Tenaga Medis-Tentara Prioritas Jadi Jamaah Haji
Selasa, 28 Juli 2020 - 06:30 WIB
RIYADH - Satu per satu jamaah haji khusus masa pandemi Covid-19 mulai berdatangan ke Mekkah, Arab Saudi, kemarin. Selain melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, para jamaah juga masuk melalui jalur darat. Mereka akan berkumpul di Padang Arafah untuk menjalani puncak haji, yakni wukuf pada Kamis (30/7/2020).
Saat pandemi ini otoritas Saudi secara resmi hanya membatasi jamaah haji sebanyak 1.000 orang. Namun, media-media lokal menyebutkan jumlah tersebut besar kemungkinan bertambah. Setidaknya diperkirakan ada 10.000 jamaah yang tetap diizinkan untuk menjalankan rukun Islam kelima tersebut. Meski diperkirakan melebihi rencana, namun kuota tersebut masih jauh di bawah jumlah normal yang mencapai sekitar 2,5 juta orang.
Kementerian Kesehatan Saudi menyebutkan jamaah haji tahun ini yang mendapatkan prioritas adalah para praktisi kesehatan dan prajurit yang berhasil sembuh dari Covid-19. Tentu mereka yang terpilih akan menambah kedalaman religiusnya karena ibadah haji tahun ini sangat terbatas. (Baca: Khotbah Salat Jumat pertama di Hagia Sophia Picu Kontroversi)
Jurnalis dari media asing dilarang mengikuti ibadah haji tahun ini. Hal ini berbeda dibanding pada kondisi normal. Haji adalah momen akbar sehingga media dari berbagai negara tak melewatkannya begitu saja. Pemerintah Saudi juga memberlakukan akses yang lebih ketat untuk bisa memasuki Kota Mekkah dan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah pandemi virus corona.
Sesuai dengan protokol kesehatan yang diumumkan Pemerintah Saudi, semua jamaah diwajibkan mengenakan masker selama ritual haji. Selama ritual berlangsung, otoritas Saudi hanya membolehkan khusus jamaah haji yang bisa memasuki Masjidilharam dan lokasi perhajian lainnya.
Protokol kesehatan yang diumumkan Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Saudi menyebutkan, jamaah juga diwajibkan menjaga jarak selama prosesi ibadah. Selain itu, yang membedakan dengan tahun sebelumnya, semua jamaah juga tidak diizinkan untuk menyentuh Kakbah.
Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Mohammad Benten menyatakan, proses pendaftaran calon jamaah haji berjalan secara transparan. “Faktor-faktor kesehatan merupakan dasar seleksi,” katanya kepada stasiun televisi Al Arabiya.
Dia mengungkapkan, penduduk non-Saudi yang diterima untuk menjalankan ibadah haji tahun ini adalah para ekspatriat dari 160 negara. Mereka mencakup 70% dari keseluruhan calon jamaah.
Pembatasan ini membuat Kementerian Kesehatan Arab Saudi kebanjiran pertanyaan dan pernyataan di Twitter dari para pelamar yang kecewa ditolak. Mereka mengeluh Pemerintah Saudi tidak memberikan alasan mengapa mereka ditolak. (Baca juga: Penumpang Kapal Pria dan Wanita Ditemukan Meninggal Setengah Telanjang)
Di antara pelamar yang diterima adalah Nasser, seorang ekspatriat asal Nigeria yang bermukim di Riyadh. Dia menyebut kesempatan berhaji tahun ini seperti memenangi “tiket emas”. “Perasaan saya tidak dapat digambarkan,” kata Nasser saat di Mekkah.
Diberi Tas Khusus
Sedangkan Kementerian Kesehatan juga bertekad menjamin kesehatan dan keselamatan para jamaah. Mereka menyiapkan satu rumah sakit di Mina, enam ambulans, tiga klinik di akomodasi jamaah, rumah sakit lapangan, dan rumah sakit gerak sebagai klinik di Arafah.
Para tim medis dan teknis juga terus mempersiapkan untuk menjamin keselamatan para jamaah haji saat melaksanakan ibadah. Mereka juga mengintensifkan persiapan untuk menyiapkan kemungkinan perawatan jamaah yang mengalami heat stroke. Para petugas juga menjamin semua masjid dan lokasi yang menjadi tempat ibadah untuk memasang kipas angin serta pendingin ruangan guna menurunkan temperatur dan mengecilkan kesempatan para jamaah terserang heat stroke.
Jamaah haji yang sudah tiba di hotel di Mekkah mendapatkan tas khusus yang disediakan Kementerian Haji dan Umrah. Tas itu berisi masker wajah, baju ihram, sajadah, batu, dan berbagai perlengkapan higienis, serta buku petunjuk ibadah haji.
“Rencana keamanan haji berdasarkan empat pilar, yakni organisasi, keamanan, kemanusiaan, dan perawatan kesehatan,” kata Asisten Komandan Keamanan Haji Masjidilharam Mayor Jenderal Mohammed bin Wasl Al-Ahmadi, dilansir Arab News. (Baca juga: Gokir, Dua Juta Kartu Pra Kerja Hangus Gara-gara Tekan Tombol Enter)
Dia menambahkan, pasukan keamanan haji telah ditempatkan di pintu masuk dan keluar Masjidilharam selama ibadah haji. Sebelumnya Saudi telah melaksanakan tes polymerase chain reaction (PCR) sebanyak lebih dari 3 juta warganya guna mendeteksi warga yang terinfeksi Covid-19.
Kementerian Kesehatan Saudi melaporkan telah melaksanakan 57.216 tes PCR dalam 24 jam terakhir dengan total tes mencapai 3.056.956. Sebanyak 1.968 kasus korona baru dilaporkan pada Minggu (26/7) sehingga jumlah total kasus mencapai 266.941. Sebanyak 43.885 kasus berstatus aktif dan 2.120 di antaranya dalam perawatan intensif. Sebanyak 30 pasien korona meninggal dan menjadikan jumlah korban meninggal menjadi 2.733 orang.
Sementara itu, The Saudi King Abdul Aziz Foundation for Research and Archives menyebutkan ibadah haji pernah 40 kali ditiadakan dalam sejarahnya dengan alasan beragam, mulai dari perang sampai wabah penyakit menular. Pada 1814 Kerajaan Arab Saudi dilanda wabah Thaun, yang juga melanda Mekkah dan Madinah sehingga Kakbah harus ditutup sementara.
Lalu, pada 1831 ada wabah dari India, yang dicurigai adalah kolera, dan bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Periset mencatat setidaknya 75% jamaah haji meninggal dunia dan pelaksanaannya dihentikan di tengah jalan. Kolera kembali ditemukan di Arab Saudi pada 1846-1892, dan haji pun batal dilaksanakan pada 1850, 1865, dan 1883.
Ibadah haji sempat dilaksanakan pada 1864, namun menelan 1.000 korban jiwa per harinya karena terjangkit kolera. Pada 1987, wabah meningitis menyambangi ibadah haji dan penyebaran penyakit ini menginfeksi setidaknya 10.000 peserta haji. (Lihat videonya: Kawanan Monyet Liar Serbu Permukiman Warga Lembang Bandung)
Sedikitnya jumlah jamaah haji ini menimbulkan kerugian besar bagi Saudi. Padahal, saat ini Saudi juga mengalami penurunan pendapatan di sektor minyak. Riyadh juga sudah meningkatkan pajak pertambahan nilai dan memotong tunjangan pegawai negeri. Pandemi juga menyebabkan bisnis terkait haji dan umrah mengalami kebangkrutan dan ratusan ribu pekerja di Mekkah dari biro perjalanan wisata hingga toko suvenir pun tidak bisa bekerja.
