Swedia Salahkan Rusia atas Kemarahan Umat Islam soal Pembakaran Al-Qur'an
Kamis, 27 Juli 2023 - 12:44 WIB
STOCKHOLM - Swedia menyalahkan Rusia atas reaksi kemarahan umat Islam di seluruh dunia terkait dengan aksi pembakaran Al-Qur'an oleh demonstran di Stockholm.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menuduh Moskow menggunakan "kampanye disinformasi" untuk menodai citra Stockholm di luar negeri terkait pembakaran kitab suci umat Islam.
Kristersson, melalui Facebook pada Rabu, mengatakan bahwa "negara dan aktor mirip negara" menargetkan Swedia dengan informasi yang salah.
“Di antaranya, kita melihat aktor Rusia aktif menyebarkan klaim palsu bahwa Swedia sebagai negara berada di balik penodaan berbagai kitab suci. Itu, tentu saja, sepenuhnya salah,” tulis PM Kristersson, menambahkan bahwa pembakaran Al-Qur’an terjadi di tengah “situasi keamanan yang rumit".
Kristersson menjelaskan bahwa pemerintah Swedia tidak mengeluarkan izin untuk membakar salinan Al-Qur'an di depan umum.
“Namun, polisi mengeluarkan izin untuk pertemuan publik—hak yang diabadikan dalam konstitusi Swedia,” lanjut dia, yang dilansir Reuters, Kamis (27/7/2023).
"Bagaimana hak itu dijalankan tergantung pada apa yang diputuskan individu untuk dirinya sendiri," paparnya.
Polisi Stockholm menyetujui dua protes di luar Kedutaan Irak di Swedia dalam beberapa pekan terakhir, membiarkan para demonstran untuk membakar dan menghancurkan salinan Al-Qur'an.
Aksi tersebut memicu reaksi dunia Islam. Irak, contongnya, mengusir duta besar Swedia dan menarik kembali utusannya dari Stockholm sebagai pembalasan.
Warga Irak yang marah karena penodaan kitab suci Islam berbaris di Kedutaan Besar Swedia di Baghdad pekan lalu, menerobos gedung dan membakarnya sebelum diusir oleh pasukan keamanan.
Beberapa negara Muslim lainnya mengutuk Swedia atas kontroversi tersebut, di antaranya Türkiye, Mesir, Aljazair, Maroko, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Yordania.
Pejabat Rusia juga mengecam pembakaran Al-Qur'an di Swedia dan tempat lain di Eropa.
Duma Negara—majelis rendah Parlemen Rusia—mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa aksi tersebut "sama sekali tidak ada hubungannya dengan demokrasi atau kebebasan berbicara".
Presiden Vladimir Putin menggambarkan serangan terhadap Al-Qur'an sebagai kejahatan rasial, yang tidak akan ditoleransi di Rusia.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menuduh Moskow menggunakan "kampanye disinformasi" untuk menodai citra Stockholm di luar negeri terkait pembakaran kitab suci umat Islam.
Kristersson, melalui Facebook pada Rabu, mengatakan bahwa "negara dan aktor mirip negara" menargetkan Swedia dengan informasi yang salah.
“Di antaranya, kita melihat aktor Rusia aktif menyebarkan klaim palsu bahwa Swedia sebagai negara berada di balik penodaan berbagai kitab suci. Itu, tentu saja, sepenuhnya salah,” tulis PM Kristersson, menambahkan bahwa pembakaran Al-Qur’an terjadi di tengah “situasi keamanan yang rumit".
Baca Juga
Kristersson menjelaskan bahwa pemerintah Swedia tidak mengeluarkan izin untuk membakar salinan Al-Qur'an di depan umum.
“Namun, polisi mengeluarkan izin untuk pertemuan publik—hak yang diabadikan dalam konstitusi Swedia,” lanjut dia, yang dilansir Reuters, Kamis (27/7/2023).
"Bagaimana hak itu dijalankan tergantung pada apa yang diputuskan individu untuk dirinya sendiri," paparnya.
Polisi Stockholm menyetujui dua protes di luar Kedutaan Irak di Swedia dalam beberapa pekan terakhir, membiarkan para demonstran untuk membakar dan menghancurkan salinan Al-Qur'an.
Aksi tersebut memicu reaksi dunia Islam. Irak, contongnya, mengusir duta besar Swedia dan menarik kembali utusannya dari Stockholm sebagai pembalasan.
Warga Irak yang marah karena penodaan kitab suci Islam berbaris di Kedutaan Besar Swedia di Baghdad pekan lalu, menerobos gedung dan membakarnya sebelum diusir oleh pasukan keamanan.
Beberapa negara Muslim lainnya mengutuk Swedia atas kontroversi tersebut, di antaranya Türkiye, Mesir, Aljazair, Maroko, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Yordania.
Pejabat Rusia juga mengecam pembakaran Al-Qur'an di Swedia dan tempat lain di Eropa.
Duma Negara—majelis rendah Parlemen Rusia—mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa aksi tersebut "sama sekali tidak ada hubungannya dengan demokrasi atau kebebasan berbicara".
Presiden Vladimir Putin menggambarkan serangan terhadap Al-Qur'an sebagai kejahatan rasial, yang tidak akan ditoleransi di Rusia.
(mas)
tulis komentar anda