Benarkah Warga Korea Utara Memakan Manusia karena Kelaparan?
Senin, 19 Juni 2023 - 09:09 WIB
Sekarang, tiga tahun setelah Korea Utara menutup diri dari dunia pada Januari 2020, kerawanan pangan tampaknya menjadi yang terburuk dalam beberapa dekade.
Namun, dengan hanya sedikit diplomat asing di negara itu, tidak ada pekerja bantuan kemanusiaan dan sejumlah kecil pembelot yang berhasil mencapai Korea Selatan, hanya sedikit yang dapat memverifikasi situasi di lapangan.
Skeptisisme terhadap klaim kanibalisme di Korea Utara akan tetap diperlukan selama verifikasi tidak mungkin dilakukan. Namun, bukti dari kelaparan di negara lain menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan bagi orang yang kelaparan untuk beralih ke daging manusia.
“Setidaknya 2.505 orang dihukum karena kanibalisme pada tahun 1932 dan 1933 di Soviet Ukraina selama bencana kelaparan Holodomor buatan manusia," kata cendekiawan Timothy Synder dalam bukunya “Bloodlands.”
“Meskipun,” imbuh dia, “jumlah kasus sebenarnya pasti lebih besar.”
Di China, pada awal kelaparan 1958-1962, orang akan menggali bangkai ternak yang sakit untuk dimakan. Tetapi ketika situasi semakin memburuk, yang lain menggali, merebus, dan memakan mayat manusia.
“Di bawah rezim di mana hanya menyebut kelaparan saja bisa membuat kader dalam masalah, kasus kanibalisme ditutup-tutupi di mana pun mereka muncul,” kata sejarawan Belanda, Frank Dikotter, dalam bukunya “Mao’s Great Famine".
Namun demikian, dia menambahkan, beberapa catatan yang cukup komprehensif selamat, termasuk laporan tahun 1961 dari satu kota di China barat laut yang mengeklaim 54.000 orang telah meninggal dalam dua tahun.
Di antara yang meninggal di Linxia, terdaftar dengan cara yang sebenarnya, adalah 76 korban kanibalisme: 64 yang dimakan setelah mereka meninggal, serta 12 yang dibunuh dan kemudian dimakan.
Sama seperti Uni Soviet dan China Maois, Korea Utara kemungkinan akan mencoba menutupi kasus kanibalisme apa pun sehingga tidak ada yang tahu sepenuhnya betapa buruknya hal-hal di bawah pemerintahan keluarga Kim.
Namun, dengan hanya sedikit diplomat asing di negara itu, tidak ada pekerja bantuan kemanusiaan dan sejumlah kecil pembelot yang berhasil mencapai Korea Selatan, hanya sedikit yang dapat memverifikasi situasi di lapangan.
Skeptisisme terhadap klaim kanibalisme di Korea Utara akan tetap diperlukan selama verifikasi tidak mungkin dilakukan. Namun, bukti dari kelaparan di negara lain menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan bagi orang yang kelaparan untuk beralih ke daging manusia.
“Setidaknya 2.505 orang dihukum karena kanibalisme pada tahun 1932 dan 1933 di Soviet Ukraina selama bencana kelaparan Holodomor buatan manusia," kata cendekiawan Timothy Synder dalam bukunya “Bloodlands.”
“Meskipun,” imbuh dia, “jumlah kasus sebenarnya pasti lebih besar.”
Di China, pada awal kelaparan 1958-1962, orang akan menggali bangkai ternak yang sakit untuk dimakan. Tetapi ketika situasi semakin memburuk, yang lain menggali, merebus, dan memakan mayat manusia.
“Di bawah rezim di mana hanya menyebut kelaparan saja bisa membuat kader dalam masalah, kasus kanibalisme ditutup-tutupi di mana pun mereka muncul,” kata sejarawan Belanda, Frank Dikotter, dalam bukunya “Mao’s Great Famine".
Namun demikian, dia menambahkan, beberapa catatan yang cukup komprehensif selamat, termasuk laporan tahun 1961 dari satu kota di China barat laut yang mengeklaim 54.000 orang telah meninggal dalam dua tahun.
Di antara yang meninggal di Linxia, terdaftar dengan cara yang sebenarnya, adalah 76 korban kanibalisme: 64 yang dimakan setelah mereka meninggal, serta 12 yang dibunuh dan kemudian dimakan.
Sama seperti Uni Soviet dan China Maois, Korea Utara kemungkinan akan mencoba menutupi kasus kanibalisme apa pun sehingga tidak ada yang tahu sepenuhnya betapa buruknya hal-hal di bawah pemerintahan keluarga Kim.
Lihat Juga :
tulis komentar anda