Berbagai proyek konstruksi di Mekkah baik mal, apartemen, maupun hotel mewah juga dihentikan. Mekkah bagaikan kota sepi karena pandemi saat Saudi menunda pelaksanaan umrah sejak Maret lalu. Padahal, jamaah haji dan umrah mampu menghasilkan USD12 miliar setiap tahunnya sehingga menghidupkan ekonomi Mekkah. “Terbatasnya pelaksanaan ibadah haji tahun ini menyebabkan penurunan pendapatan penduduk Saudi,” kata Sofia Meranto dari lembaga analis ekonomi Eurasia Group. (Andika H Mustaqim)
Saat pandemi ini otoritas Saudi secara resmi hanya membatasi jamaah haji sebanyak 1.000 orang. Namun, media-media lokal menyebutkan jumlah tersebut besar kemungkinan bertambah. Setidaknya diperkirakan ada 10.000 jamaah yang tetap diizinkan untuk menjalankan rukun Islam kelima tersebut. Meski diperkirakan melebihi rencana, namun kuota tersebut masih jauh di bawah jumlah normal yang mencapai sekitar 2,5 juta orang.
Kementerian Kesehatan Saudi menyebutkan jamaah haji tahun ini yang mendapatkan prioritas adalah para praktisi kesehatan dan prajurit yang berhasil sembuh dari Covid-19. Tentu mereka yang terpilih akan menambah kedalaman religiusnya karena ibadah haji tahun ini sangat terbatas. (Baca: Khotbah Salat Jumat pertama di Hagia Sophia Picu Kontroversi)
Jurnalis dari media asing dilarang mengikuti ibadah haji tahun ini. Hal ini berbeda dibanding pada kondisi normal. Haji adalah momen akbar sehingga media dari berbagai negara tak melewatkannya begitu saja. Pemerintah Saudi juga memberlakukan akses yang lebih ketat untuk bisa memasuki Kota Mekkah dan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah pandemi virus corona.
Sesuai dengan protokol kesehatan yang diumumkan Pemerintah Saudi, semua jamaah diwajibkan mengenakan masker selama ritual haji. Selama ritual berlangsung, otoritas Saudi hanya membolehkan khusus jamaah haji yang bisa memasuki Masjidilharam dan lokasi perhajian lainnya.
Protokol kesehatan yang diumumkan Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Saudi menyebutkan, jamaah juga diwajibkan menjaga jarak selama prosesi ibadah. Selain itu, yang membedakan dengan tahun sebelumnya, semua jamaah juga tidak diizinkan untuk menyentuh Kakbah.
Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Mohammad Benten menyatakan, proses pendaftaran calon jamaah haji berjalan secara transparan. “Faktor-faktor kesehatan merupakan dasar seleksi,” katanya kepada stasiun televisi Al Arabiya.
Dia mengungkapkan, penduduk non-Saudi yang diterima untuk menjalankan ibadah haji tahun ini adalah para ekspatriat dari 160 negara. Mereka mencakup 70% dari keseluruhan calon jamaah.
Pembatasan ini membuat Kementerian Kesehatan Arab Saudi kebanjiran pertanyaan dan pernyataan di Twitter dari para pelamar yang kecewa ditolak. Mereka mengeluh Pemerintah Saudi tidak memberikan alasan mengapa mereka ditolak. (Baca juga: Penumpang Kapal Pria dan Wanita Ditemukan Meninggal Setengah Telanjang)
Di antara pelamar yang diterima adalah Nasser, seorang ekspatriat asal Nigeria yang bermukim di Riyadh. Dia menyebut kesempatan berhaji tahun ini seperti memenangi “tiket emas”. “Perasaan saya tidak dapat digambarkan,” kata Nasser saat di Mekkah.
Diberi Tas Khusus
Sedangkan Kementerian Kesehatan juga bertekad menjamin kesehatan dan keselamatan para jamaah. Mereka menyiapkan satu rumah sakit di Mina, enam ambulans, tiga klinik di akomodasi jamaah, rumah sakit lapangan, dan rumah sakit gerak sebagai klinik di Arafah.
Para tim medis dan teknis juga terus mempersiapkan untuk menjamin keselamatan para jamaah haji saat melaksanakan ibadah. Mereka juga mengintensifkan persiapan untuk menyiapkan kemungkinan perawatan jamaah yang mengalami heat stroke. Para petugas juga menjamin semua masjid dan lokasi yang menjadi tempat ibadah untuk memasang kipas angin serta pendingin ruangan guna menurunkan temperatur dan mengecilkan kesempatan para jamaah terserang heat stroke.
Jamaah haji yang sudah tiba di hotel di Mekkah mendapatkan tas khusus yang disediakan Kementerian Haji dan Umrah. Tas itu berisi masker wajah, baju ihram, sajadah, batu, dan berbagai perlengkapan higienis, serta buku petunjuk ibadah haji.
“Rencana keamanan haji berdasarkan empat pilar, yakni organisasi, keamanan, kemanusiaan, dan perawatan kesehatan,” kata Asisten Komandan Keamanan Haji Masjidilharam Mayor Jenderal Mohammed bin Wasl Al-Ahmadi, dilansir Arab News. (Baca juga: Gokir, Dua Juta Kartu Pra Kerja Hangus Gara-gara Tekan Tombol Enter)
Dia menambahkan, pasukan keamanan haji telah ditempatkan di pintu masuk dan keluar Masjidilharam selama ibadah haji. Sebelumnya Saudi telah melaksanakan tes polymerase chain reaction (PCR) sebanyak lebih dari 3 juta warganya guna mendeteksi warga yang terinfeksi Covid-19.
Kementerian Kesehatan Saudi melaporkan telah melaksanakan 57.216 tes PCR dalam 24 jam terakhir dengan total tes mencapai 3.056.956. Sebanyak 1.968 kasus korona baru dilaporkan pada Minggu (26/7) sehingga jumlah total kasus mencapai 266.941. Sebanyak 43.885 kasus berstatus aktif dan 2.120 di antaranya dalam perawatan intensif. Sebanyak 30 pasien korona meninggal dan menjadikan jumlah korban meninggal menjadi 2.733 orang.
Sementara itu, The Saudi King Abdul Aziz Foundation for Research and Archives menyebutkan ibadah haji pernah 40 kali ditiadakan dalam sejarahnya dengan alasan beragam, mulai dari perang sampai wabah penyakit menular. Pada 1814 Kerajaan Arab Saudi dilanda wabah Thaun, yang juga melanda Mekkah dan Madinah sehingga Kakbah harus ditutup sementara.
Lalu, pada 1831 ada wabah dari India, yang dicurigai adalah kolera, dan bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Periset mencatat setidaknya 75% jamaah haji meninggal dunia dan pelaksanaannya dihentikan di tengah jalan. Kolera kembali ditemukan di Arab Saudi pada 1846-1892, dan haji pun batal dilaksanakan pada 1850, 1865, dan 1883.
Ibadah haji sempat dilaksanakan pada 1864, namun menelan 1.000 korban jiwa per harinya karena terjangkit kolera. Pada 1987, wabah meningitis menyambangi ibadah haji dan penyebaran penyakit ini menginfeksi setidaknya 10.000 peserta haji. (Lihat videonya: Kawanan Monyet Liar Serbu Permukiman Warga Lembang Bandung)
Sedikitnya jumlah jamaah haji ini menimbulkan kerugian besar bagi Saudi. Padahal, saat ini Saudi juga mengalami penurunan pendapatan di sektor minyak. Riyadh juga sudah meningkatkan pajak pertambahan nilai dan memotong tunjangan pegawai negeri. Pandemi juga menyebabkan bisnis terkait haji dan umrah mengalami kebangkrutan dan ratusan ribu pekerja di Mekkah dari biro perjalanan wisata hingga toko suvenir pun tidak bisa bekerja.
Berbagai proyek konstruksi di Mekkah baik mal, apartemen, maupun hotel mewah juga dihentikan. Mekkah bagaikan kota sepi karena pandemi saat Saudi menunda pelaksanaan umrah sejak Maret lalu. Padahal, jamaah haji dan umrah mampu menghasilkan USD12 miliar setiap tahunnya sehingga menghidupkan ekonomi Mekkah. “Terbatasnya pelaksanaan ibadah haji tahun ini menyebabkan penurunan pendapatan penduduk Saudi,” kata Sofia Meranto dari lembaga analis ekonomi Eurasia Group. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda