3 Alasan Politik Konservatif Islam Terus Berkembang di Malaysia

Sabtu, 10 Juni 2023 - 07:10 WIB
Orang-orang mengacungkan replika pedang dan mengenakan baju zirah tiruan dengan lambang Islam berbaris di dekat sebuah resor sebagai bagian dari pertemuan dua hari di Februari. Beberapa orang Malaysia melihat ini sebagai intimidasi politik dan agama. Sementara itu, PAS mengkategorikan acara tersebut sebagai "cosplay".



“Itu mencerminkan keyakinan PAS bahwa mereka sangat kuat sekarang: ‘Kami sekarang di garis depan, kami bisa melakukan apa yang kami inginkan, dan yang kami inginkan adalah masyarakat Islam ini,'” kata Syaza.

Banyak pengamat luar, terutama di Barat, memandang konservatisme Islam dengan rasa waspada tertentu. Dan ketika foto-foto pawai PAS beredar di media sosial, begitu pula narasi ekstremismenya.

Khairy memperingatkan, bagaimanapun, untuk tidak menggabungkan “pandangan konservatif dalam Islam” dengan ekstremisme. “Ada stereotip yang mungkin ingin dijajakan oleh pengamat internasional, bahkan beberapa tetangga kita, dengan mengatakan bahwa bentuk Islam konservatif akan mengarah pada ekstremisme. … Itu tidak benar, dan itu tidak harus terjadi sama sekali, ”katanya.

Pada 2017, kelompok militan yang terkait dengan Negara Islam Irak dan Suriah merebut kota Marawi di Filipina, dengan harapan dapat mendirikan kekhalifahan. Di Indonesia, protes terhadap kemenangan Presiden Joko Widodo pada 2019 menyebabkan kerusuhan hebat.

Pengamat seperti Ahmad El-Muhammady yakin ekstremisme semacam itu tidak akan menimpa warga Malaysia. “Sebagian besar dari kita percaya pada koeksistensi (dan) moderasi yang damai, meskipun mungkin kita tidak setuju pada … fase tertentu selama pemilu,” kata akademisi tersebut.

Namun bagi Chandra, konservatisme sendiri menjadi masalah jika dikecualikan, terutama di Malaysia yang multietnis. “Kebangkitan kesadaran Islam ini … telah mengarah pada situasi di mana kurang bercampurnya komunitas,” katanya.

“Muslim merasa bahwa untuk melindungi identitas mereka, mereka tidak bisa mengirim anak-anak mereka ke rumah non-Muslim, misalnya. Atau mereka tidak dapat melakukan hal-hal tertentu bersama, yang mungkin pernah mereka lakukan di masa lalu.
(ahm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More