1.000 Perusuh Ditangkap di Prancis, 45.000 Polisi Diterjunkan
Sabtu, 01 Juli 2023 - 14:22 WIB
PARIS - Kerusuhan berkecamuk di kota-kota di sekitar Prancis pada hari keempat terus berlanjut. Padahal, 45.000 polisi dikerahkan dan 1.000 perusuh ditangkap.
Pemerintah mengklaim kekerasan mulai berkurang berkat langkah-langkah keamanan yang lebih ketat.
Pemerintah juga menurunkan kendaraan lapis baja ringan. Namun, penjarahan dan kerusuhan terjadi di kota Lyon, Marseille dan Grenoble di mana sekelompok pemuda yang menjarah toko, membakar dan melempari petugas dengan botol.
Khusus di kota pelabuhan Marseille mengalami pergolakan malam kedua. Sebelum malam tiba, anak muda melemparkan botol, membakar, dan menjarah toko. Sebuah toko senjata juga dijarah.
Walikota Marseille Benoit Payan meminta bala bantuan tentara Prancis dan mengatakan "adegan penjarahan dan kekerasan tidak dapat diterima".
Sementara situasi tampak lebih tenang di Paris. Namun, pihak berwenang di kota Lyon melaporkan para perusuh kembali membakar dan melempari polisi di pinggiran kota.
Kekerasan juga beberapa wilayah luar negeri Prancis, di mana seorang berusia 54 tahun meninggal setelah terkena peluru nyasar di Guyana Prancis. Di pulau kecil Reunion di Samudra Hindia, pengunjuk rasa membakar tempat sampah, melemparkan botol ke arah polisi, dan merusak mobil serta bangunan.
Insiden kerusuhan itu tidak lepas karena dipicu penembakan fatal Nahel M yang berusia 17 tahun. Aksi itu terekam dalam video, mengejutkan Prancis dan memicu ketegangan yang berkepanjangan antara polisi, kaum muda di proyek perumahan negara dan lingkungan yang kurang beruntung, dan rasisme dalam masyarakat Prancis.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, bergegas kembali dari pertemuan puncak Uni Eropa untuk memimpin pertemuan krisis pada Jumat lalu, mengecam "eksploitasi yang tidak dapat diterima atas kematian seorang remaja" di beberapa tempat, tetapi dia tidak menyatakan keadaan darurat." Macron mendesak orang tua untuk bertanggung jawab atas perusuh di bawah umur, sepertiga di antaranya adalah “muda atau sangat muda”.
Dan dia berjanji untuk bekerja dengan platform media sosial untuk membatasi "adegan kekerasan " yang menyebar melalui layanan seperti TikTok dan Snapchat.
Pemerintah Prancis akan menetapkan prosedur untuk "penghapusan konten paling sensitif". Macron mendorong "semangat tanggung jawab" dari perusahaan teknologi.
Juru bicara Snapchat Rachel Racusen mengatakan perusahaan telah meningkatkan moderasi sejak kerusuhan untuk mendeteksi dan menindaklanjuti konten yang terkait dengan kerusuhan.
Pemerintah mengklaim kekerasan mulai berkurang berkat langkah-langkah keamanan yang lebih ketat.
Pemerintah juga menurunkan kendaraan lapis baja ringan. Namun, penjarahan dan kerusuhan terjadi di kota Lyon, Marseille dan Grenoble di mana sekelompok pemuda yang menjarah toko, membakar dan melempari petugas dengan botol.
Khusus di kota pelabuhan Marseille mengalami pergolakan malam kedua. Sebelum malam tiba, anak muda melemparkan botol, membakar, dan menjarah toko. Sebuah toko senjata juga dijarah.
Walikota Marseille Benoit Payan meminta bala bantuan tentara Prancis dan mengatakan "adegan penjarahan dan kekerasan tidak dapat diterima".
Baca Juga
Sementara situasi tampak lebih tenang di Paris. Namun, pihak berwenang di kota Lyon melaporkan para perusuh kembali membakar dan melempari polisi di pinggiran kota.
Kekerasan juga beberapa wilayah luar negeri Prancis, di mana seorang berusia 54 tahun meninggal setelah terkena peluru nyasar di Guyana Prancis. Di pulau kecil Reunion di Samudra Hindia, pengunjuk rasa membakar tempat sampah, melemparkan botol ke arah polisi, dan merusak mobil serta bangunan.
Insiden kerusuhan itu tidak lepas karena dipicu penembakan fatal Nahel M yang berusia 17 tahun. Aksi itu terekam dalam video, mengejutkan Prancis dan memicu ketegangan yang berkepanjangan antara polisi, kaum muda di proyek perumahan negara dan lingkungan yang kurang beruntung, dan rasisme dalam masyarakat Prancis.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, bergegas kembali dari pertemuan puncak Uni Eropa untuk memimpin pertemuan krisis pada Jumat lalu, mengecam "eksploitasi yang tidak dapat diterima atas kematian seorang remaja" di beberapa tempat, tetapi dia tidak menyatakan keadaan darurat." Macron mendesak orang tua untuk bertanggung jawab atas perusuh di bawah umur, sepertiga di antaranya adalah “muda atau sangat muda”.
Dan dia berjanji untuk bekerja dengan platform media sosial untuk membatasi "adegan kekerasan " yang menyebar melalui layanan seperti TikTok dan Snapchat.
Pemerintah Prancis akan menetapkan prosedur untuk "penghapusan konten paling sensitif". Macron mendorong "semangat tanggung jawab" dari perusahaan teknologi.
Juru bicara Snapchat Rachel Racusen mengatakan perusahaan telah meningkatkan moderasi sejak kerusuhan untuk mendeteksi dan menindaklanjuti konten yang terkait dengan kerusuhan.
(ahm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda