, namun mereka masih kalah beringas dari Tentara Salib yang punya motivasi besar.
Ketika berhasil masuk ke Yerusalem, para Tentara Salim membunuh semua orang yang ada di dalamnya. Pembunuhan yang dilakukan oleh umat Kristen ini dinilai sebagai pembantaian paling biadab sepanjang sejarah.
Lantas di mana pasukan Muslim saat itu? Meskipun saat itu Islam bisa dibilang tengah berada pada masa keemasan, mereka masih terpecah belah dan belum menyatukan kekuatan.
Sebenarnya pasukan Muslim bukanlah tanpa perlawanan, mereka sempat berusaha untuk mengepung Tentara Salib berkali-kali dengan pasukan besar, seperti penyergapan pasukan Turki hingga dicegat oleh Pasukan Damaskus, Aleppo, dan Mosul. Sayangnya usaha itu harus berkali-kali gagal oleh kecerdikan Pasukan Salib.
Perang yang terjadi antara tahun 1096 hingga 1291 ini didalangi oleh Katolik Roma ketika mulai banyak penganut Kristen di Eropa Barat pada akhir abad ke-11.
Pihak Katolik Roma yang dipimpin oleh Paus Urban II saat itu sangat menginginkan penaklukkan Yerusalem, supaya dapat dikuasai oleh umat Kristiani.
Penyebab ambisi besar itu diduga karena masyarakat Kristen yang kehilangan kebebasan untuk berziarah di tanah suci Yerusalem. Sebenarnya hal ini tak sepenuhnya benar, karena kala itu umat Kristiani kerap berbuat ulah di tanah suci sehingga membuat umat Yahudi dan Islam mengusirnya.
Keinginan Paus Urban II tersebut dibarengi dengan permintaan bantuan dari Kaisar Bizantium, Alexius I. Bizantium merupakan peradaban di Mediterania yang telah kehilangan sebagian besar wilayahnya karena invasi Turki Seljuk.
Pada November 1095, di Dewan Clermont di Prancis selatan, Paus meminta orang Kristen Eropa untuk mengangkat senjata guna membantu Bizantium dan merebut kembali Tanah Suci dari kendali Muslim. Ini menandai dimulainya Perang Salib.
Menurut laman History, permohonan Paus Urbanus disambut dengan tanggapan yang luar biasa, baik di kalangan elite militer maupun warga biasa. Mereka yang mengikuti ziarah bersenjata mengenakan salib sebagai lambang gereja.
Sejarah Perang Salib Pertama 1906-1908
Empat pasukan Tentara Salib akhirnya terbentuk, mereka datang dari berbagai wilayah Eropa Barat. Raymond dari Saint-Gilles, Godfrey dari Bouillon, Hugh dari Vermandois dan Bohemond dari Taranto. Mereka berangkat ke Bizantium pada Agustus 1096.
Namun sebelum kedatangan mereka, di Bizantium telah ada sekelompok pasukan rakyat jelata kecil yang dipimpin oleh Peter the Hermit.
Ketika empat tentara utama Tentara Salib tiba di Konstantinopel, Alexius meminta pasukan itu untuk bersumpah setia padanya dan mengakui otoritasnya. Sayangnya hal tersebut ditolak oleh Bohemond.
Ketika Tentara Salib berhasil mengepung Ibu Kota Seljuk di Anatolia, mereka dikhianati oleh Alexius yang telah mengamankan kota tersebut terlebih dahulu melalui jalur rahasia. Hal ini membuat pasukan salib gagal mendapat barang jarahan dan memperburuk hubungan antara Tentara Salib dan Bizantium.
Setelah kurang lebih tiga tahun melakukan perjalanan dari Eropa menuju Timur Tengah, melalui banyak pertempuran, kelaparan, wabah, hingga konflik internal, akhirnya Tentara Salib berhasil mencapai Yerusalem pada tahun 1098.
Dari situ, mereka mulai mengepung dang menggempur tempat suci tersebut. Meskipun pihak Muslim dan Yahudi yang berada di dalam Yerusalem sempat mempertahankan diri, namun mereka masih kalah beringas dari Tentara Salib yang punya motivasi besar.
Ketika berhasil masuk ke Yerusalem, para Tentara Salim membunuh semua orang yang ada di dalamnya. Pembunuhan yang dilakukan oleh umat Kristen ini dinilai sebagai pembantaian paling biadab sepanjang sejarah.
Lantas di mana pasukan Muslim saat itu? Meskipun saat itu Islam bisa dibilang tengah berada pada masa keemasan, mereka masih terpecah belah dan belum menyatukan kekuatan.
Sebenarnya pasukan Muslim bukanlah tanpa perlawanan, mereka sempat berusaha untuk mengepung Tentara Salib berkali-kali dengan pasukan besar, seperti penyergapan pasukan Turki hingga dicegat oleh Pasukan Damaskus, Aleppo, dan Mosul. Sayangnya usaha itu harus berkali-kali gagal oleh kecerdikan Pasukan Salib.
(mas)
tulis komentar anda